English Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese French German Dutch

Sabtu, Oktober 10, 2009

PURA MAJAPAHIT NYEJAR PUSAKA DI KINTAMANI BATUR

i-om
Awal tahun 2003 , waktu itu Hyang Surya atau lebih luwes dipanggil Hyang Suryo, dengan didampingi Putranata, Gusti Kade Sutawa, Wijaya dll, sedang duduk duduk ditepi danau Batur, tepatnya di Restauran Lakeview milik Putranata, sambil merencanakan "Gebyar Pusaka Pemersatu Bangsa" tiba tiba dari tengah Danau muncul Sinar memanjang menuju tempat Hyang Suryo berkumpul. Entah berapa kilometer panjangnya sulit diukur, Sinar muncul kurang lebih jam 20.00 dan berakhir jam 22.00, Fenomena aneh ini pada mulanya dikira ada rombongan Bikin Sinetron pakai Sukle dengan perahu ke tengah danau, tapi usut punya usut, tidak ada Kru Film sedang shoting, kalau ada mestinya penduduk mengetahui {Peristiwa ini sempat beredar di Media Bali}, Alhirnya diputuskan "Nyejer Pusaka Majapahit dengan Tema Budaya Pemersatu Bangsa" yang berawal dari Ruwatan di Kota Kadiri Jawa Timur yang diikuti juga oleh Putranata yang mendapat Cindramata Keris Naga Pengantin Kadiri yang langsung di Serahkan KAPOLRESTA Kediri Jawa Timur.  Akhirnya Hyang Suryo kembali ke Pura Majapahit  Trowulan yang kondisinya lagi dilarang Kegiatan dalam bentuk apapun. Media Bali langsung mempublikasi tentang akan datangnya Pusaka Majapahit ke Kintamani Batur, tepat tanggal yang ditentukan, Pusaka tiba di Gilimanuk dan disambut Putranata dan Rombongan, aneh ketika Guru {istilah Sulinggih di Batur} menyambut dengan Banten Bali Mula, terjadi Gempa cukup besar, Hingga Putranata yang memegang Tombak Trisula hampir terjatuh akibat goyangan lokal ini, memang untuk Bali tidak ada gempa, ini hanya dirasakan rombongan Penyambutan. Akhirnya Pusaka diiring beberapa Mobil yang labih dulu Matur Piuning di Pura Panulisan, di teruskan Pura Tuluk Biyu, di Pura ini terjadi Debat, bahwa kalau bisa jangan di Lakeview tapi harus di Pura, Tapi kemudian Banyak Guru, Mangku dll Keraohan bahkan ada yang mengucapkan Selamat datang Majapahit, didaerah Bre Wengker Majapahit {Bre Wengker memang berada di Batur} , Pertapaan / Petilasan Beliau ada di mulut masuk wilayah Hotel Lakeview sebuah Batu Keramat / Pura Kecil Tenget. Sambutan Masyarakat bukan main besarnya, Dalam Nyejar ini juga Banjir Keraohan, Diantaranya Gajahmada Tedun {ada Foto, Vcd nya} dan Koran Koran Bali memberitakan hampir tiap hari, TVRI, Bali TV dll juga gencar memberitakan. Inilah Pameran / Nyejaran Pusaka yang untuk Pertama kalinya di Bali, Pusaka adalah Pratima, jadi jarang di perlihatkan, bahkan tidak boleh di bawa bawa menurut Amplik Ketua PHDI Kuta selatan belakangan ini, Pengunjung tiap hari mencapai Ratusan, dan semua diberi Makan Gratis oleh Restoran dan dibuatkan tempat khusus bagi Pengunjung untuk makan, mengingat jauh nya mereka datag, lokasi pameran terpencil, Pengunjung Banyak Tokoh Puri, antara lain Pengelingsir Puri Bangli Bpk. Putra Agung yang sangat Sepuh hampir tiap hari Ngobrol seharian sambil membawa buku dalam Bahasa Belanda, Juga banyak Yang memberi Buku Tentang Bali, Termasuk Ahli Selonding, ahli Kalender dan masih banyak Tokoh yang tidak bisa di ungkap satu persatu Ribuan Kartu Nama terkumpul, Buku Hadir pun ada mungkin masih di simpan di Hotel, bahkan Seminar Pusaka pun diadakan dan banjir Keraohan, Ngurah Arta berpidato, akhirnya karena banyak Orang Keraohan, Ngurah Arta satu satu nya Ahli Leak di Dunia ini, diamankan ke sebelah gedung Seminar agar tidak terjadi Hal yang tidak diinginkan mengingat banyak nya Orang Keraohan nantang Leak.

