English Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese French German Dutch

Rabu, Februari 16, 2011

PRATIMA IBU UPACARA DI TAMPAK SIRING

i-om

Hari "CAP GO MEH" 17/2 sejak pagi Cuaca Cerah setelah semalaman hujan Tepat jam 11.oo Wita Brahmaraja memberangkatkan Pratima Ibu Dewi Tangan Seribu ke Tampak Siring untuk Upacara di Pura kebo Edan Jl. Sukarno Tak jauh dari The Sukarno Center, Sejak pagi Pandita Dalem Tarukan Gede Susila, Bhiksu Aliong, Ibu Agung, Dewa Lupa, GRP Prawira  dll, sudah berkumpul di Pura Ibu Majapahit Jimbaran, Bahkan ada yang sejak 16/2 sudah Makemit di Candi Ibu Nusantara ini.

Juga mekarnya Bunga Wijaya Kusuma berjumlah 9 yaitu didepan 4, ditengah 4, dan dibelakang depan Pagoda 1, Bunga yang dalam Cerita Pewayangan adalah Bunga milik Krisna atau Dewa Wisnu yang dipercaya bisa menghidupkan Orang mati, dalam Cerita wayang Pandawa 5 Prabu Yudistira / Darmawangsa, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa yang tewas keracunan air sungai berhasil dihidupkan Narayana / Krisna dengan Bunga Wijaya Kusuma, Dan anehnya pada hari baik Bunga ini akan selalu Mekar di Pura Ibu Majapahit Jimbaran, Padahal Bunga ini tidak ditanam ditanah tapi dalam Tempayan tembikar tempat bunga saja. Sedang yang ditanam ditanah depan Pagoda justru bunganya hanya satu.

Pratima Dewi Tangan Seribu yang dibawa ke Tampak Siring sangat mirip dengan Pratima Dewi mahendradata Durga Mahisa Wardhini di Pura Durga Kutri Buruan Blah batuh, juga Mirip Pratima Tri bhuwana dan Roro Jonggrang di Candi prambanan, Kali ini dikawal 2 Pratima Kerbau Edan dalam posisi mendekam kaki terjulur kedepan, Pratima ini sudah sering di Kirap di Bali, juga masuk Kampus Universitas mahendradata pada hari Siwa latri, Dan ke Gedung DPR Bali, Pura Besakih, Mengui, Yeh Gangga, Rambut Siwi, juga Pura Majapahit Negara Bali dll

Tepat jam 13.oo Wita [Jam 12.oo Waktu Jawa Timur] Pratima tiba di Pura kebo Edan pejeng dan masuk Pura untuk Matur Piuning, Melinggih dan di Upacarai, Mangku setempat menyambut dengan gembira karena baru kali ini Sejak 500 tahun Keruntuhan majapahit di Trowulan datang ke Pura Kebo Edan Pratima majapahit Kebo edan juga yang berusia 1000 tahun dan dibuat Zaman Mpu Sindog dan sangat mirip dengan yang ada di Bali yaitu di Pura Durga kutri Mahendradata Mahisa Wardhini, Dan anehnya Gunung Bromo di Jawa Timur Menggelegar dan mengeluarkan Letusan Dahsyat langsung Meletus memuntahkan Laharnya sejauh 1,2 Km. [Berita siang TV]


Pura Kebo Edan ini juga sangat tua seumur dengan Pura mahendradata di Buruan Blahbatuh bahkan bisa lebih tua, Mahendradata adalah  Putri Tunggal Sri Wardahni Permaisuri Mpu sindog, Mahendradata punya saudara lain Ibu yaitu Mpu Bharadah Anak Selir Mpu Sindok Dewi Mangibil Putri Bagawanta Budha di Turiyan sekarang Turen Malang. Mahendradata yang Putri Rakiyan Bawang Wungkal juga di Candikan di Patirtan Pancuran sumber tetek desa Belahan kaki Gunung Penanggungan, Jadi dua Arca Istri Mpu Sindog Manivestasi Dewi Sri dan Laksmi mengapit anaknya Airlangga yang menjadi Raja Jawa Bali, Patung Airlangga lebih Kecil dan sayangnya sudah tidak berada ditempat dan menjadi Koleksi Musium Adam malik, di Musium Trowulan juga ada Patung Airlangga yang mirip Belahan apakah ini yang asli Belahan atau Jolotundo masih membutuhkan pengukuran yang akurat, sedang Mpu Bharadah menjadi bagawanta Istana Kahuripan [Bali Koripan] bersama Mpu Buyut Mangali Kakek Ratna mengali yang juga menantu Mpu Bharadah, Buyut Mengali tidak sepaham dengan Girah dan berpisah, lalu disebut Rondo [Bali Rangda] Girah Ibu Ratna mengali dari desa Girah [sekarang Gurah] di Kadhiri yang terkenal dengan cerita Calonarang di Bali.


