Waktu itu Bulan Mei 2000 Menjelang Hari Tri Suci Waisak, Suasana di Candi Boyolangu Foto atas yang terkenal dengan Candi Gayatri sejak pagi sudah ramai, Banyak Orang datang antara lain Wasito Ketua PDIP Tulung Agung sedang mengatur Pengeras Suara dan Puluhan Speaker disusun dikanan kiri halaman Candi, Ibu Ibu yang dipimpin Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Tulung Agung [Jenggala] Versi Ketua PHDI Bali Ida Pedanda Made Gunung Fransisca juga sibuk membuat Gebokan dan Sesaji, Andre dari Klenteng Tuban dan anak buahnya juga sibuk menata persiapan waisak yang baru Pertama kalinya diadakan di Candi Boyolangu sejak 500 tahun Keruntuhan majapahit, Juga Dari Aliran kepercayaan yang berbaju serba hitam dan penduduk setempat ikut tandang gawe mempersiapkan Perhelatan aneh ini, Dari DPRD juga datang ketuanya Sumadi yang membawa Surat dari Purbakala Trowulan tentang ijin penggunaan Candi untuk Upacara Waisak mengupacarai leluhur Ibu Majapahit yaitu Sri Rajapatni Biksuni Sakti Pelindung Jagat Raya [di China terkenal dengan sebutan Dewi Kwan Im] sesuai Lontar negara Kertagama [yang menyebutkan kita harus bersimpuh dibawah Kaki Sakyamuni] yang membuat Penduduk Gembira bisa ikut upacara yang sudah tidak pernah mereka lihat karena dilengkapi Sesaji Versi Majapahit bali dan Sesaji versi Klenteng China juga Tumpeng ala Kejawen yang disumbangkan oleh Penduduk setempat, Tumpeng ini sangat banyak yang nyumbang dan Setelah di Haturkan Leluhur juga nantinya cukup untuk makan Ratusan Pengunjung. Juga Sumbangan Nasi Kotak dari Bupati dan Pengusaha Tulung Agung yang antusias dengan Acara pancasila yang di Pandegani Hyang Suryo Ketua Puri Surya majapahit Trowulan Bekas kerajaan majapahit dan Persiapan Acara Waisak ini sudah dilakukan jauh hari oleh Pihak Daerah dengan Koordinasi dengan Pihak Trowulan baik Puri maupun Purbakala.
Menjelang Siang Tepat Waisak 18 MEI 2000 yang hari itu jatuh malam Jumat kliwon atau hari wiwitan dan untuk mencari hari Waisak bisa jatuh Jum'at Kliwon memang diperlukan waktu puluhan tahun, Gamelan dan Para Tamu Lintas Agama pada datang, Diantaranya Sekjen PHDI Pusat dari jakarta, Ketua Badan Komunikasi Organisasi Kepercayaan Jawa Timur yang membawahi 197 Kepercayaan, Rombongan dari Bali dibawah pimpinan AA Ngrah Darmaputra SH, Bambang Eko Priyono Pakualam dari Jogja juga Para Pinisepuh Kejawen yang tidak bisa disebutkan satu persatu, dari perwakilan Islam juga hadir, Perwakilan Klenteng, Katolik, Kristen dan benar benar SARA [Suku, Ras dan Agama] yang hadir, Mr. Wang We Direktur Prima Asparagus Indonesia [Persatuan Tionghowa Indonesia] juga hadir nyumbang Dupa semobil Foto bawah kiri Mr Wang We nyumet Dupa di Anglo Padupaan. Kanan DR Djoko Soemono Ketua BKOK sedang mengucapkan Selamat datang kepada Tamu yang hadir bersama Hyang Suryo Brahmaraja yang menjelaskan bahwa Asap Dupa adalah perantara agar Do'a Orang Saleh sampai kehadirat Allah Sesuai anjuran malaikat yang memberi conto menyalakan Dupa di Kitab Wahyu Allah dan ini membuat Para Sesepuh baik Islam, Kristen maupun Kejawen dan Umat Klenteng Tri Darma pada menyalakan Dupa hingga Candi dipenuhi Asap Dupa baik Kayu Cendana di Anglo maupun Dupa Lidi China, Acara dibuka dengan Hiburan Jaranan Campursari Majapahit Jaya dari Trowulan Pimpinan Mbah Tondo Nagoro, Kelihatan Hyang Suryo Wilatikto selaku Ketua Puri Surya majapahit Trowulan juga sibuk mengajari Pimpinan Gamelan Mbah Soebandi dari Ponorogo untuk membuat Irama Ratu Ayu yang Pupuler di Bali dengan memberi contoh Iramanya.
