Sore yang cerah dihari Minggu 20-2-2011 Brahmaraja didampingi Romo Prof DR.Djoko Soemono Soemodisastro bersama Anak Cucunya ke Pura Ibu majapahit Foto diatas, Romo Soemono [88 tahun] adalah Mantan Penjuang dari Angkatan Laut yang sejak Zaman belanda kemudian jadi Polisi di Republik ini sejak Kemerdekaan,juga berjuang di Kejawen dan Menjadi Ketua Aliran kepercayaan se Jawa Timur, setelah Kepercayaan masuk GBHN 1978.
Dengan tertatih tatih dituntun Brahmaraja XI Pria uzur ini naik ke Klenteng Jin Guang Si untuk sembahyang kepada Leluhur Ibu, Pansiunan Polisi dan AL ini sejak 1980 berjuang membangkitkan kepercayaan Asli leluhur, Dan 1993 berhasil menyatukan Upacara kejawen di Tlatah majapahit Trowulan, Dimana di Jawa Timur saja ada 197 Kepercayaan diantaranya Siwa Budha, Wisnu Budha, Saptodarmo dll dan Beliau juga anggota Pura wilatikta pimpinan Brahmaraja sejak 1980, Juga disamping Sanggar Surya kencana "Ilmu Sangkan Paraning Dumadi" yang dianut Sebagian besar Para pejuang 1945 hingga dengan Bambu Runcing berhasil membungkam Meriam lawan.
Sejak 1980 Sang Romo dan Hyang Suryo aktif berkeliling Jawa Timur bila Tahun Baru saka jawa untuk membangkitkan Budaya Upacara Selamatan kepada leluhur dengan Tumpengan, Kirap Pusaka Majapahit dengan Oncor seperti waktu di Tuban 1984 malah PLN mati ketika Kirap Oncor menambah Sakralnya suasana, Hingga ke Blambangan banyuwangi, dan Hyang Suryo Brahmaraja XI juga membuat Cergam Sejarah berdirinya Majapahit dan Blambangan di Harian Radar Kota., serta Mengasuh Konsultasi Budaya di Media "Surabaya Minggu" 1980-1995 dibawah Naungan Pura Wilatikta dan Sanggar surya Kencana.
Brahmaraja XI adalah panitia tetap Acara Suran Tingkat Nasional di Trowulan sejak 1993, Dan 2001 Brahmaraja dilarang kegiatan dan Rumahnya Puri Surya Majapahit / Wilatikta Pura dibom, Tapi Beliau tetap Panitia Suran mendampingi Sang Reshi Djoko Soemono yang di Era Reformasi menjadi Ketua badan Koordinasi Organisasi Kepercayaan [BKOK] menggantikan Himpunan Penghayat kepercayaan [HPK] yang Beliau Ketuai juga hingga 2002 dan inilah acara Akhir Kirap Pusaka majapahit Brahmaraja dimana Kirap terakhir ini dikeluarkan Keris naga raja, Tombak Tunggul Manik dan Tunggul Naga hingga karena 2003 Brahmaraja diundang ke Bali dan 2004 timbul Alun Minggah Ing daratan ramalan Sabdopalon di Aceh juga Munculnya Angin Agung Anggergisi atau Angin Puting Beliung yang banyak membuat kehancuran dikarenakan ditutupnya Puri Surya majapahit Trowulan dan tidak bisa Upacara, Hingga Upacara dilakukan di Bali dan di Singaraja 2006 terbentuk Ganesa tertinggi dan terbesar di Dunia, 2007 Kahyangan Jagat Siwa Budha Majapahit di Sukasada dan kini Hampir selesai Kahyangan jagat Siwa Budha di kali Buk Buk Lovina di Tanah yang dihadiahkan Gusti sentanu Raja kali buk Buk, Dan Dana dibantu Umat serta Anggota DPR Bali yang menyumbangkan gajinya. Juga Pratima Sabdopalon 31-12-2010 di Undang ke Pura Besakih untuk Upacara. Dimana Ramalannya sedang berlaku termasuk Bromo, Merapi Meletus dan masih disebutkan Gunung Gunung Menggelegar, Gempa dan Pageblug.
