English Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese French German Dutch

Rabu, September 30, 2009

DURGA PURA IBU MAJAPAHIT DIKEMBALIKAN

i-om
Ketika Pratima Durga Dipendak Rektor Universitas Marhaen / Mahendradata 26-09-2009 Lumpur Menyembur keluar setinggi 100 M di Gunung Dieng dimana terdapat Candi Semar / Sabdopalon, hari ini 30-09-2009 DR. Arya Wedakarna Rektor termuda di Dunia mengembalikan Pratima Durga Yang habis di Upacarai di Universitas Tertua di Bali dan Nusatenggara langsung Sumatra Barat diguncang Gempa 7,1 SR dan belum ada berita selanjutnya mengenai Gempa ini kita tunggu saja. Universitas Tertua ini dahulu bernama Marhaen, Karena di Era Orde Baru apa pun yang berbau Bung Karno di Haramkan, maka dirubahlah "MAHENDRADATA" sebuah nama indah, Beliau Adalah Ibu Nusantara yang melahirkan Prabu Airlangga Yang Pratimanya Berada didepan Ruko Puri Gading dan Pelinggih nya di GWK, Garuda Wisnu Kencana Patung Tertinggi Prabu Airlangga Raja Jawa Bali yang dimanivestasikan Dewa Wisnu Pemelihara Alam




Semesta Kepercayaan Hindu, Kerajaan - Kerajaan di Jawa termasuk Majapahit. Dewi Mahendradata sendiri dimanivestasikan Durga dan Banyak di Sungsung di Pura Pura di Bali khususnya Blahbatuh, Suaminya yaitu Prabu Udayana Manivestasinya belum jelas dan dipakai nama Universitas Udayana Bali. Sedang Prabu Airlangga juga dipakai nama Universitas Airlangga di Surabaya dan Paling nge Top saat ini. Sebuah Patung Batu Setinggi 3 M Prabu Airlangga menghiasi Musium Kadiri di Selomangleng Gunung Kelotok. Patung ini pernah di Kepruk / dihancurkan dan kini utuh tapi Banyak ditambal semen. Dalam Buku Sejarah Kadiri {Tan Koen Swie} disebutkan Sunan Bonang mengepruk Arca Durga di Kadiri, jelas ditulis Tangan / bahu kanan Sempal, Hingga kini masih bisa dilihat, Oleh Pemerintah R.I  Arca ini beberapa tahun silam diangkat dari Tanah dan diberi Pondasi 2M agar tidak dirusak tangan jahil. Bali bisa dilacak Arti Para Dewa Dewi ini, Bila Durga Manivestasi Ibunda Prabu Airlangga berarti Durga di Kadiri yang di Kepruk Sunan Bonang adalah Ibunda Prabu Airlangga, Lalu Arca Prabu Airlangga juga di Kepruk Yang juga Putra Durga apakah Sunan Bonang yang Ngepruk / Mukul dengan benda keras agar Arca Hancur masih diperlukan data. Memang Jawa sejak 500 berdirinya Kerajaan Islam rata-rata Arca, Candi, Tempat Leluhur dihancurkan. Tulisan, Lontar, Kitab Budha dll dibakar Orangnya Lari ke Gunung-Gunung, sekarang baru ketahuan Ke Lawu, Dieng, Bromo, Bali dll. Lalu Jaman Islam dibikinkan Mitos, Penduduk desa bikin Cerita Turun Temurun, Patung Durga di sebut Totok Kerot Putri yang Marah, mata melotot, Mulut Kerot kerot marah karena di Kepruk. Candi Patirtan Wilatikta, dinamakan Candi Tikus, Karena waktu di temukan banyak tikusnya.

     Demikianlah Karena 500 tahun ketidak tahuannya, ya begitulah "Ngawur" dan Pakar pun demi Agama Islam ikut Ngawur tidak berani sejujurnya, bahkan takut kalau sudah nyinggung Agama. Akhir nya Masyarakat tidak tahu menghargai Warisan Budaya nya yang Adiluhung, Kadang Penduduk masih Tidak lepas dari Adat Turun Temurun, Arca/Patung Kuna di Suguh da Bakari Kemenyan, hal ini membuat Berang Tokoh Agama Islam setempat. Aparat pun demi kesamaan Agama ikut melarang, 1965 Perusakan Penghancuran makin merajalela, dengan di Bunuh nya Orang Tukang Suguh Patung, dan Pelarangan / Pemberantasan Adat Nyuguh sangat Biadab. Peraturan Belanda Tentang Perlindungan memang dulu dipasang di setiap Candi Statblat 1921, tapi dianggap tinggalan Penjajah, Contoh Buku Tan Koen Swie YANG DILINDOENGI STB. 1912 No.600  FATSAL  11, dilarang beredar. Baru Awal 2009 Pura Ibu dikirimi Cicit Tan Koen Swie Bahwa Buku Kakek Moyang nya jadi "SEJARAH KADIRI" yang diakui, Belanda saja ngakui masak Kita tidak ngakui, Orang Jawa ber Otak Arab 500 tahun yan lalu jelas tidak ngakui bahkan dituduh melecehkan Islam terbukti pernah dilarag terbit. Negri ini memang Aneh Arab yang penduduknya Ratusan ribu, Oman malah 35.000 orang. Babu dan Budak Indonesia Banyak.  Jadi ironis kita dikalahkan 50.000 orang Arab Penduduk kita hampir 300.000.000,- Aneh tapi Nyata bahkan kita setor Trilyunan Dana Naik Haji, lha itu itu oleh Emir Emir Arab dikembalikan ke kita 1% untuk biayai Pesantren dan Teroris {Metro Rialitas Pagi} jadi kita biayai Teroris ya Uang kita tapi di  Bati/Entit/korupsi Arab. Yaah lucu juga. Mangkanya Ali Orang Arab yang di tangkap Densus 88 Kaya sampai Tabungan Pedagang Sayur di Transfer 2 .000.000.000,- [2 Miliyard] tapi bukan untuk sipemilik Tabungan tapi untuk Nge BOM .

