English Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese French German Dutch

Minggu, September 26, 2010

BRAHMARAJA DIUNDANG KE BALI BERKAT RUWATAN KADHIRI

i-om
Ketika Hyang Bhatara Agung Surya Wilatikta Meruwat Kota Kadhiri 2002 [Berita di Blog terdahulu] Temanya "Gebyar Budaya pemersatu Bangsa" Ruwatan yang diadakan Radio Sri Aji Wijaya FM dan di Sponsori Koran MEMO, Gudang Garam dan Para Pengusaha Kadhiri Jawa Timur ini juga dihadiri Rombongan dari Bali dipimpin Gusti Kade Sutawa yang juga ikut Camat Kuta yang kena Bom Subawa juga Putranata Pemilik Hotel Lake View dan Sesepuh Bali Mula.

Dimana Sepanduk memenuhi Kota Kadhiri "Selamat Datang Para Tamu dari Bali" juga "Selamat Datang Hyang Bhatoro Agung Suryo Wilatikto untuk Meruwat Kota Kadhiri" dan Tiap hari Radio Wijaya FM menyiarkan Acara Ruwatan, juga Dialog Interaktif Budaya Pemersatu Bangsa yang langsung bisa tanya jawab dengan Hyang Bhatara Agung yang didampingi Komandan Komando Daerah Militer [DANDIM] Kadhiri Let. Kol. Edi serta dipandu Dalang Ruwat Ki Witak Tjondromowo Suryeng Bawoino [di Bali mirif Dalang Calonarang] dari Ponorogo Kota Reog yang terkenal Kesaktiannya Wayang Murwat Kala diadakan Siang [Wayang Lemah] dan Malam [Murwat Kala] di Halaman Hotel "Bismo" Alun Alun Doho Tempat Sakral Kerajaan Daha, Jenggala dan Kadhiri [Triloka Pura] yang Rajanya 1478-1526 Sri Wilatikta Brahmaraja V dan VI, Hingga Hyang Bhatoro Agung Suryo Wilatikto {Brahmaraja XI} Raja Abhiseka majapahit Masa Kini  dipercaya Meruwat Kadhri dengan Judul "Gebyar Budaya Pemersatu Bangsa" yang diikuti berbagai Suku, Ras dan Agama [SARA} Jawa dan Bali yang percaya Ruwatan, Tumpeng Ruwatan dipotong Walikota Kadhiri Mr. Maschut dan Pucuknya diserahkan kepada Brahmaraja XI, Hingga Gebyar Budaya Pemersatu Bangsa ini dilanjutkan ke Bali yang baru dibom oleh Gusti Sutowo, Camat Kuta Subowo, Putranata Dll Sponsor pada Januari 2003, Gebyar "Budaya Pemersatu Bangsa" di Bali adalah Pameran Pusaka majapahit sekaligus di Upacarai secara baik dan benar.Juga akan mengadakan Ruwatan / Prayascita Gumi. Pameran Pusaka di Bali untuk yang pertamakalinya sejak 500 tahun Keruntuhgan Majapahit, Sebelumnya di Bali Pusaka / Pratima tidak boleh di Pamerkan, Tapi untuk Pengetahuan Generasi Muda tentang Sejarah leluhurnya akhirnya Pameran Pusaka mendapat perhatian dan dukungan yang besar sekali.

