English Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese French German Dutch

Selasa, Juli 20, 2010

MEMBERSIHKAN DUNIA DARI MALAPETAKA

i-om
Saat ini di Jawa masih dikenal Acara Ruwatan / Bersih Desa / BERSIH KOTA dll, Acara ini disertai Wayang MURWAT KOLO atau Lakon Bhatara Kala, Sedang di Bali sejak Zaman Majapahit hingga kini, juga ada Acara "CARU RESI GANA" dimana Acara ini diikutkan Kober / Bendera bergambar Ganesa, Jadi Acara Pembersihan / Ruwatan kalau di Jawa Indentik dengan Bhatara Kala, sedang di Bali Indentik dengan Dewa Ganesa.

Ternyata Keraton Ibu memiliki Pratima Ganesa yang aneh, Dari Depan memang Ganesa Posisi Duduk, Tapi dilihat dari Belakang Malah Bhatara Kala juga lagi Duduk Seperti Foto samping, Inilah awalnya Orang Heran kok ada Ganesa dan Kala yang menyatu, Dan tidak ada di Dunia, hanya ada di Majapahit.

Hal inilah yang membuat Brahmaraja XI berpikir keras, Apa guna Pratima Ganesa Unik dan dibaliknya berupa Bhatara kala ini, Karena sejak Kecil Brahmaraja selalu ikut Upacara di Bali sejak 1956 yang waktu itu Agama Hindu belum lahir, dan melihat Upacara Caru Resi Gana, Sedang Beliau kemudian di Jawa bahkan dipercaya Meruwat Kota Kadhiri 2002 dengan diadakan Wayang khusus Murwat Kala, maka terbukalah Pikiran Beliau dan Terpecahkanlah Apa arti Pratima Ganesa Majapahit yang berupa Ganesa dan Kala yang berfungsi Sama dalam Acara Ruwatan / Caru yang kini terpisah adat nya antara Bali dan Jawa,

Padahal Zaman Majapahit bersatu dalam Upacara. Akhirnya Ketika Umat Seluruh Dunia yang tergabung dalam Word Hindu Youth Organization, Putra Putri Kampus, Teruna Teruni Bali, The Sukarno Center, The Majapahit Center, Forum Kebangkitan Siwa Buda, Forum Intelektual Muda Hindu Universitas Mahendradata mengundang Brahmaraja dan meminta membawa Patung Ganesa untuk Caru Resi Gana Jagad Raya / Meruwat Dunia, Maka dibawalah Pratima Aneh ini memenuhi Undangan untuk Meruwat Dunia / Caru Resi Gana Jagad Raya di Bali.

Sebelum ke Bali Pratima Ganesa ini dibawa Matur Piuning ke Jimbe Blitar dimana dtempat ini masih ada Utuh Patung Ganesa Majapahit dari Batu setinggi 2 Meter juga berwujut Kala belakangnya, Juga mampir Candi Simping Kademangan Blitar Tempat Bhatara Kawitan Pendiri Majapahit yang pernah di Pugar Era Raja Hayam Wuruk [Negarakertagama].

Bahkan Media POSMO di Surabaya memberitakan Peristiwa dan Ganesa Aneh yang akan di Bawa ke Bali ini untuk Meruwat Dunia sesuai Undangan yang di Terima oleh Wartawan Senior Drs. Husnu Mufit MBA..

Kemudian di Teruskan ke Bali jalan Darat dan Menginap di Ketapang dekat Watu Dodol, sambil menunggu Berita Penyambutan dari Bali dan Anehnya Laut Tenang seperti Kaca, Setelah mendapat Kabar Team Penyambutan telah berada di Gilimanuk, maka Ganesa di Sebrangkan ke Bali, Begitu Turun dari Kapal Penyebrangan, Sambutan Gong Bale Ganjur dan Sesaji pun dilaksanakan dan yang aneh yang menyambut ada Pendeta Hindu, Buda kepala Gundul, Umat Klenteng Kwan Kong dll Suku Ras dan Agama [SARA], Serta menuju Pura Segara untuk Matur Piuning, di Teruskan Pura majapahit Banyu Biru Negara Bali,