Juga Brahmaraja membuat Puri Surya majapahit Jimbaran 2006 yang langsung didatangi Prof DR Merta Sutedja Tokoh Bali yang mendukung, Juga Sangham Internasional Hindu, Dimana didalamnya ada candi leluhur Ibu hingga Sukmawati datang dan mewakili Dunia menyerahkan Mahkota Majapahit juga Delegasi Rusia, China, Jepang dan Negara Budha lainnya pada datang berkunjung, Dan baru kali ini Brahmaraja mengajak Sang Romo Dedengkot Kejawen ini Sowan pada leluhur Ibu, Dengan Khusuk Sang Reshi berdo'a sambil memegang Dupa dihadapan Ibu Tangan seribu, Untuk mendo'akan Anak Cucunya yang SARA / terdiri dari Suku Ras dan Agama yang kebanyakan tidak mengerti Upacara Leluhur Odalan dan Caru seperti di Bali jadi hanya beliau sendiri yang berdo'a dengan nyumet Beberapa Dupa
Dan Beliau 1993 ikut Odalan di Bali sewaktu Ratu mas milik Brahmaraja dipendak Agung Ngurah Agung dari Puri Tegal badung, Mangku Bima mananda Kelian Adat wilajah Puri Tegal, Regig, Mr Bek dll dari Pura Wilatikta Surabaya 24 Desember 1993 dilinggihkan di Bali dan jadi Pura Majapahit Sang Reshi ini sebagai Ketua PPK [Himpunan Penghayat kepercayaan] Jawa Timur juga anggota Pura Wilatikta sejak 1980 ikut hadir menyaksikan dan inilah pertama kalinya Romo dengan gelar Profesor ini ikut Odalan dan Ngenteg Linggih Pratima leluhur Ratu Mas tangan 2 posisi Nirta di Bali bahkan mendapat hadiah Udeng Bali untuk Upacara oleh Umat Hindu Bali, Kemudian acara diteruskan keliling melihat Puri Surya majapahit, sambil tak henti hentinya ngobrol tentang Perjuangan masa silam dan menganjurkan yang Muda agar tetap berjuang termasuk GRP Prawaira satu satunya Pandita majapahit masa kini yang mendapat Penghargaan "Pembina Budaya" dari Keraton Pura mangkunegaran, yang juga selalu mendampingi sambil Ngangsu Kaweruh pada Sang Reshi ber Ilmu "Sangkan paraning Dumadi" ini
Pura Ibu Majapahit kali ini kedatangan Tokoh Pejuang kemerdekaan dan juga Tokoh Pejuang Kejawen yang hingga Tua juga masih tetap berjuang tanpa henti,Kini tinggal Brahmaraja yang masih kelihatan Muda dan energik, Dan dengan kesendiriannya juga tetap berjuang biarpun mengalami Serbuan, pemboman dan Hinaan bagi yang belum mengerti, Dan beliau Tanpa "Owah Ginggsir" tetap berjuang bahkan bisa membuktikan Petuwah leluhurnya Jayabaya "Ngeluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake" di Trowulan dengan kesendiriannya menghadapi Serbuan dan pemboman dan Beliau tetap menang, ke Balipun sendirian dan beliau terbukti Kiprahnya bisa dilihat sekarang ini, Beliau tetap Hebat hingga mengajak rekannya yang pisiknya sudah sangat renta melihat Keraton Ibu Majapahit Bali.
Demikianlah Kasunyatan yang ditampilkan Brahmaraja XI dan cukupMengagumkan Rekannya Sang Reshi Utama dengan Gelar Prof DR dimasa mudanya dan kini dipapah Brahmaraja XI untuk bisa berdo'a kepada leluhur Ibu pertiwi di Bali dikarenakan di Trowulan ditutup, Seusai melihat Keraton, Rombongan meninggalkan Jimbaran dan direncanakan besok kembali ke Surabaya dengan Pesawat, "Selama Nyawa masih dikandung Badan janganlah berhenti berjuang untuk Nusa dan bangsa atau tanah air" kata Sang Reshi kepada GRP Prawira ketika meninggalkan Jimbaran dan sempat menulis di Buku Tamu yang dibawa GRP Prawira yang meminta Tanda Tangan sang reshi untuk Kenang Kenangan. Demikianlah Sang Reshi Tua dengan mengucapkan salam "RAHAYU'" meluncur meninggalkan wilayah Puri gading Jimbaran.
[Ayu Lelong]