Januari 2003 Media Bali sudah memberitakan Kedatangan Pusaka dan Pratima majapahit dari Pura Trowulan yang ditutup 2001, Dan dilakukan Penjemputan di Gilimanuk, Pusaka diiring dan Matur Piuning di Pura Tuluk Biyu yang Pemangkunya Jero Wacik [Kini Mentri Kebudayaan dan Parawisata 2 X Periode sejak 2004] Pameran / Nyejer Pusaka Pratima majapahit ini Pertama Kalinya di Hotel Lake View milik Putranata, diteruskan Art Center, Mengadakan Ruwatan Terbesar Abad ini di Hotel Sindhu 15 Desember 2003, Kemudian "Prayascita Gumi" di Bajara Sandhi yang di Seponsori Direktur Garuda Wisnu Kencana [GWK] dan Kepala Polisi Daerah [KAPOLDA] Bali Jendral Mangku Pastika yang juga Presiden Komisaris Yayasan GWK dan kini sudah jadi Gubernur Bali, Forum Studi Majapahait dan Pengusaha Hotel Bali serta Persatuan GM [General Manager] Hotel di Bali yang diketuai Gusti Kade Sutawa, Dan Pada Upacara Prayascita Gumi / Ruwatan Dunia di Bajra Sandhi inilah Direktur GWK mengundang untuk Pameran Pusaka di GWK, sayangnya belum bisa dipenuhi Karena Januari 2004 sudah Pameran Pusaka di Puri Anom Tabanan yang sudah berjalan ketika "Prayascita Gumi" yang dipuput Ida Pedanda Bang Buruan manuaba diadakan di Lapangan Bajra Sandhi Tempat Exhibition Pusaka dan Pratima majapahit diadakan dengan Panitia DR Sony dari Leden yang saat itu sudah berakhir dan Pindah ke Puri Anom Tabanan dengan Panitia Gusti Ngurah Panji Asmoro Bangun Trah Arya Kenceng Majapahit Kadhiri.

 "Nanti kalau sudah selesai di Puri Anom Telpon saya, GWK sudah menyediakan tempat" Ucap Sang Direktur Patung Terbesar di Dunia ini didampaingi Mangku Pastika KAPOLDA yang juga Presiden Komisaris Yayasan GWK kala itu. Didepan Sesaji Prayascita Gumi yang dipuput Ida Pedanda Buruan Bang Manuaba, yang belakangan juga Muput Odalan di GWK hingga 5 X mengikuti Pratima dan Pusaka Majapahit hingga melinggih di Kompek Prabu Airlangga yang di Manivestasikan Dewa Wisnu dan kebetulan Pratima Airlangga milik Pura Majapahit Nyejer di Bali di Patungkan sebagai GWK. Sebelumnya Ida Pedanda Buruan Bang Manuaba juga selalu Mlaspas dan Nyineb Tempat Tinggal Brahmaraja XI dan Pusaka majapahit, seperti di Art Center, Bajra Sandhi, Hotel Sindhu, Hotel Sahid hingga Ngenteg Linggih di GWK dan Beliau kalau Muput pasti Maturan Keben berisi Nasi, Lawar dan Guling "hangat" dari Gianyar hingga Muput nya Telat gara gara menunggu Keben Maturan kepada Brahmaraja XI ini, Demikian Cintanya Beliau kepada majapahit, hingga waktu itu Odalan di GWK Brahmaraja XI dalam Sambutannya mengangkatnya jadi Pendeta majapahait satu satunya karena hanya Beliau yang mengikuti Jalannya Pusaka dan Pratima dari Hotel Hotel hingga GWK, Sekarang Beliau sudah Terkenal dan sibuk di Dewata TV, TVRI dll  berdarma wacana, Dan Pura majapahit kini juga sudah banyak yang maturan Muput.

Barulah 30 Agustus 2004 di Garuda Wisnu Kencana [GWK] Foto samping ketika Pratima Majapahit tiba di Gilimanuk Ir. Suryawan General Manager [GM] Hotel Santika menjadi Sponsor 3 bulan dengan meminjami Meja Pameran Pusaka berikut Hiasannya Sedangkan untuk Meja Pratima ditangani langsung Direktur GWK Putu Antara dan Biku Shin Indrajaya, Selanjutnya setelah mundurnya Ir. Suryawan dari Hotel Santika, Pihak Direktur GWK dan Biku Shin Indrajaya dari Budha Teravada yang juga Pemilik Kawasan Ruko GWK juga Gusti Sudiksa Menantu Bendesa Adat Denpasar meneruskan Sponsor dan menambah 1 Ruko untuk Pameran hingga Dana Odalan jadi 1 Ruko Siwa dan 1 Ruko Budha juga Meja Pameran dari Art Center dipindahlan ke GWK menggantikan meja Hotel Santika, Bahkan ada Pejabat PLN Pusat yang Tangkil melihat Ruko belum ada Listriknya dan memberikan Penerangan PLN langsung dari Mr. Adnyana Ketua PLN Denpasar atas perintah Beliau dari Pusat, yang mana waktu itu Seluruh Ruko GWK belum ada Listriknya hingga membuat kagum Umat dan Investor yang masih pakai Disel Listriknya dan hanya dinyalakan malam hari saja, karena Pameran diperbesar bahkan malah Oleh Direktur GWK Putu Antara dan Managernya Bapak Sudiksa menawarkan Gedung Kampus [depan Pura Majapahit GWK sekarang] untuk Ruang Pameran tapi ditolak pihak Penyungsung termasuk Bapak Kari Putra Mangku Kantor yang di Tuakan di Ungasan, karena Sudah Upacara dan Sulit memindahkan Leluhur disamping itu Gedung Kampus itu dilewati Orang Mati ke Kuburan waktu itu, Kalau Pura GWK sekarang sebelah Rurung Agung tak jadi masalah cukup ditambah Pelinggih Durga Tangan Seribu seperti di Pura Ibu jadi Pura Dalem. Bila Odalan Pratima Durga Mahisa Wardhini bisa diiring ke GWK juga, kan Pura lain suka ngundang Beliau. Dan Semua Pratima dan Pusaka dahulunya kan berada di Ruko GWK sejak 2004, baru Oktober 2006 pindah ke Ruko Puri Gading Jimbaran yang kini Ruko ini malah berada didalam Komplek Pura Ibu Majapahit [Cin Kwan Si] yang kedudukannya sama dengan Pura Majapahit GWK Ungasan