Disini pun Brahmaraja menjelaskan Tentang Ganesa Dwi Muka ini yang adanya hanya di Majapahit, di Dunia Hindu luar negeri tidak ada. Inilah keunikan Majapahit yang Pencipta Pancasila, juga Pencipta Ganesa untuk Caru Resi Gana / Ruwatan Nusantara. Juga Kebetulan Brahmaraja memiliki Keris bergambar Ganesa dan Anehnya hanya sebuah biasanya Keris ada Sepasang, Sedang Brahmaraja juga punya Tombak bergambar Bhatara Kala anehnya juga hanya sebuah, biasanya Tombak ada Sepasang. Akhir nya Ganesa dan Keris serta Tombak di Satukan dan di Jejerkan di Pura Jagadnata Denpasar Bali, dan menginap Semalam untuk di Upacarai, dimana Utusan Seluruh Dunia Hadir. Juga diadakan Agni Horta dari India yang di Doa'i Pendeta Hindu antara lain Ida Pedanda Sebali Tianyar dari Parisadha Hindu Darma Indonesia, DR Rames Sharty Maha Resi dari India, Bikuni Budha dari Jepang Takari, Biksu Budha Aliong Liong dari China, Biksu Wisnu, dan Para Sesepuh Kejawen seperti GRP Prawiradipura dan Para Biokong Klenteng, Mangku dll dan ini baru Pertama kalinya Pura Jagadnata Denpasar dipenuhi Umat dari berbagai Suku, Ras dan Agama Seluruh Dunia sebuah Pemandangan yang Menakjub kan dan Langka dan inilah Bukti ke Pancasila an Majapahit yang di Lestarikan Brahmaraja dengan membawa Pratima Ganesa Dwi Muka nya untuk Membersihkan Dunia dan Bali khusus nya.

Pagi Harinya diteruskan Pencucian Pratima, Tombak dan Keris Ganesa Kala, disertai Tarian Barongsai, Benar benar Upacara ini diikuti Suku Ras dan Agama [SARA] Bahkan Utusan Thailand, India, Tourist Mancanegara dll pun rela jongkok untuk mendapatkan Percikan Tirta [Air Cucian Ganesa Keris dan Tombak] juga Para pengunjung pun ingin mendapatkan Tirta Suci Ruwatan ini, Hal Serupa juga terjadi di Nganjuk [Anjuk Ladang] Jawa Timur bekas Kerajaan Mpu Sindog, dimana Air Cucian Patung Gajah Mada, Ratu Mas dan Pusaka Brahmaraja menjadi Rebutan Pengunjung membawa Gelas Plastik hingga ber Drum Drum Air yang dianggap Suci membawa Keslamatan ini ludes Habis [Indosiar] dan kemudian Ganesa ini di Kirap naik Dokar yang sempat Kuda Dokar nya Kerauhan ber Jingkrak Jingrak ketika melihat Keris Ganesa mungkin ketakutan melihat Gajah, tapi setelah di Tenangkan Brahmaraja Kuda ini Jinak kembali [Radar Bali]

Barisan SARA ini berarak arakan menuju Pantai Matahari Terbit Sanur, dan Yang aneh Mangku Deka dari Klenteng Kwan Kong asalnya Lumpuh, dan sembuh ketika ikut Sembahyang di Pura Ibu Jimbaran sebelum Kirap, Mangku ini lalu ikut Kirap sejauh 6 KM dan malah sembuh dari Lumpuhnya karena merasa di Ruwat sedang Ir. Liem Peng Hong dari Semarang yang Struk jalannya di Papah ikut Kirab juga Sembuh biarpun sempat Pingsan dan merasa di Ruwat lalu sehat.

Demikianlah Pratima Ganesa Dwi Muka yang Asli Ciptaan Majapahit dan ber Fungsi untuk Ruwatan / Caru ini Akhirnya membuat Ramai nya Media membahas nya, Bahkan oleh Wartawan Heru Jo dari Jawa Pos Radar Bali Khusus diberitakan 1 Halaman Penuh disertai Pembahasan nya, Inilah Keunikan Majapahit yang terkenal Berhasil Menyatukan Nusantara dengan Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangruwa nya, Serta Menciptakan Ganesa Dwi Muka yang tidak ada Duanya di Dunia dan masih Eksis hingga detik ini, yang mana di Jawa masih ada Ruwatan Bhatara Kala dan di Bali Ada Caru Resi Gana dan kini disatukan dalam Ganesa Dwimuka, Jadi Memang majapahit mempunyai Budaya yang Adi Luhung, Hingga Brahmaraja XI pun tetap Siwa-Buda ikut Budaya bukan Agama dan kini punya Mentri Kebudayaan sendiri,