Pratima Manivestasi Ibu Mahendradata, Tribhuwana juga Ratu mas Magelung [di China Dewi Kwan Im]  dengan dikawal dua Kebo Edan kemudian dari Pura kebo Edan dibawa ke Sukarno Center Jalan Presiden Sukarno Tampak Siring, juga daerah ini bekas Kerajaan Prabu Udayana Suami Mahendradata yang tak jauh dari Candi Gunung Kawi Stana Prabu Udayana, dan tepat pukul 16.oo Wita di Upacarai dan dipuput Pandita Tirta mangening dari Istana Presiden dibantu Jero Gede Dalem Tarukan Susila dan Para Pandita serta Bikhu Majapahit dengan Sesaji dan caru Siwa Budha Tradisi Prabu udayana yang tetap dilestarikan di Tampak siring, Agar Ibu Nusantara ini tidak terlalu berduka melihat Keturunannya yang saling bunuh karena beda keyakinan seperti Islam Arab dan Islam India Ahmadiyah, Islam Syiah dan Islam Suni, Padahal Pancasila Majapahit yang berhasil Menyatukan Nusantara sudah jadi dasar Negara yang digali Bung karno, Tapi kini kurang dipakai lebih mengutamakan Cara Arab yang anti leluhur dan menganggap Pratima Berhala juga sesama islam saling bunuh di Banten dan Gereja Kristen yang juga tempat Allah dibakar di Temanggung, yang di Jazirah Arab asal islam kini sudah pada di Reformasi penduduknya seperti Tunis Presidennya Bin Ali  lari ke Arab Saudi minta perlindungan, Mubarak juga turun, kini Iran dan Yaman kisruh. Untung disini sebagian besar masih mengerti Pancasila hingga Mentri Agama dituduh Pemecah belah dan diusulkan supaya dipecat


Do'a bersama didepan Pratima Ibu Nusantara yang dihadiri President The Sukarno Center Indonesia Sukmawati sukarnoputri, Raja Abhiseka majapahit Bali, Bupati setempat dan jajarannya serta tokoh Masyarakat, Putra Putri Kampus, Teruna Teruni se Bali juga ada Tamu mancanegara, disamping  Pratima untuk Mlaspas Jalan Presiden Sukarno dimana The Sukarno Center terletak, Juga diadakan pemotongan Tumpeng oleh Sukmawati dan dibagikan kepada Tokoh yang hadir. Demikianlah Pratima Mahendradata dan kebo Edan sudah mengunjungi Pura kebo Edan yang kini masuk Pelestarian dan dilindungi Kebudayaan Purbakala dan terletak di bekas Kerajaan Suaminya Prabu udayana Raja Bali pada hari Cap Go Meh dan tepat tanggal 15 Imlek dan Bulan purnama yang disebut Sek U semoga Bali Khususnya dan Nusantara / Ibu Pertiwi bisa reda kemarahannya serta tidak menangis sedih seperti dinyanyikan di TV, Tapi Bencana yang ditulis Sabdopalon tentunya sulit diredam karena kalau tidak terbukti kan sabdopalon malu dianggap penipu ? buktinya Bromo malah meletus memuntahkan laharnya hingga 1 km lebih jauhnya. dan Angin Puting Beliung disertai Hujan dan Guntur hingga membuat banjir bandang , Gempa serta Gunung meletus melanda Nusantara.

Jam 18.oo Pratima Dewi Tangan seribu dan 2 Kebo Edan diiring kembali ke Pura Ibu majapahit jimbaran dan tiba pukul 19.30 Wita disambut dengan melangkahi Banten Penyambutan yang dibuat Jero Mangku Istri Lanang Dauhpuri dan Ibu Dewa Lupa Pratima dilinggihkan ditempat semula depan Candi Ibu, untuk merayakan Cap Go Meh Penutupan tahun Baru Budha 2562, di Pura Ibu juga Brahmaraja XI sibuk menerima tamu dan merayakan Cap Go Meh, juga dipersiapkan Tumpeng dan Sesaji Tutupan Tahun Baru Imlek / Budha 2562 yang akan di Puput Mangku Budi Busung Biyu, Pandita Wisnu, Bhikuni Takaki dll, Banyak tamu Etnis China membawa Jajan, Kue Keranjang / Kuweh Bulan dan lainnya [SARA]  membawa Sesaji sesuai Adatnya yang datang sembahyang Sek U Cap go Meh yang juga bertepatan Bulan Purnama yang Warga Bali pun tiap Bulan Purnama merayakan dan karena tepat Cap Go Meh maka agak Istimewa Acara dengan Sembahyang kepada leluhur Ibu bahasa Chinanya Mak Co, Semua Etnis yang percaya kelihatan memenuhi Pura Ibu Majapahit Jimbaran, juga ratusan motor hingga membuat jalan masuk Pura Ibu tertutup hingga mobil tidak bisa masuk, Semua disamping merayakan Cap Go meh juga ikut meramaikan Acara Tabuh rah untuk Caru disebelah Pura Ibu yaitu di Persimpangan / Pesambiayangan Ulun Swie Sang Penari yang dalam kepercayaan China Dewi Kawn Im / Ratu Mas adalah sang penari. Sampai berita ini ditulis pukul 20.oo Pura Ibu masih penuh Orang silih berganti berdo'a dan kelihatan Brahmaraja XI sibuk menerima tamu dan sesekali ngobrol dengan Pandita majapahit GRP. Prawira, dan Semalam ternyata Pura Ibu yang Ramai Upacara tidak Hujan sedang diluaran hujan Angin disertai Petir, Pohon banyak yang roboh dan Atap Rumah hancur berterbangan juga banyak yang roboh rata tanah, Laut ombaknya mencapai 8 meter dan  Gunung Bromo Menggelegar mengeluarkan Lahar sejauh 2 km.

[Pandangan mata dari Team sejarah The Sukarno center]

Ungkap Kenyataan © 2010 Brahmaraja XI | Majapahit Kingdom