 Khusus Pratima Airlangga juga dibuatkan Tempat di GWK atas dekat Rumah Makan dan Kantor GWK dibuatkan Ruangan Kaca tembus pandang dan telah disiapkan 1 meja khusus untuk Pratima Airlangga oleh General Manager [GM] GWK Yogi Swasembada yang sering ngundang makan Brahmaraja XI direstorannya, kembali Penyungsung yang diketuai Komang Artanegara yang juga Putra Bendesa Adat Ungasan menolak karena nanti ada Upacara Ngenteg Linggih Baru yang besar Dananya sebaiknya Dana untuk Odalan saja dan Pratima Airlangga biar bersatu di Ruko saja dengan Pratima dan Pusaka majapahit lainnya, Upacara Odalan dan Ngenteg Linggih di GWK bisa diadakan dan Hari Besar seperti Waisak, Galungan, Nyepi, Imlek  dll dipimpin Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba, dan Pusaka serta Pratima Melinggih di GWK tapi yang dibuatkan Pelinggih hanyalah Pratima Prabu Airlangga yang di Patungkan sebagai GWK dan Budha saja [2 Pelinggih 1 berupa Candi], dan hingga kini Sudah Odalan 5 X, dan bulan depan pada Purnama ke V akan Odalan yang ke 6 X nya. Pada awalnya biaya Odalan dibantu Direktur GWK Putu Antara dan Biku Shin Indrajaya juga Bapak Sudiksa yang Mertuanya Bendesa Adat Denpasar, Tapi sejak Investor Baru sudah tidak ada bantuan lagi, tapi Umat sudah bisa Mandiri bila Odalan yang diatur oleh Drs Komang Artanegara SE yang juga Humas GWK dan penduduk asli serta Putra Bendesa Adat Ungasan, untuk masa kini Biaya Odalan sudah bukan masalah lagi karena tiap Purnama dan Tilem saja Penyungsung yang datang sudah mencapai  2 ratus ribu orang bila mereka urunan biaya Odalan tidak jadi masalah lagi. contoh perorang 1000 saja sudah terkumpul 200 juta cukup untuk Odalan dan Caru Gede,