Bila Majapahit di Agama kan tentu akan bertentangan, Contoh Ganesa Dwi Muka yang di India yang Agama Hindu tidak ada tentunya menjadi Kontrofersi, Tapi dalam Acara Ruwatan / Caru Jagad Raya Utusan India pun mau ikut karena Budaya Ruwatan / Caru ini hanya ada di Majapahit Sang Pemersatu, Maka nya banyak Orang Tidak mengerti hingga Brahmaraja selalu di Klaim Hindu tapi Beliau tetap mengaku Siwa-Buda Majapahit yang bisa menyatukan SARA dan memang Terbukti, dan Hindu Pun Agama Resmi mengakui dan mendukung dengan diberinya Brahmaraja Hindu Muda Award 2006.

Jadi Budaya bukanlah Agama, Tapi Agama bila datang kesatu tempat harus menyatu dengan Budaya setempat bukan malah memaksakan Budaya dari Agama itu berasal seperti sekarang ini, Contoh Islam yang baru masuk Abad XV sudah mau menerapkan Budaya Arab, dimana Budaya Asli Keraton Brahmaraja di Trowulan dibom Imam Karyono dan di Tutup dilarang Ritual dan Kegiatan dalam Bentuk Apapapun oleh Camat atas nama Islam, sebab Budaya Majapahit dianggap Kafir, Musrik dan Muja Berhala padahal masuk Budaya itu Ritual, Nyuguh Leluhur, Odalan, Caru dll dan waktu itu ada Mentri Kebudayaan Bapak Ardhika dari Bali, lha karena Mentri nya Baru jadi menganggap Keraton Majapahit Agama, padahal sejak Aliran Kepercayaan masuk Garis Besar Halauan Negara [GBHN] 1978,

Kepercayaan dibawah Direktur Jendral Kebudayaan dan dibawah mentri Pendidikan dan Kebudayaan termasuk Candi dan Peninggalan Purbakala serta Wilatiktapura nya Brahmaraja yang bukan Agama, Kini sudah ada yang mengatur Langsung Punya Mentri Kebudayaan Bapak Jero Wacik, Inilah yang perlu di LURUS kan agar Orang mengerti tidak asal CAPLOK, dimana khususnya Oknum yang mengaku Islam seperti Imam Karyono yang ngebom Pura Majapahit Trowulan dan Agama apapun tidak Mencaplok Budaya dengan mengobok obok seperti Rumah Brahmaraja yang melestarikan Budaya dan bisa Menyatukan, SEMOGA.


Juga kalau Pancasila mau dimasukkan Agama sebetulnya bisa karena Punya Kitab namanya Sutasoma, Punya Nabi yaitu Mpu Tantular bukankah Hindu Nabi nya Para Resi kitab nya Weda, Islam Nabi nya Muhammad dan kitab nya Quran,