     Kembali Sejarah bukan laptop, Untuk belajar Ilmu Kadewatan ya Tinggal Bali itu di Gedung Kertiya Musium Buleleng, bisa cari Arsip tentang Sejarah, termasuk Sutasoma, kenapa ke Gedung itu? Lha Anda bisa Milih sesuai Kehendak, sebab Pakar di luaran sudah di Program untuk menjelaskan Agama Hindu, Sulit dijangkau Teori nya apalagi Lulusan Perguruan Tinggi, yang dijelaskan hasil di Perguruan Tingginya apa Tujuan dan Fak nya., contoh di Kejaksaan dulu waktu Seminar Santet 1983 di Jember Kepala Kejaksaan Bpk. Simanhadi Wah Ahli bener dalam Hukum Majapahit, Beliau Apal Pupuh Pupuh nya "Bilamana Orang menyepyurkan Beras Kuning , Menulisi Tengkorak, Orang ini berbuat Tenung Maka bisa dihukum Mati olah Raja Yang berkuasa" ini cuplikan dan tidak lengkap mungkin di lain blog ada itu Hukum Majapahit. Jaman Majapahit Nyantet di hukum Mati oleh Raja, jadi aman. Lha Film sekarang seolah olah Orang Hindu indentik dengan Dukun, ilmu hitam dll. Sampai Film Mak Lampir pembukaannya Patung Durga Tangan 4 Jatuh rebah hancur ditimpa Batu, Jadi Hindu simbulnya Mak Lampir, Kyai Ganteng jubah putih / Islam bak pahlawan menumpas Kejahatan. Bayangkan Patung Dewa yang dipuja di Pura Pura dilecehkan demikian pada diam, Buta barangkali malah ikut nonton. Inilah ketidak tahuan, 500 tahun kena Kibulan Arab. Bali pun Era Orde Baru banyak perubahan. Para Soroh mulai mencari Lontar nya di Gedung Lontar Kertiya tersebut ini baik sekali, tiap Soroh mengerti Asal Asul, akhirnya ke Majapahit juga atau Kadiri, Daha, Jenggala, Kahuripan dll. jadi Majapahit akan tetap bisa menyatukan, Turunan Arya Kenceng / Soroh Kenceng, Soroh Arya Damar , contoh Puri Anom Gusti Panji Turunan Arya Kenceng ngundang Nyejar Pusaka Majapahit, Gusti Madan turunan Arya Damar Puri Sunantaya membuatkan Hyang Suryo rumah, dan Pelinggih,

     Jadi Majapahit di terima setiap Soroh, Bali Mula Dewa Putrnata juga Ngundang, Buku Pura Tuluk Biyu menybutkan "Sira Mpu Galuh saking wit Majapahit" Kasogatan Mpu Galuh masih ada sampai sekarang yaitu desa Megaluh, ada runtuhan Candi, Telaga dll, Tapi penduduk nya Islam semua. Patung Prabu Airlangga ada juga di Musium Trowulan dari Batu  setinggi 2M, ada lagi Koleksi Mantan Wapres Adam Malik Patung Batu yang kokon lebih Pas ukuran Candi Jolotundo. Jadi Prabu Airlangga dimanivestasikan Wisnu Ibunya Mahendradata di Manivestasikan Durga di Bali Anak dan Ibu, lha di Kadiri sekarang? Airlangga sendiri, Ibunya Totok Kerot. jadi kalau Versi Bali yang adat nya belum diobok obok Isam , masih bisa dilihat praktek praktek di Pura , Jadi Jelas Durga / Mahendradata ibunya Prabu Airlangga Wisnu. Di Kadiri Tempat Prabu Airlangga malah Durga disebut Totok Kerot seorang Raksasa mencintai Prabu Airlangga, ini sama dengan Sinetron Sangkuriang mencintai Ibunya. Juga Sinetron Mak Lampir, pembukaannya Patung Durga Roboh Hancur tertimpa Batu se olah olah Lambang kejahatan, ini jadi Tontonan tingkat Dunia [karena Parabola] dimana Durga yang di Sungsung di Pura Pura sebagai Manivestasi Dewi Mahendradata di simbul kan Mak Lampir, inipun Tokoh Hindu Diam semua malah nonton dan ber sorak sorak,