Ketika Acara Sakaral dimulai Foto atas Diah Kusuma Wardhani didampingi Raden Pangeran Bambang Pakualam Ketua Paguyupan Trah Mangku Buwono Bali juga Bintang Film Sinetron Memedi sedang berdo'a dengan caranya masing masing bisa dilihat posisi tangannya yang berbeda, Gambar kanan juga Foto Pendiri Negri ini Bung Karno diikutkan Upacara mendampingi Arca leluhur Majapahit, Kemudian dengan suara keras diumumkan oleh Hyang Suryo agar para Satgas PDIP menjaga setiap pintu Candi yang dikelilingi Kawat berduri, Pintu agar dijaga dan bila ada Orang Kesurupan [Bali Kerauhan] jangan boleh keluar arena Candi karena kalau keluar Candi untuk memulangkan sulit karena memang Beliau mengetahui kalau bakal banjir Kerauhan karena Banyaknya Leluhur dan Pengawalnya yang hadir dan leluhur akan membuktikan Kehadirannya, habis pengumuman Gamelan dipersilahkan menabuh Irama Ratu Ayu [Tuayu], Dan Para Penari serta Jaranan memang tidak diberi tahu Irama Ini, Begitu Irama Tuayu dikumandangkan, Para Penari semua Kerauhan / Kesurupan Para Ancangan leluhur Majapahit, bahkan Ada Sinar dari langit menuju Candi membuat Diyah Ayu Kusuma Wardhani Putri Ketua PDIP Kerauhan Leluhur Ibu Dewi Ratu Mas Gayatri, dan Mangku Mananda dari bali Kerauhan Gajah Mada dan Menari kehalaman candi, Para Penari yang Kerauhan biarpun dibisiki mantra di Telinganya tapi tidak juga sadar [Foto bawah kiri], Hingga Hyang Surya Brahmaraja membawa Jerigen Air [Foto bawah kanan] dan menyirami yang Karauhan agar sadar seperti terlihat Foto dibawah . Suasana tambah Kacau karena langsung Turun Hujan yang menyimbulkan Air Adalah Bhatara Wisnu turun menyiram Tanah atau Dewi Sri istrinya agar subur dan Tumbuh tumbuhan atau Boma anaknya bisa sehat dan berbuah..
Suasana Langit gelap pekat dan Hujan lalu Pria yang memakai baju hitam Sarung batik dibungkus kain hitam dan Rambut Panjangnya disembunyikan dalam udeng batik ini dan dikenal Eyang Suryo lalu berkata "Tenang sebentar lagi Bulan akan menampakkan diri" dan benar Bulan Purnama Waisak langsung muncul dan awan hitam terbelah menepi dan pergi menghilang terkena Sabdo Pandito Ratu Sang Narendra Utama membuat Ratusan Orang terkesiap keheranan [belakangan AA Darmaputra membuat Buku Kesan Upacara] diteruskan Pesan dan Kesan dari yang hadir, dan Seorang Pinisepuh Kejawen bernama Lukman Juhara dari Kepercayaan Purbo Jagat sempat menangis dan terharu melihat Upacara Kerukunan dan baru ada pertama kalinya diikuti dalam Upacara Sakral waisak untuk leluhur yang Siwa Budha yang bisa dihadiri SARA, juga Kesan Kesan lainnya yang senada Bahkan seorang Sepuh Pejuang 45 ketika memberikan kesan malah menangis dan tak bisa bersuara mungkin karena terharunya melihat SARA bisa berkumpul di Candi leluhur padahal kalau acara Agama sangat Sulit bisa bersama tapi didepan leluhur malah bisa bersama dan Ritual Nyumet Dupa bersama pula Aneh tapi Nyata Giliran Hyang Suryo Brahmaraja memberikan Penjelasan tentang Waisak dan sejarah Gayatri yang Biksuni Budha dan salah satu Istri Prabu Kertarajasa Jaya Wisnu Wardhana Pendiri Majapahit yang mengangkat Arya damar Putra Sri Wilatikta Brahmaraja sebagai Anak Angkat karena Beliau tidak berputra, hingga arya Damar menjadi Raja di Swarna Bumi [Sumatra] dengan Gelar Bhatara bairawa setelah Mokswa. Juga dijelaskan Arya Damar dan Gajah Mada 1343 membangun Pelinggih di Besakih untuk Raja Jenggala brahmaraja dan Permaisurinya dara jingga yang disebut ratu mas magelung. Dan Bisa dilihat sampai sekarang dan diberitakan di Blog terdahulu yang mengundang Pratima Semar /Sabdopalon 31-12-2010, sedang yang di Bayalangu saja Kepala Arca Gayatri Hilang dikepruk juga Candinya Hancur luluh dan baru Pertama kalinya di Upacarai atas Prakarsa Hyang Suryo yang ngurus Ijin ke pihak Purbakala. Candi Ibu ini disebut dalam Negara Kertagama dan masih akan dibangun atas Perintah Prabu Hayam Wuruk untuk Pemujaan Rajapatni Biksuni Sakti Pelindung Jagat raya, dan kini sudah Hancur hingga generasi masa kini tidak bisa melihat bentuk asli Candi Boyolangu tempat Fosil Manusia wajak asal usul Orang Jepang sesuai DNA.