Tapi waktu itu banyak Orang Islam yang Teriak bahwa Pancasila bukan Agama karena Mereka Takut kalau Pancasila diakui Agama karena akan kalah sebab 1965-'66 Mereka baru saja Sukses Menumpas Orang yang tidak ke Masjid dengan Tuduhan Komunis tidak ber Tuhan dan ini sebenarnya untuk Menumpas Pendukung Presiden Sukarno yang sangat kuat dan Mereka berhasil setelah Jutaan Pengikut Bung Karno habis di Tumpas dengan cap Komunis tidak ber Tuhan,1967 Bung Karno pun dijatuhkan dan di Tahan hingga Tewas 1970 masih dalam status Tahanan Republik yang didirikannya, jadi sudah benar Pancasila yang di Gali Bung Karno untuk Dasar negara Republik Indonesia ini masuk Budaya dan bisa menyatukan coba kalau masuk Agama ? kan Terkotak. Jadi sejak Bung Karno dijatuhkan 1967 Seni Budaya dimatikan, Para Tokoh Seni Budaya, seperti Sastrawan Pramudiya Ananta Toer, Situmorang dll di Tahan bersama ribuan Orang Lembaga Kesenian Rakyat [LEKRA] juga Punden, Tempat leluhur di Hancurkan karena dianggap Musrik dan Berhala, sampai Larung Sesaji, Mencium Bumi, Ruwat Desa pun dilarang, Baru 1978 Aliran Kepercayaan Warisan nenek Moyang dimasukkan Garis Besar Halauan Negara {GBHN} dan boleh berkegiatan tapi di Awasi dibawah Direktur Jendral Kebudayaan. dan Brahmaraja yang lebih dikenal Hyang Suryo sejak 1980 berjuang bersama sama Aliran Kepercayaan di Jawa Timur yang jumlahnya 197, agar Acara Suro'an Tingkat Nasional di Trowulan dan berhasil sejak 1993 dimana Semua Aliran Kejawen bisa ngumpul di Trowulan, didukung Dirjen Kebudayaan Drs. K Permadi SH waktu itu sejak itu Hyang Surya aktif di Himpunan Kepercayan. {HPK} dan menjadi Panitia Pahargian Suro'an, Bahkan bisa Mengadakan Waisak di Candi Ibu Bayalangu yang masuk Negarakertagama 2000 dihadiri semua Umat Kepercayaan serta Agama dan ketika Beliau Keratonnya di Tutup 2001 Beliau masih ikut acara Suroan 2002 sebagai Panitia. Juga ditahun yang sama di Percaya Meruwat Kota Kediri.

Inilah Bukti Brahmaraja dengan Adat leluhur bisa menyatukan termasuk Orang Irian yang mendukung Brahmaraja dan berkata "Saya Pemuja nenek Moyang" jadi Mumi Nenek Moyang yang posisi Jongkok di Irian di Puja birpun mereka ber Agama Kristen tapi tetap memuja leluhur, Jadi mari Janganlah mempersoalkan Brahmaraja Agama nya Apa? Beliau itu Kepercayaan Siwa-Budha dan masuk dalam Budaya yang punya Mentri Kebudayaan, jadi Jangan yang Punya Mentri Agama Arogan mempertanyakan Agama Brahmaraja, Karena didikan Orde Baru Orang harus ber Tuhan dan masuk Agama padahal untuk memperoleh Titel Agama tidaklah mudah dan jangan mimpi, kecuali di Luar Negeri Tidak ada Mentri Agama dan Agama hanya disebut ISME dan Orang bebas ber ISME karena itu Pribadi dan Hak Asasi yang tidak boleh di Campuri Negara, Memang hanya Indonesia Negara Aneh, Agama hanya 5 yang diakui dan Reformasi tambah 1 Konghucu inipun belum resmi baru Pengakuan Lisan Para Presiden yaitu Gus Dur, Mega dan SBY, jadi ber Tuhan Melalui Leluhur pun melalui Budaya kan bisa ???

Hukum Allah pun mengatakan yang ke 5 agar Menghormati Orang Tua agar diberi Surga dan Usia yang Panjang, Jadi Memuja Leluhur sesuai Hukum Allah / Tuhan masak yang melalui ber Budaya Memuja Leluhur lalu di Cap Komunis ? padahal kita dengan China dan Rusia Komunis sudah Hubungan dan Rusia pun menghargai Ortodok / Kuno mirip Brahmaraja yang mempertahankan Adat kuno Majapahit yang terbukti bisa MENYATUKAN Suku Ras dan Agama dan Delegasi Rusia pun mau mengunjumgi Brahmaraja yang Ortodok dan Pluralisme Tapi terbukti bisa menyatukan Suku Ras dan Agama [SARA] dan ini Nyata..