     Pemuda Jubah Putih Islam seolah menumpas Kejahatan. Padahal Hukum Majapahit "Barang siapa menebarkan Beras Kuning dan menulis di Tengkorak itu adalah perbuatan Tenung dapat dihukum Mati Raja yang berkuasa" jadi Hukum Jaman Majapahit Orang Nyantet di Hukum Mati Raja, ini banyak tidak di ketahui. Hukum ini pernah di seminarkan di IKIP tegal Boto Jember di Hadiri Bapak. Bimantoro [belakangan KAPOLRI] , Kejaksaan Jember Ahli HUkum Majapahit Bpk. Simanhadi, Prof. DR. Sihombing Ahli Bedah untuk pembuktian Santet, Hyang Suryo Pura Majapahit dan Pakar-Pakar, Mahasiswa yang membahas KUHP agar di sesuaikan Hukum Majapahit, Yang bisa menghukum Tukang Santet. 1983/1984. Jadi ketidak tahuan Kehebatan Hukum Majapahit, Orang bebas bikin Sinetron, Pidato Atas nama Agama Islam dengan Hukum Arab nya, menjelekkan Majapahit yang Kafir. Seolah Yang sekarang disebut Hindu mesti diasiosasikan Kejahatan, Dukun, Santet dll. Bali yang konon Banyak Pakar Teori Hindu pada berkutat membahas Teori Agama seperti Siwa Sidanta, Weda Kehebatan India, disisi lain Simbol Durga dijadikan Bulan Bulanan Sinetron Mak Lampir tidak tahu. Pura Ibu Majapahit Salut atas Darma Wacana Prof. Drs. Subagiasta yang juga sempat duduk bersama di Pesamuan Agung bersama Hyang Suryo, Dikatakan Beliau Tentang Lingga Yoni simbul Purusa dan Predana Atau Leluhur, ini sangat Pragmatis Sebab kebetulan Pura Ibu Majapahit memang memuja Leluhur, Dengan Lingga Yoni sebuah Ajaran Kuna tentang pemujaan Leluhur mudah di terima daripada ber tele-tele Teori Agama yang sulit dimengerti Orang Kecil, Darmawacana Prof. Drs. Subagiasta dalam Upacara Ngenteg Linggih, Odalan dan Caru di puput Tri Sadaka ini sayang tidak dihadiri Amplik Ketua PHDI Kuta Selatan Yang menuduh Pura Majapahit tidak memakai Adat Hindu Nyukat Genah dan Caru, disisi lain PHDI Prof. Drs. Subagiasta mengakui, maka sah lah Candi Lambang Lingga Yoni ini, Apalagi sudah dipuput Ida Pedanda Siwa, Buda dan Bujangga {VCD nya Ada] dari sini Jelas Bahwa Candi adalah Setana Leluhur Bhatara dan Bhatari lha banyaknya Leluhur Dari Bapak Ibu , Embah, Buyut, Sanggah, Sanggah Wareng, Udeg Udeg, Gantung Siwur, Kropak Sentre, Dadung Kawuk akhirnya ke Dah Hyang. di simbolkan Lingga Yoni [Simbol Kemaluan] Purusa dan Predana. "Ouw, bener kita semua punya Mrajan Kawitan Leluhur Lingga Yoni" kata Donal penduduk belakang Pura Ibu " Kalau Orang lain Darmawacana saya kurang ngerti terlalu banyak teori, kalau Lingga Yoni ngerti, anak saya tahu juga" imbuh nya memuji sang Profesor Ganteng ini. Sebab Orang Bali "Mula Keto" Acara Odalan, Caru dll di beri Teori apapun tetap jalan karena sudah dilaksanakan Turun Temurun sejak Jaman Majapahit maupun sebelumnya.

     Darmawacana ini sangat bagus bagi Orang Jawa kebetulan banyak yang hadir, Mereka simpel yaitu Majapahit Muja Leluhur lingga Yoni dan Prof. Drs. Subagiasta dari PHDI ngakui, tanpa diceramahi Agama Hindu. Durga pun simbul Ibu / Predana / Yoni. Jadi praktek Pura Majapahit sebenar nya simpel saja Siwa-Buda / Leluhur, Siwa Bapak / Purusa / Lingga sedang Ibu Buda ? Predana / Yoni Ada yang tanya lalu dijawab Agama Siwa Sidanta dll akhirnya "Joko Sembung Naik Skuter, Muter Muter Enggak nyambung" kata Gede Prama. dari Sejarahnya Sri Wilatikta Brahmaraja kawin dengan Putri Cina Dara Jingga persatuan Siwa dan Budha [Putri Cina beragama Buda] turunannya muja Leluhur Siwa-Buda jadi jelas tidak muter muter. Di Besakih pun ada Dua Pelinggih Meru Tumpang XI Brahma Wisesa {siwa} dan Meru Tumpang III Ratu Mas Magelung {Budha} Meru Lingga dan Meru Yoni.

Ungkap Kenyataan © 2010 Brahmaraja XI | Majapahit Kingdom