 Belum bantuan umat dari Jawa yang percaya leluhur nya dan kebetulan Penyungsungnya terdiri dari Suku, Ras dan Agama [SARA] seperti Odalan tahun lalu Umat Islam Denpasar yang diwakili Bambang nyumbang 5 juta, Belum Mr Surif dari Sumenep Trah Wiraraja disamping nyumbang juga Rombongannya ikut nyumbang, Juga Group Romo Yanto Sidoarjo, Andre Bodronoyo Putra Mbah Hendra Saputra Pemilik Klenteng Tuban, Group Bun Bio Jawa Timur Hong Tjie Fei, Go Sik Kian Ketua Klenteng se Jawa Timur yang baru dipilih ke 2 X nya September 2010 dalam Musyawarah Daerah [MUSDA] di Hotel Istana Jenggala Tulung Agung [dengan Dukungan Penuh Pura majapahit jenggala Brahmaraja XI Cin Kwan Si], Kiti Garba Jakarta, Juga keluarga Besar Gusti Kanjeng Pangeran Arya Sontodipuro Sesepuh Peladen Bangsa Mangkunegaran yang sering ke GWK beberapa Bis Dll. umat Klenteng se Jawa. juga Kepercayaan Kejawen yang bukan Agama tapi Budaya dan  masuk Garis Besar halauan Negara [GBHN] sejak 1978 dinaungi Direktur Jendral [DIRJEN] Kebudayaan bukan Departemen Agama [DEPAG] dan Majelis Ulama [MUI] nya yang selalu menyesatkan [Haram, Musrik, Kafir dll] Budaya kita, Hingga 10 Mei 1998 Prof. DR KH Agil Siraj [Sekarang Ketua NU] berpidato dihadapan ratusan ribu umat SARA di Aula Gedung Gereja Katolik Darmo Permai Surabaya mengatakan bila Reformasi akan membubarkan Departemen Agama, Budaya yang punya Mentri sendiri biarpun yang sekarang kurang bisa melindungi Tapi untung Hukum mulai jadi Panglima jadi Tuduhan Ilegal, Tidak diakui sebetulnya Pembodohan yang dilegalkan Agama menganggap Mentri Budaya dan Warisan Budaya majapahit tidak ada, ya maklum masih barunya Departemen Budaya ini dulu ikut Dompleng Mentri Pendidikan. Hingga Brahmaraja XI yang berjuang sejak 1978 dengan Kepercayaan Siwa Budha, Wisnu Budha, Sapto Darmo dan 197 Kepercayaan di Jawa Timur yang diakui Dirjen Kebudayaan dan di Bali pun Kepoercayaan Siwa Buda sudah didaftarkan Dinas Kebudayaan Bali disamping Yayasan Puri Surya majapahit agar Legal biarpun di Undang dan Sukses berkat Berdiri Diatas kaki Sendiri [BERDIKARI] salah satu Ajaran Bung Karno Pendiri Negeri ini, Penggali Pancasila dan Pencipta Pewrsatuan Dunia Nasional- Agama dan Komunis [NASAKOM] dimana kita sekarang pakai Pesawat Shukoi nya Komunis Rusia yang baru Delegasinya mengunjungi Brahmaraja XI padahal Masih banyak yang anti Komunis dan demo ke DPR seperti FPI yang mengusir Anggota DPR di Banyuwangi dengan tuduhan membangkitkan Komunis untung Rusia tidak tahu Demo di Banyuwangi hingga tetap ngirim Shukoi nya, 2001 Puro / Keratonnya di Tutup SKB Mentri Agama yang ternyata salah sasaran, hingga diundang ke Bali "Gebyar Budaya Pemersatu Bangsa" kini di GWK.dan Brahmaraja XI ngalah saja memang Hukum waktu itu tidak ada, Sekarang ? Hukum adalah Panglima biarpun Slogan kan masih ada Angin Surga. Juga Teroris sedang di Berantas, dengan adanya Latihan Kopasus  dan SAS Australi menangkal Teroris di Bandara Ngurah Rai bali.kemarin {TV dan Koran]