Akhirnya Pratima Ganesa Kala, di Semayamkan di Pendapa Agung Keraton / Pura Ibu Majapahit Jimbaran untuk Meruwat, dan Ribuan Orang datang meminta Ruwatan kepada GRP Prawiradipura termasuk AA Ngurah Darmaputra SH dan Ida Pedanda Telabah, Budi Hartawan SH, Komang Janggol anggota dan Ketua DPRD Bali, juga dari China Akuang dan rombongan, India seperti Kishore Pritdhnani dan Rita, Jepang dll dan Pratima Ganesa Dwimuka kini disemayamkan di Musium Pura Ibu, bahkan Guruh Sukarnoputra pun meminta Tirta Ganesa di Musium, Kelompok Sepiritual Pimpinan Mr. Lee dari Singapura, Juga Rombongan Kity Garba dari Ciu Hwa San sebelah Barat Shanghai China 22-7-2010 kemarin, Menurut Kepercayaan Ganesa adalah Dewa Peleburan dan Pembersihan baik Diri, maupun Jagadraya. Atau Dewa Tersakti dan Terpandai, dimana Patung Ganesa Terbesar di Dunia dan masuk Musium Rekord Indonesia [MURI] di Lovina Singaraja yang Prasastinya di Tanda Tangani Raja Abhiseka Majapahit Brahmaraja XI dalam pidatonya Beliau mengatakan bahwa Ganesa adalah Simbul Bung Karno yang Ibunya dari Singaraja juga sebagai Orang Tersakti yang di Granat, di Bedil bahkan dibom tetap Sakti, juga Orang Terpandai dengan bukti Titel DOKTOR nya 26 menurut Sukmawati Sukarnoputri yang ikut menanda Tangani Prasasti Peresmian disebelah Tanda Tangan Brahmaraja Wilatikta XI. Demikianlah Berita Ganesa Majapahit yang Unik dan Aneh yang berguna untuk Ruwatan atau Caru Resi Gana. Yang diganakan untuk Caru Resi Gana jagad Raya di Bali yang memang Ahli membuat Sesaji nya sejak Zaman majapahit.

Anehnya sejak menandatangani Prasasti Peresmian Ganesa Terbesar di Dunia Foto samping, Brahmaraja XI tidak pernah lagi ke Singaraja Karena Undangan ke Singaraja adalah Singaraja ingin mempunyai Patung Ganesa Terbesar mirip Garuda Wisnu Kencana [GWK] yang waktu itu Pusaka dan Pratima Pura majapahit berada disana di Undang Direktur Utama GWK dan Forum Studi Majapahit Era Komisaris Yayasan GWK Mangku Pastika Kepala Polisi Daerah {KAPOLDA}Bali 2003 untuk menunjang agar GWK bisa cepat terlaksana seiring adanya Bom Bali 1, Beliau di Singaraja 9 bulan di Musium Sasana Budaya dan dalam 9 bulan [Usia Kandungan untuk melahirkan Bayi] Terwujutlah Ganesa Terbesar di Singaraja. dan menurut Budi Hartawan SH anggota DPR Bali didampingi Raja Pancasari yang sejak 2006 ingin membuatkan Rumah di Daerah Danau Tamblingan, Brahmaraja selama di Singaraja tidak pernah minta Uang 1 sen pun untuk Transport dan Makan Beliau, ini yang mengaggumkan, Beliau menerima Sumbangan Tempat Tinggal dari Kerabat majapahit seperti Gusti Tisna SH dan Raja Puri Pide memberi Tempat Tinggal di Rumah bekas Raja Buleleng yang dibuang ke Padang Sumatra, Bangunan Kuna Zaman Belanda ini mempunyai Gapura Paduraksa Termegah di Singaraja, dan Parkir nya Luas, disinilah Beliau kalau Siang menerima Tamu-Tamu baik Lokal maupin Manca Negara.

 Bahkan untuk merehap Rumah Raja ini pada berebutan seperti Gusti Teken dari Musium bersama PU [Pekerjaan Umum] datang untuk me Restorasi Bangunan yang di Tempati Brahmaraja tapi Gusti Sujarwadi Raja Puri Pide dari Bank Pembangunan Daerah menolak dan Beliau yang merehab Bangunan Belanda ini dengan menambah bangunan penunjang lainnya karena Beliau memang di Bank Pembangunan Daerah Bali bahkan Tukang nya ada yang Dosen IKIP [sekarang Universitas Ganesa] yang bertitel DOKTOR ikut Ngaduk Semen dan Pasir dimana Wedakarna yang President Word Hindu Youth Organization yang belum jadi DOKTOR dan REKTOR keheranan melihat hal ini dan sempat ngobrol dengan Sang Dosen yang asal Jogja ini. Sang Dosen ini menjelaskan bahwa  beberapa bulan sebelum Kedatangan Brahmaraja sudah ada Kerauhan seorang Sulinggih Wanita, bahwa Raja Majapahit akan datang dan tinggal di Rumah ini, Ciri Ciri nya berambut Panjang dan Pakaiannya sangat sederhana dan ini sangat indentik dengan Hyang Suryo atau Brahmaraja XI yang belakangan diketahui,

