English Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese French German Dutch

Selasa, Oktober 06, 2009

30 SEPTEMBER Hari DUKA CITA 1965-2009

i-om

Tanggal 30 September, Ada istilah G 30 S PKI, sebuah istilah yang sangat mengerikan, sipapun yang dituduh terlibat baik dirinya keluarganya, lingkungannya / group nya akan Tamat alias dihabiskan. 1965-1966, hingga ada istilah Penumpasan G30 S PKI, banyak Tokoh Agama yang menggantungkan Piagam Tanda Jasa Penghargaan Penumpasan G 30 S PKI. Kemudian tiap Tanggal 30 September Masyarakat memasang Bendera 1/2 Tiang. dan diputarlah Film G 30 S PKI. Diera Reformasi  Film ini berhenti diputar karena dianggap Kebohongan,  dengan ditemukannya Visum Kematian para Jendral Pahlawan Revolusi itu. Dokter pembuat Visum ditayangkan TV, mengakui bahwa Visum itu benar, Juga Sang Dokter mengakui Tanda Tangan di Visum Asli dirinya yang teken. Monumen Lubang Buaya diberitakan Media cetak dan Elektronik dianggap Monumen Kebohongan, dan tetap dilestarikan sebagai Monumen Kebohongan.

Orang Waktu itu biar selamat harus punya Surat bebas G 30 S PKI, baik untuk Sekolah, Kerja, dan keperluan apapun. Bagi yang keluarganya ada yang terbunuh dan di anggap Terlibat G 30 S PKI jangan harap bisa hidup enak, karena tertutuplah fasilitas untuk hidup, KTP akan diberi Kode. 1965-1966 Sungai Berantas penuh ribuan mayat yang kena Tuduhan G 30 S PKI, juga yang nasib baik tergeletak dikuburan masal. Apakah benar terlibat atau tidak kita hanya bisa bertanya "Pada Rumput Yang Bergoyang". Kini tanggal tersebut tidak lagi menarik perhatian, seolah olah telah terlupakan, tidak ada bendera 1/2 tiang lagi. Tinggallah kenangan Pahit bagi Orang Tua yang melihat / mengalami / mengetahui dll

Peristiwa G 30 S PKI 1965. Tinggal Obrolan Warung Kopi bagi generasi Tua yang tidak menarik bagi kaum Muda. Bagi Mata Mata keriput pingirannya, dan berhiaskan rambut memutih, alispun setali tiga uang, Bayangan masih melekat dimata yang juga mungkin sudah buta, Pembunuhan, Penculikan, Pemfitnahan dll. Setelah suasana Tenang ada Koran namanya MEMO di edar kan di Kediri kalau tidak salah terbitan 2001-2005 diberitakan tentang penggalian Kuburan masal para Korban. itupun kurang menarik kaum muda, mungkin hanya kaum tua dengan serius membaca, sambil Sluku Batok di emperan trotoar, depan Hotel Bismo Alun Alun Doho Kediri. Kembali belakangan Berita ini menghilang bak di telan Bumi, Kota Kediri sempat Heboh ada Orang bernama Hyang Bhatoro Agung Suryo Wilotikto Meruwat Kota Kediri 2002 bahkan mengadakan Dialog Interaktif dengan didampingi DANDIM Kediri, Temanya cukup Keren  Gebyar "Budaya Pemersatu Bangsa" setelah itu kembali Kota Kediri Tenang, 2008 - 2009 kembali Kediri diguncang Boming Berita Buku Tan Koen Swie yang  dilarang beredar dan dibaca tiba tiba Mengguncag bak Gempa 10 SR dijadikan "Sejarah Kadiri" dan bukunya awal 2009 dikirimkan kepada Hyang Bhatoro Agung Suryo Wilotikto yang ber Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI di Pura Ibu Majapahit Jimbaran, bersamaan itu Mangku Noko Prawiro tidak mau kalah, Copy Negarakertagama pun awal 2009 dibawa ke Pura Ibu untuk menyaingi Buku Tan Koen Swie. Kembali ke G 30 S PKI {bukan Laptop} Tanggal 30 September 2009 terjadi Gempa 7,6 SR di Sumbar yang sangat menghebohkan dan sampai detik ini 7-10 masih menghiasi berita TV. Ada apa ini? Pemandangan menurut Mata Mata Tua yang masih samar samar bisa melihat 30 September 2009 serupa tapi tak sama dengan 30 September 1965, Kalau 65 Manusia sibuk membunuh jutaan manusia, 09 Alam sibuk membunuh hi Manusia dengan Gempa Serupa: Manusia bersedih melihat Keluarganya Tewas jadi Korban, Taksama:

Dulu tidak bisa melihat Keluarganya yang dibunuh, bahkan kuburnya tak tahu, Sekarang bisa menangisi, menguburkan menyembahyangi. 30 September memang hari berduka Cita. 30 September 1965 serupa tapi tak sama dengan 30 September 2009 Alam dan Manusia bisa juga membunuh Manusia. Siapa yang mengajari? Manusia Mengajari Alam Membunuh atau Alam belajar dari Manusia jadi Pembunuh? pikirkanlah dan jangan tanya pada "Rumput Yang Bergoyang" UCAPAN DUKA CITA pada NUSANTARA. tercinta. Semoga Alam dan Manusia tidak berlomba membunuh, tapi kalau bisa saling mencintai, bukan salah satu memeras lainnya untuk mencintai alam lain. alam dan manusia bersatu pasti teguh bila bercerai pasti runtuh {Pepatah SD} contoh Mencintai Alam Ruwatan Bumi dikecilkan Ruwatan Desa {di Jawa} Bali: Odalan dan Caru. ini cuman contoh lho. sebab ini bertentangan dengan Agama Islam. contoh lagi Pura Majapahit Trowulan mencintai Bumi Nusantara dengan Odalan dan Caru malah dilarang Imam. contoh lagi, kalau semua hanya contoh terus tidak ada prakteknya ya tinggal nunggu hancurnya Nusantara. dan kita berduka cita lagi. Teruuus berduka. karena awak pakai adat negri orang. Adat sendiri malah dibuang. "Beruk di hutan disusui, Anak sendiri malah dibuang" {tetap pepatah SD}

Ungkap Kenyataan © 2010 Brahmaraja XI | Majapahit Kingdom