Bahkan Anak buah Ngurah Arta akan berangkat Trowulan menjaga Pura yang mau diserbu Imam Karyono, Tapi Hyang Suryo mencegah mengingat Ilmu Leak bila nyebrang laut akan Punah, dan ini kurang diketahui umum. Hyang Suryo yang pengalaman dengan Tokoh Sepiritual Bali sejak 1956 sangat hafal ilmu Bali, karena dulu hampir tiap malam dibacakan Lontar "Siwa Sumedang" oleh Tukak Made Pengiasan, Pekak Parentet Berapan, Pekak Penyarikan dll. Yang aneh kata Pekak Parentet bertanya "Sampun Uning.." ya karena sungkan Hyang Suryo menjawab ' Ube Kak" justru jawaban ini sangat disesalkan, Satu Lembar Lontar itu disalin ke Lontar Baru di tulis dengan Pisau Motik, ternyata di Manipulasi, Lontar Baru di gosok tanah agar kelihatan sama dengan yang lama kemudian disisipkan kembali, yang asli dibakar, melihat itu Hyang Suryosangat menyesal dan sempat bertanya kenapa diganti ? dijawab " Niki yen nak Jahat melajahin, bise Uwok Gumi ne.." Apa maksudnya waktu itu Hyang Suryo tak mengerti, memang tahun 1956- 1965 an, Bali masih Gawat, Pernah Bpk.Ida Bagus Kadek dari Sangeh menyuruh Hyang Suryo menggantikan dirinya Nyetop mobil, lalu mobil itu jalan meluncur ditas sawah seperti terbang menuju Puncak Gunung Agung bahkan sempat membawa pulang Pisang Mas pemberian Ratu Mas Magelung Besakih{Mobil nya model kuna moncongnya seram seperti mulut menganga kelihatan giginya modelnya bukung, Nyetop mobilnya ditengah sawah dari Desa Pengiasan ke Timur kemudian ada Telabah dan kelihatan Pabrik Minyak Indonesia Timur, jadi  sebelum Telabah ada Kolam kecil dan ada Pelinggihnya Tua tempat ini sangat menyeramkan, Pernah ketika Wayan Puja mencari ikan Jelek di Telabah ini bawa Tambah / Pacul hasilnya bukan main ikan Jelek nya sebesar Kucit waktu itu. dan menurut Orang Tua tempat Kolam itu " Tempat Dedari Manjus". Kalau tidak salah Anak nya Pekak Parentet namanya Beli Macok sering numbek di Carik sekitar Kolam nanam kacang baru diteruskan Padi demikianlah sedikit pengalaman ilmu Bali, juga waktu dulu di Mertesari Sanur pusat Leak ceritanya Ibu perang sama Anak nya perempuan dan salah satu lari ke Lombok [cerita Ibu Agung Puri Dangin], jadi dulu di Mertesari adalah tempat "Leak Mesiat" kalau ingin lihat mesti jam 4 sore [agar tidak diketahui Leak] sudah berada ditempat, cari tempat strategis dan tidur, sebab kalau tidur Leak tidak bisa melihat dilindungi Ibu /Tanah. tidak boleh kentut nanti Leak nya tahu bisa dicari. pernah karena tidak kuat kentut pelan, tiba tiba Rangda besar itam ngangkat hidung kemudian mendekat dan mencari "Ade Manungse dini.." untung tidak ketahuan sebab tidur masuk Delinjingan, dan akibat Perang itu salah satu ngalah ke Lombok yang ke Lombok lupa entah anak atau Ibunya karena cerita ini 1957 mudah mudah an ada Orang yang mengerti cerita ini bisa konfirmasi pada saya [Gusti Heker] untuk nambah data autentik, maka Ilmu Leak tidak bisa dibawa nyebrang Laut, ini cerita dulu, sekarang Bali sudah Maju tentu tinggal Legenda. Dan masih banyak cerita Tempo dulu 1956-1965. Dulu kalau Keraohan Ratu Mas Gadis Kecil yang Karaohan bisa Terbang dan dari mulutnya netes