Hingga ketika Beliau di Musium langsung saja diberi Kunci dan di Suruh menempati Rumah Raja ini, tapi Beliau awalnya menolak karena Beliau pun tidak mengaku Raja dan berpakaian Lusuh hanya ber Kaos Oblong Surya Majapahit, Setelah dipaksa Beliau mau tapi usul dan minta di Plaspas dulu karena akan ikut Pratima Ratu Mas bila Beliau bertempat tinggal, akhirnya Beliau memasuki Rumah Raja tepat  Hari Kemerdekaan. Dan di Rumah ini pula diadakan Ruwatan yang diikuti Gusti Teken dari Musium, Gusti Latria adik Pahlawan Lert Kol Wisnu, Gusti Kampial Ketua Pura majapahit GWK, Gusti Nengah Jero Jaksa Tabanan, Gusti Arya Sunu dll Para Kerabat Majapahit dari berbagai penjuru Bali.

Bahkan Karel Gunter Meyer juga memberi Bungalow di Hotel Melka Lovina tempat Menginap serta Tanah Pura Majapahit dan disini pulalah Ganesa Tertinggi dan Terbesar di Dunia terbentuk dan Pura Majapahit dipindahkan ke Sukasada dan Kali buk buk karena Sempit nya tanah di Areal Patung kalau untuk Pura dan Pura dan Pratima Ganesa hanyalah untuk memancing terbentuknya Patung Ganesa Terbesar dan ini di Ceritakan karena sudah Terjadi dan menjadi Sejarah sebelumnya memang Penuh Misteri apa rencana Brahmaraja seperti Pratima Airlangga juga di Stanakan di Garuda Wisnu Kencana [GWK] karena di Undang, tapi ganti Investor Kristen malah mau di gusur karena tidak mengerti Candi dan Pratima Niskala nya serta Patung GWK padahal Investor bisa ganti berganti seperti sekarang GWK malah dijual, Pemberian Tanah dan Rumah itupun yang aneh Bukan untuk Beliau tempati, Tapi untuk Melinggihkan Leluhur dengan membuat candi leluhur [Mrajan Beliau] Yang di Trowulan Candi nya yang juga Tempat Leluhur Brahmaraja dan Ibu Ratu Mas "Dilarang Ritual dan kegiatan dalam bentuk apapun" dan Beliau ngalah Tidak Upacara dan berkegiatan, karena Kerabat bali sulit ke Keraton Trowulan bahkan Sulinggih diseret keluar Keraton bila datang Oleh Imam Karyono Maka Beliau di Undang ke Bali setelah Bali di BOM, Puri Surya Majapahit di Sangket Sukasada Rumahnya Yang diberi Gusti Latria Adik kandung Pahlawan Mayor Wisnu yang namanya di Pakai Lapangan Terbang di Singaraja, akhirnya diresmikan jadi Tempat leluhur Siwa-Buda dengan 2 Candi, yang dihadiri PHDI dan Aparat di Singaraja juga sebagai Kantor The Majapahit Center dan The Sukarno Center,  yang aneh Singaraja tempatnya Tinggi dan Orang mengandalkan PAM [Perusahaan Air Minum] sejak Zaman Belanda, Tapi di Puri Surya Majapahit malah Timbul Mata Air Tepat dibelakang Candi Leluhur hanya sedalam 3 Meter yang membuat Orang Heran dan Kini banyak Orang meminta Air dari Sumur itu sebagai Air Suci. Kemudian Gusti Sentanu dari Kali Buk Buk Lovina juga memberi Tanah 200 Hektar untuk Kayangan / Parahiyangan Jagad majapahit di Situs Budha Kali Buk Buk abad ke IV, hingga Anggota DPRD Bali Budi Hartawan SH dan rekan2 nya menyumbangkan Gaji nya secara utuh untuk membangun Candi Siwa Buda, dan baru selesai Candi Buda nya yang Termegah di Nusantara dan untuk menguatkan Candi Buda Budi Hartawan dan Komang Janggol Anggota dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah [DPRD] Bali Mendak Pratima Ibu Dewi Kwan Im ke Trowulan untuk di Linggihkan di Singaraja agar Bali mendapat Kerahayuan dan Kerahajengan, Beliau pun belum mau ke Singaraja, "Nanti Kalau Ngenteg Linggih saya hadir" jawab Brahmaraja XI, dan Budi Hartawan SH bersama Komang Janggol  SE pun tidak bisa memaksa dan berjanji akan menyelesaikan Candi Siwa dengan menyumbangkan Gaji nya sebagai Anggota DPRD Bali.