Demikianlah Pandangan mata acara waisak yang Budha tapi bisa dihadiri SARA seperti Foto diatas kanan Diah Kusuma Kerauhan dan dipegangi Mr. Kay Fat dari Sony Group [kiri] dan ujung kanan Mangku Bima Mananda dari Bali kerauhan Gajah Mada sedang diberi Tirta dari Jerigen oleh Hyang Surya dan ditengah Raden Pangeran berdo'a terus, Sebelumnya memang ada Sinar Kuning Mas turun menimpa kedua Orang yang kerauhan dan Sinar itu disaksikan semua yang hadir dan Penduduk sekitar hingga berlarian datang ingin melihat, dan inilah Dokumentasi Upacara Waisak 2000 diadakan di candi Budha bayalangu yang juga diberitakan Media di Jawa Timur kini ditampilkan kembali sebagai pandangan mata saksi yang ikut hadir untuk mengenang Usaha Hyang Brahmaraja XI menyatukan SARA [Suku, Ras dan Agama] sejak dahulu hingga membuat sewot Kelompok yang anti persatuan Pancasila dan berusaha menghambat kegiatan Beliau, dimana tak jauh dari candi ini ditemukan Fosil Wajak dimana DNA Orang Jepang sangat indentik dengan Fosil Manisia Purba yang agak pendek ini dan memang mirip Orang Jepang yang memang pendek [Cebol Kepalang] dan Orang jepang masuk Ramalan jayabaya yang bisa mengalahkan Belanda [Kebo Bule] disekitar Jenggala memang masih banyak candi yang dikeramatkan Penduduk yang masih banyak Kejawennya yang lolos Penumpasan 1965-1966 masih senang Nyuguh leluhur / Ruwat Deso dan membakar Dupa,
Dan mereka malah senang ada yang merintis Upacara di Leluhur di Candi, sayangnya sampai hari ini tidak ada yang melanjutkan Upacara ini, sebab 2001 Kegiatan Puro Trowulan terhenti akibat dibom dan ditutup Orang yang anti Kegiatan Beliau yang Menyatukan SARA tapi dianggap Musrik dan Hyang Surya Brahmaraja di Undang ke Bali 2003 yang sebelumnya 2002 sempat Meruwat kota Kadhiri yang dihadiri Camat kuta yang kena Bom dan ikut Ruwatan dengan Tema "Budaya Pemersatu Bangsa" Demikianlah Pandangan Mata Acara Waisak diceritakan kembali karena kini juga menjelang Imlek dan Waisak 2011 dimana Sabdopalon yang akan mengembalikan Ajaran Budha sebagai Ageman Persatuan. Dengan Bencana yang dibuat akibat bangsa ini sudah melupakan Ajaran leluhur yang Adiluhung.
Dan mereka malah senang ada yang merintis Upacara di Leluhur di Candi, sayangnya sampai hari ini tidak ada yang melanjutkan Upacara ini, sebab 2001 Kegiatan Puro Trowulan terhenti akibat dibom dan ditutup Orang yang anti Kegiatan Beliau yang Menyatukan SARA tapi dianggap Musrik dan Hyang Surya Brahmaraja di Undang ke Bali 2003 yang sebelumnya 2002 sempat Meruwat kota Kadhiri yang dihadiri Camat kuta yang kena Bom dan ikut Ruwatan dengan Tema "Budaya Pemersatu Bangsa" Demikianlah Pandangan Mata Acara Waisak diceritakan kembali karena kini juga menjelang Imlek dan Waisak 2011 dimana Sabdopalon yang akan mengembalikan Ajaran Budha sebagai Ageman Persatuan. Dengan Bencana yang dibuat akibat bangsa ini sudah melupakan Ajaran leluhur yang Adiluhung.
[diceritakan kembali Juru Foto Andri Suntoro yang ikut hadir]