netes Api, jadi ludahnya jadi Api. Jaran kaki tiga "Deglak deglog" Paling sakti leak itu berbentuk "Cicing Berik Berong sing Mebulu"  Pura Majapahit GWK pernah kedatangan ini, dan selalu diberi makan, ketika Biku Alung bilang "Mangane Akeh" Anjing ini menghilang mungkin malu dikatakan makannya Banyak, Anjing ini dipanggil "Burik" tipenya "Labrador" Ilmu tertinggi bisa jadi BADE keluar kain putih nya lha orang bisa di gulung kain yang keluar dimasukkan Bade. Demikaianlah sedikit Cerita Nyejar Pusaka Pertama Kalinya di Bali sejak 500 tahun Keruntuhan Majapahit, Gara gara Pura Majapahit Trowulan di tutup, Pusaka pindah ke Bali agar bisa di beri Sesaji, yang membuat Heboh media di Jawa [berita di blog lain] Kini setalah di Lakeview, Art Center 3X, Bajra Sandhi, Tabanan, Gwk, terakhir Puri Gading di Pura majapahit Ibu, di Pamerkan Pusaka Kembar / Twin Exbition, bisa dilihat tanpa dipungut bayaran, mulai sejak Odalan 9-9-2009, Pusaka ini pernah di Pamerkan di Tanah Lot menyambut Delegasi Parlemen se Dunia 2007, bahkan bisa nolak Wereng, yang malam sebelumnya sebelum Pusaka datang, tempat Lokasi Pameran penuh Wereng hingga setinggi 1 Meter, sangat mengerikan, Saksi Restoran tampat Pameran mungkin masih ada, juga peserta Pameran yang di ketuai Bambang Apotik Sanur masih ada juga kalau tidak percaya silahkan di Cek. Pameran juga di kunjungi Ibu Magawati Sukarnon. Bahkan Pohon Beringin usia Ratusan tahun di Puri Anom Tabanan sempat Porak Poranda terkena Sinar Keris dari jarak 200 meter bisa di cek juga ,- Kitab Siwa Sumedang belakangan di miliki AA ngurah Teja Putra Ratu Made {Biasa dipanggil KALARAU} istri beliau Wanita dari Tejakula Buleleng {Ada lembaran yang diganti}Beliau mengaku menyimpan, Dulu Hyang Suryo di suru membawa Lontar itu dan Lontar lainnya didalam Kotak Kayu panjang, lontar lobang pinggirnya diberi tali ujungnya ada uang Cina / Kepeng nya. Termasuk saput Poleng didalam keben ada Lontar nya, tapi Hyang Suryo tidak mau [akhir 1967 sempat didukumen foto, 1980 an dimuat koran di jawa itu foto lontar], hanya jadi beban saja. dan tidak ngerti Tulisannya. Ibu Agung Puri Dangin memang tidak punya anak, Beliau juga membuatkan Banten Metatah dibantu Prande Istri Puri Kawanan, dan Dalang Tegal Ida Bagus Gede Basya,  di Denpasar Dalang waktu itu ada 2 yaitu Dalang Tegal dan Dalang Buduk upacara metatah Dalang Tegal wayang Lemah, Dalang Buduk Wayang peteng, kalau Dalang Calonnarang dari Tabanan, pokoknya luar kota, Agama Hindu tahun 1956 belum lahir, Pura masih Siwa-Buda sebutannya. Dimana Ngurah Teja Hyang Suryo sudah tidak tahu lagi lama tidak berhubungan, Beliau tidak tahu kalau Hyang Suryo di Bali. Karna Hyang Suryo membawa Pratima jadi tidak boleh keluyuran ketempat Teman, Keluarga, dll khawatirnya, ada pengaruh untuk Pratima, sebab Menurut Ida Pedanda Made Gunung Keris adalah Pratima yang wajib disungsung bukan benda biasa semacam Blakas, motik, Pot, Klewang, Penjlowan dll, kalau di jawa Keris juga disebut Wesi Aji / Pusaka / Piyandel dan Sikep {Gusti Heker}11-10-2009,-

Ungkap Kenyataan © 2010 Brahmaraja XI | Majapahit Kingdom