Malah Sang Anggota DPRD Bali Budi Hartawan SH lagi-lagi datang bersama Raja Pancasari bersama Putra nya juga akan membangunkan Rumah / Keraton untuk Brahmaraja yang berpemandangan Indah di danau Tamblingan dekat Candi Ratu Mas yang sudah direncanakan sejak 2006 ketika Beliau masih di Singaraja untuk mewujutkan Ganesa Terbesar di Asia, Beliau pun hanya Tersenyum, Padahal di Sunantaya Penebel Tabanan Gusti Madan Keturunan Arya damar Ahli Srada yang masih ada,  Arya Damar dengan Gajah Mada yang datang ke Bali 1343 , memberi Tanah didekat Mata Air dan membangunkan Rumah sejak 2006, kembali Beliau belum pernah melihat Rumahnya, Tapi 2 buah Meru sudah ada untuk Melinggihkan Leluhur Majapahit dan diberi Pratima dan Bajra agar bisa di Upacarai, Karena Beliau Sibuk Undangan dan menemui Kerabat nya yang ingin bertemu, bahkan sering menghilang ke Jawa, dan Sulit dicari, Bahkan Sri Wilatikta Tegeh Kori Kepakisan Raja Majapahit Bali pun ketika ke Trowulan 23-7-2010 di Keraton Ibu Beliau tidak ada, Hanya di Temui R. Sisworo dan GRP Hary Bodronoyo dan Mas Andre Pangeran Klenteng Tuban. Sang Rektor dan Doktor Termuda di Dunia ini yang juga President The Sukarno Center dan President Word Hindu Youth Organization ini hanya bisa berbicara dengan Brahmaraja lewat HP

Pria Ganteng yang baru berumur 30 tahunan ini Atas nama The Sukarno Center memberikan Penghargaan PIN SUKARNO dari Emas kepada Gusti Raden Sisworo dan Raden Panji Hary sedang Brahmaraja XI juga pernah mendapatkan PIN Sukarno yang Langsung disematkan Sukmawati Sukarno Putri.

Demikianlah sedikit Tambahan Berita tentang Brahmaraja yang tidak bisa dipegang ekornya [Jawa dicekal buntutnya] atau dikendalikan Orang, bahkan Tiket Pesawat ke Jogja PP untuk akhir bulan juli ini terpaksa di Batalkan oleh Gede Susila karena tidak menentunya Brahmaraja.

Untuk bertemu biasanya sudah mengajukan Surat jauh hari sebelumnya. Karena kalau menemui mendadak sangat Sulit karena Padat nya Acara Beliau seperti Acara Haul Bung Karno Juni lalu di Bajra Sandhi yang dihadiri Putra Putri Bung Karno tidak di Hadiri Beliau karena mendadak nya Upacara dan Undangan Untung Acara Haul yang Pertama di Bajra Sandhi tahun lalu Beliau Hadir bahkan memberi Sambutan dimana Beliau tetap mengatakan bahwa Bung Karno adalah manusia Terpandai dan Tersakti di Dunia, kita patut Bangga memiliki Sukarno yang namanya mau dihapus dari Sejarah Indonesia tapi mana bisa ?.

{Ketua Forum Kebangkitan Siwa Buda GRP Prawiradipura, didukung The Majapahit Center, The Sukarno Center, Universitas Marhaen yang didirikan Bung Karno 1963 dan Dunia]

Ungkap Kenyataan © 2010 Brahmaraja XI | Majapahit Kingdom