English Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese French German Dutch

Sabtu, Oktober 10, 2009

HARAPAN PURA MAJAPAHIT HANYA JAYABAYA DAN SABDOPALON

i-om
Tangan kirinya masih  memegang mic kuno besar bekabel panjang, Tangan kanannya memegang erat tangan kanan Hyang Surya Wilatikta yang baru saja dilantik Ketua IX Keluarga Besar Pendukung Budaya Spritual Nusantara Asli, "Kalau tentang Jayabaya, Sabdopalon dan Pitutur Leluhur Romo apal diluar kepala, Syarat Momongannya sudah ada orangnya yang Romo lihat dan perhatikan selama ini, Teruslah berjuang dan Romo yakin Putro wayah tidak akan menyimpang dari rel yang digariskan Leluhur, lihat saja dalam beberapa hari ada Utusan Leluhur yang mau bertemu di Kadiri, Selamat ! Romo dan Para Leluhur hanya bisa NYENGKUYUNG dari Alam Kadewatan" Sabda Prof. DR. Ki Wisnuwardhana sambil Tangannya tetap mengenggam tangan Hyang Suryo, barulah beberapa saat dilepaskan tampak air mata meleleh keluar dari pelupuk mata yang dengan sayu memandang Hyang Suryo, Ternyata inilah kata terakhir Priya yang gemar mengenakan Baret itu. Juga jabatan tangan yang terakhir buat Turunan Brahmaraja yang ke XI ini. Kejadian ini 15 Maret 2002 sekira jam 17.00 sore. Para Abdi Dalem setia hanya bisa berdiam sambil menunduk menyaksikan Romo nya yang dikenal Keras, Tegar, Disiplin dan Pantang menyerah, kok sore itu sempat meneteskan air mata, ada apa ini? saat itu tidak ada yang mengerti maksud  Beliau dengan pesan yang harusnya bisa berkata biasa, anehnya menggunakan pengeras suara. Ternyata 23 Maret 2002 seminggu kemudian Ketika Hyang Suryo berada di Hotel Bismo Kediri mendapat suara aneh ditelinga " Nyang ngo Selo Mangleng..." sampai ber ulang ulang, akhirnya dengan kendaraan bak terbuka AG 7000 NZ Hyang Suryo meluncur ke Selo Mangleng muter muter sebentar akhir nya ada orang melambaikan tangan sedang duduk di Lincak bangunan kecil / dangau dibawah pohon Sawo, suasana sangat sepi, Hyang Suryo menghampiri Mbah Tua Kurus yang lagi duduk, dan ikut duduk disebelahnya, "Embah maeng Nyeluk aku yo?" tanya Hyang Suryo, dijawab "Kuping mu sik apik, iso nampani Wisik" Orang  ini kemudian mengajak berjalan sambil ngobrol, melewati Makam Cina Tua, dan ada Klenteng Kecil 2 X 3 M, ada Pohon Sawo Kecik besar, Ada tumpukan Bata Kuno seperti bekas Pondasi Pendopo seluas kurang lebih 20 x 40 M , selanjutnya ditempat ini sudah banyak menunggu Orang Orang Aneh berpakaian Kuno mirip Majapahitan para Pengawal di Suryodiningratan minggu lalu saat Pelantikan Ketua IX, juga ada yang berpakaian Cina Kuno ala Film Silat, dan terjadilah pembicaraan tentang Tanah Jawa, singkat cerita Hyang Suryo diberi Simbol Tanah Jawa, kemudian seorang Pertapa meminta " Ngampil Deluwang wonten ? damel nulis serat Bukti Panjenengan sampun mriki, kaleh Potelote.." Hyang Suryo terpaksa kembali ke Mobil yang parkir agak jauh, sang Pertapa ternyata mengikuti, di mobil hanya ada Kertas Polio Kop Hotel Satelit dalam Map yang selalu siap di Mobil, Kemudian Pertapa itu menulis dan diserahkan kembali, Tulisannya sulit dibaca, mirip