2006 Gedung Pratima di GWK yang berupa Ruko [Rumah Toko] diminta Investor yang kebetulan Baru secara mendadak dan Surat tertanggal 27 Sptember 2006 ditujukan Biku Shin Indrajaya dimana 3 Oktober Ruko harus Kosong semua dan Kunci baik yang belum laku maupun yang sudah laku agar diserahkan Investor Baru, Ini Membuat Kelabakan Biku Shin Indrajaya yang membantu Majapahit dan memberi tempat Pelinggih Leluhur Airlangga Kawitan Jawa bali, hingga meminta Perpanjangan 3 Bulan agar Brahmaraja bisa mencari Tanah dan membangunnya, Tapi hanya dengan waktu 5 menit Brahmaraja XI dan Umat dari Jawa bisa membeli Ruko di Puri Gading yang hanya 800 Meter dari Area GWK jadi aneh dari Jalan Raya Uluwatu hanya 800 Meter juga dari Jalan Raya ini hanya 800 Meter Pelinggih Airlangga yang di Patungkan sebagai GWK. Dimana Biku Shin Indrajaya menyumbang AC dan perlengkapan lainnya di Ruko Puri Gading ini, jadi Sang Biku tidak perlu repot mencari Tanah bahkan membangun Rumah untuk Brahmaraja yang makan waktu 3 bulan, Jadi Perpanjangan 3 bulan ditolak Brahmaraja "Masak leluhur minta perpanjangan ?" malah Leluhur Durga Tangan Seribu yang memberi kita Perpanjangan hidup ini, contoh Brahmaraja tidak pernah sakit akibat restu leluhur yang selalu diusahakan bisa di Upacarai, bahkan dibuatkan Pelinggih, Agar melinggih dan bisa memberikan Kerahayuan dan Kerahajengan kepada kita semua yang percaya dan nyungsung Beliau. Jadi Brahmaraja itu membuatkan Candi leluhur agar Beliau tidak dikultuskan seperti banyak Aliran Kepercayaan yang bila Pimpinannya Meninggal Dunia akan bubar karena tidak ada yang bisa menyamai Sang Pemimpin kadang Pecah jadi 2 Kepemimpinan, Jadi Orang cukup ke Candi leluhur bukan mencari Beliau dan Candi leluhur Brahmaraja Kawitan ini bisa Abadi dipuja bukan Brahmaraja XI nya, contoh Dah Hyang Nirata sudah tidak ada 500 tahun, Pura Rambut Siwi nya masih ada dan di Pugar serta dimintai Kerahayuan. Juga Pelinggih Brahmaraja dan Ratu Mas di Besakih sejak 1343 masih di Upacarai padahal Brahmaraja Kawitan sudah Mokswa, yang ke XI pun malah berdo'a kesana, tapi di Undang. Sebab  dirumah Beliau kan ada juga sebagai Kawitan Beliau. Seperti di GWK dan Puri Gading sekarang berikut Pratima nya. Kadang Orang sulit menerima maksud Brahmaraja XI yang tidak ingin di Kultuskan dan mengarahkan ke Candi berdo'a tanpa mencari Beliau sebab kalau mencari Beliau tidak bertemu akan kecewa bahkan ada yang marah seperti Ir Suryawan kemarin, Dan Leluhur Kawitan yang Melinggih itulah harusnya yang dicari untuk mendapatkan Kerahayuan bukan Brahmaraja XI Pribadi. Juga Candi sudah ada Pendeta Siwa Buda nya yang sangat Suci [Vegetarian] agar Mendo'akan Umat bisa di Terima leluhur,

Beliau Para leluhur bisa memberi Jalan dan Terbukti hanya dalam 5 menit bisa mendapatkan Ruko langsung terima kunci dengan uang muka 10 juta, dan baru 1 jam di Ruko sudah ada Penawaran Tanah di belakang Ruko, hingga karena maturan Tanah di Puri Gading Jelas maka pembangunan begitu Pesat nya hingga Biku Shin Indrajaya bersyukur dan kagum atas Suksesnya Pembangunan Pura Ibu juga Gusde, Bambang Eko Priono, Sony dan Para Mantan Panitia Gebyar Budaya Pemersatu Bangsa Pada bangga atas Perjuangan Brahmaraja XI Melinggihkan dan Mengupacarai Leluhur majapahit Kawitan bersama, Waktu Ngenteg Linggih, Odalan dan Caru Gede  pun di Puput Tri Sadaka yaitu Pendeta Siwa Pendeta Budha dan Bujangga dimana Hadir Prof Drs Subagiasta MBA dari Parisada Hindu Dharma Indonesia [PHDI] yang memberikan Dharma Wacana tentang Sudah benarnya Upacara Lingga dan Yoni / Leluhur yang selalu di Pidatokan Beliau di TVRI dengan didengarkan Para Umat dari seluruh Dunia, Juga Sumbangan Tari Legong Keraton dari Ibu Susila Jelantik Puri Karang Asem disamping Tari Rejang Dewa, Topeng Sidakarya, Gamelan, yang malamnya dihibur Wayang Mengui, Joget Bumbung  dll Sumbangan dari Umat lainnya, maka Sah lah Candi Ibu ini sebagai Stana Ibu majapahit Dewi Parwati Tangan Seribu. Dan Odalan tiap hari Budha Kliwon Gumbreg Enyitan 6 bulan 1 X .Dan Pratima Dewi Tangan Seribu ini banyak di Undang ke Pura di Bali seperti Pura Tuluk Biyu Upacara Madewa Sraya juga tiap Odalan, Pura Dalem Mengui, Pura Yeh Gangga Tabanan, Tirta Gangga Karang Asem, Universitas Marhaen, Pura Jagatnata 2009 dan 2010 Hampir dilarang masuk dll

