English Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese French German Dutch

Senin, Oktober 12, 2009

BUKU TAN KHOEN SWIE TENTANG MAJAPAHIT

i-om

Pengantar Prof, DR Hj Edi Sedyawati Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Indonesia: Tulisan ejaan Jawa yang berlaku sekarang: Babad Kedhri, ejaan Babad Kediri hanya tercantum dalam teks terjemahan, sedangkan Transliterasinya dalam bahasa Jawa mencantumkan dengan benar  "BABAD KADHIRI" inilah kutipan terjemahannya: Kerajaan Majapahit runtuh sebab diserbu oleh Raden Patah, Raden Patah kemudian menjadi Raja Demak. Pada masa Pemerintahannya , semua Orang yang masih Agama Buha diganggu dan disita seluruh kekayaannya harta benda miliknya dirampas, Candi Candi dan Patung Patung dihancurkan atau dibuang ke hutan rimba. Semua buku buku Agama atau semua buku buku yang berisi Ajaran Budha dibakar. Orang-orang yang mau memeluk Agama islam dimuliakan. Mereka diberi gelar Kyai Ageng, diberi tanah dan di merdekakan, karena itu banyak yang takluk dan memeluk agama Rasul. Agama Budha tidak dipakai lagi. Sejak berdirinya Kerajaan Demak hingga Pajang, Sang Raja tidak mau tahu Agama Budha, apabila masih ada yang menyimpan buku buku yang berisi Ajaran Budha diambil lalu di BAKAR, sebab Sang Prabu sudah mabuk KULHU, kenyang dengan doa dan sholawat......Yakni di Desa Nyaen tempat Arca Buta [raksasa] yang bernama Buta Nyai, tampaklah oleh Sunan Bonang Arca tersebut, Sunan Bonang mematahkan bahu kanan arca Buta Nyai. .....Prabu Brawijaya berkata : Aku heran terhadap orang Arab dan para Wali, Tabiatnya seperti Tikus, Datang ke negaraku aku terima dengan baik baik  , Saya beri Bumi dan Kemulyaan tapi dibelakang dia memggerogoti Kerajaanku, Putraku mereka bujuk agar memusuhi Aku, Orang Tuanya sendiri. ...Sunan Bonang berkata pada Sultan Bintara "Ananda Sultan, tentang kemarahan nenek andaKanjeng Nyai Ngampel jangan kau pikirkan, Budi Orang perempuan itu tidak perlu dituruti, sebab jika dituruti pasti rencana yang sudah dilaksanakan akan rusak, karena itu Ananda Sultan Bintara tetaplah menjadi Raja Demak, dan Sebarkanlah Agama Islam. Demikianlah kutipan Babad Kadhiri, yang membuktikan bahwa Islam sampai sekarang tetap melaksanakan sesuai 500 tahun yang lalu 1965 semua Buku berbau Cina alasannya dilarang Klenteng tidak boleh berkegiatan dicap Komunis, Budaya Cina / Budha seperti Barongsai juga dilarang, bahkan Buku buku berbau Soekarno, termasuk Ajarannya dilarang, Pura Majapahit Trowulan dilarang Ritual dan kegiatan dalam bentuk apapun 2001, Mangku diseret keluar Pura,Kerukunan ber Agama di Monas di Hajar seperti Anjing, dll dst dsb, ya sampai bosan menceritakan {Mangku GRP. Nokoprawirodipuro} akhirnya Sabdopalon berkata : Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti Agama Budha lagi, saya sebar seluruh Tanah Jawa, Bila ada yang tidak mau memakai, Akan saya Hancurkan, menjadi makanan Jin Setan dan lain lainnya, Belum legalah hati saya bila belum saya hancur laburkan.....****Mari kita lihat kemarahan Sabdopalon di TV mau apa lagi Narendra Utama sudah berjuang Odalan dan Caru di Trowulan tempat Sabdopalon Mengabdi, Bahkan Rumah Narendra Utamapun Mess tamu di Jalan Sabdopalon, Pura / Keraton di Jalan Brawijaya / Dara Jingga, malah ditutup dan dilarang Ritual {Odalan dan Caru} dan Kegiatan dalam bentuk apapun, berarti Sabdopalon ditantang membuktikan Tulisannya ya? sekali lagi mari kita tonton saja, biar Narendra Utama berjuang sendirian, enak nonton kok! tidak susah tinggal nunggu kena Pagebluk Pagi sakit sore mati, tambah Narendra Utama Hyang Suryo yang berabiseka Sri Wulatikta Brahmaraja XI "Sampai Leng Semut Tak Uber" ini Wisik Baru Sabdopalon, sampai lobang semut tidak bisa selamat, lha Virus lebih kecil dari lobang semut melihat nya pakai Mikroskope / kaca pembesar kalau semut masih nampak. Mau Apa Lagi?

Ungkap Kenyataan © 2010 Brahmaraja XI | Majapahit Kingdom