Cakar Ayam, ejaannya Kuno, Jaman Belanda. Kertas Hyang Suryo terima dan disuru balik Hotel sebab hari itu Hari Ulang Tahun Kadiri. Keesok kan harinya dengan Penasaran Hyang Suryo kembali ke tempat Pertemuan membawa Kamera, sempat ngobrol dengan beberapa Gadis yang sedang munguti Sawo Kecik, kalau sekarang bertemu Gadis Gadis ini tentu mereka masih ingat pada Hyang Suryo, Semua tempat di Dokumen termasuk Klenteng kecil, makan waktu agak lama, ketika Film habis dan di Cuci cetak, aneh Kelentengnya Kabur, Ketika di Kediri beberapa bulan kemudian, kembali Hyang Suryo ketempat semula, Yaaa Ampun, tempat itu sudah di Bolduser rata, dulu tanahnya berbukit bukit kini rata semua, tanya sama Orang Angon katanya untuk Hotel dan Kolam Renang. Klenteng nya hancur rata tanah tapi masih ada Serpihan hurup Cina, ini kemudian oleh Hyang Suryo dibawa dan di Taruh Trowulan dan dibuatkan tempat sebelah / bawah Balai Kukul dengan di Tulisi Leluhur Kadiri, sebelah Macan Putih. Tepat Setahun kemudian Hyang Bhatoro Agung Suryo Wilotikto meruwat kota Kadiri. di Alun Alun Doho, yang dihadiri Tamu dari Bali. Kisah ini memang aneh dan dikumpulakan sebagai bahan Cerita Kasunyatan / Nyata, bahwa sesungguhnya Tanah kita masih banyak menyimpan Misteri dari Leluhur, Contoh Keraton Parabu Jayabaya dikatakan MOKSWA di Media Pakar menyelidi ilmiahnya, di sebutkan di Pamenang yang diyakini Petilasan Prabu Jayabaya sangat diragukan karena tidak ada Peninggalan Situs nya seperti Batu Bata, Patung, Uang Cina dll seperti Alun Alun Doho Hotel Bismo, yang banyak Peninggalan nya. Apa Komentar Hyang Suryo? " Yang namanya MOKSWA itu MENGHILANG, kalau ada temuannya berarti bukan Mokswa, tapi dihancurkan, seperti Arca Durga Totok Kerot bahunya Sempal di kepruk Sunan Bonang, Buto Locoyo juga Mahluk Alam Lain, sudah Mokswa"  {Gusti Heker} 11-10-2009. Tambahan saksi Memang Makam Cina Selomangleng Gunung Klotok Kadiri akan di gusur , Ada Pengumuman Walikota Kediri di Harian MEMO agar para ahli Waris memindahkan Makam Makam ketempat yang telah di sediakan, karena peristiwa sudah lama , Tapi banyak yang tahu tentang pembolduseran, dan sudah diberitahukan lewat Koran Memo,- memang sekarang sudah ada Taman rekreasi, Selomangleng makin maju jadi Kota, Ada Universitas Kadiri, Musium dan Fasilitas lainnya, mungkin kelak Ibukota akan pindah ke Gunung Klotok Petilasan Dewi Sekar Taji ini. Juga disini Petilasan Bekas Keraton yang ada peninggalan Gua Selomangleng. Pertapaan Dewi Kilisuci, juga ada Bukit Bale Kambang tempat Kepala Prabu Wirabumi dimakamkan tapi Penduduk mengatakan Kepala Maling Celuring, di Keramatkan malam tertentu Banyak orang "Nyepi" disini, Pasar Orang jualan, Warung berderet deret menambah Ramai, dan malam pun selalu ramai, untuk Pacaran bagi Anak Anak Muda, ribuan motor memenuhi sepanjang jalan yang Berbukit bukit menambah Syah du suasana Malam Minggu, apalagi Bulan Purnama, Orang Meditasi, Menyepi, Pacaran dll bercampur menjadi satu sesuai maksud dan tujuan masing masing sesuai HAM,-

Ungkap Kenyataan © 2010 Brahmaraja XI | Majapahit Kingdom