Awalnya Ruko Puri Gading Jimbaran hanya untuk Gedong Pratima, Agar bila Pura GWK Odalan tidak terlalu jauh Mendak Pratima Wisnu Manivestasi Airlangga ini, Tapi terjadi ke Ajaiban, dalam tempo 1 Bulan sudah dapat maturan Tanah di Belakang Ruko dan dibuatlah Candi Ibu Majapahit yang kini menjadi Pura / Keraton Ibu Majapahit dan Odalan nya 6 Bulan 1 X pada hari Budha Kliwon Gumbreg Enyitan, sedang GWK 1 tahun 1 X Purnama ke V. yang jatuh bulan depan Oktober 2010 ini. Kini Pura Ibu sudah sejajar dengan Pura GWK yang Wisnu hingga lengkaplah "Lingga dan Yoni" atau Setana Leluhur Purusa dan Predana atau lebih dikenal "Siwa Budha" yang hanya berjarak 800 meter x 2 yaitu 1200 Meter kedua Pelinggih / Candi nya. Dan kini Candi ini sudah Men Dunia dan dikunjungi berbagai Delegasi Dunia dan Duta Nusantara termasuk Putra Putri Bung Karno, Dan di Singaraja juga pernah meminta Pratima Ganesa Mei 2005 dan 9 bulan terwujut Ganesa Terbesar dan Tertinggi di Asia yang diresmikan Raja Abhiseka majapahit Sri Brahmaraja Wilatikta XI dan Sukmawati Sukarno sebagai wakil Pendiri Republik ini dalam satu Prasasti, juga Tokoh Tokoh Dunia ikut meresmikan dalam lain Prasasti pada Februari 2006, bahkan  di Lovina yang hari ini 27/9 sudah di kunjungi 3000 kapal pesiar [Bali Post] juga terbentuk Kayangan Jagat Ganesa Budha di Sukasada dan kali Buk Buk Lovina [Berita di Blog terdahulu] Demikianlah dijelaskan lagi Kronologis di Undangnya Brahmaraja XI ke Bali, dan semua yang membantu Majapahit sudah pasti dibalas leluhur Nusantara, Terbukti semua diberi Jalan Lancar oleh leluhur kita, tapi ya ada yang merasa berjasa kepada leluhur tanpa mau merasakan Jalan yang selama ini diberi Leluhur dan ini bisa membuatnya akan mengalami Kesusahan, Bagi Brahmaraja XI membela dan berjuang untuk leluhur adalah Kuwajiban kita bukan mencari nama dan kepopuleran tapi semua itu akan terjadi bila Leluhur menghendaki karena ketulus iklasan kita, Tanpa leluhur kita tidak akan pernah ada, Sesuai Allah juga pada Hukumnya yang ke V mengatakan "Hormatilah Orang Tuamu, Supaya mendapatkan Surga dan Usia yang Panjang" [10 Hukum Allah] sayang nya ini di kitab Taurat bukan di Qur'an jadi kurang dihayati sebab sekarang yang di Trapkan adalah Qur'an dan hadist, Hingga Candi tempat leluhur pun di Sesatkan ini terbukti ditutupnya Puri Surya majapahit Trowulan 2001 bahkan Aliran Kepercayaan yang mempelajari Qur'an - Injil dan Jabur malah dibubarkan di Indrapuri Sumatra 2010 ini [TV] kalau di Jakarta sudah beberapa tahun yang lalu dibubarkan bahkan ditangkap Orang yang belajar Injil, Qur'an dan Jabur itu, Tapi Brahmaraja XI tetap gigih berjuang untuk Memuliakan leluhur Pemersatu Nusantara hingga jadi perhatian Dunia. Selamat Berjuang dengan Budaya Pemersatu Bangsa !!!

[Ketua Team Dokumentasi dan Arsip Pura majapahit GRP Nakha Prawiradipura]




Ungkap Kenyataan © 2010 Brahmaraja XI | Majapahit Kingdom