English Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese French German Dutch

Kamis, Oktober 07, 2010

CANDI BHATARA JENGGALA JAYASABHA

i-om
Ketika Brahmaraja XI dimintai Ijin World Hindu Youth Organization [WHYO] mengeluarkan Pratima Ganesa dan Ibunya untuk di Kirap Caru Resi Gana Jagatraya di Pura jagatnata menuju Pantai Matahari Terbit Sanur bulan lalu, Dijelaskan Brahmaraja XI mengadakan Matur Piuning dan Nuntun ke leluhur Jenggala, Juga ke Tempat Leluhur lebih tinggi yaitu Candi Wajak tempat ditemukan Fosil Wajak dimana DNA Orang Jepang indentik dengan Fosil ini Foto dibawah Brahmaraja XI dengan latar belakang Gunung Wajak tempat Candi dan Fosil, Daerah Jenggala selatan Sungai Brantas yang dalam Sejarah China disebutkan lebarnya Sekungli [4 km] memang masih banyak meninggalkan Jejak Sejarah Zaman majapahit, Dan untungnya di Pura Besakih Bali masih Lestari Pura jenggala, Meru Brahmaraja dan Permaisurinya Ratu Mas Magelung atau Dewi Kwan Im.

Di Jenggala biarpun keadaan Rusak dan tidak di Upacarai lagi karena Zaman Islam sudah memuja Allah yang satu, Leluhur dianggap Setan dan Musrik / Haram dipuja, Tapi masih untung adat Ruwat Deso / Danyang masih lestari, dan hal ini terhenti 1965, dimana Lurah, Carik, Kepolo dan Juru Kunci Candi leluhur di Tumpas berikut Jutaan Orang yang tidak ke Masjit dan Upacara Nyuguh Leluhur termasuk Ruwat Deso dilarang seperti Larung Sesaji di Telaga Ngebel pun dilarang Bupati waktu itu dan sekarang HKBP pun dilarang berdoa hingga Pendetanya di Tusuk Pisau bulan lalu padahal sudah memuja Allah satu dan baru hari ini Penusuknya tertangkap [TV]. Dan masih untung pula Turunan Juru Kunci Candi yang musrik masih ada dan kembali jadi Juru Kunci masa sekarang dan menghidupkan Suguh Leluhur bagi Candi yang Besar seperti Candi Kawitan Pendiri Majapahit di Simping Blitar yang masuk dalam kitab Negarakertagama dan pernah dipugar di Era Raja Hayam Wuruk serta Sang Raja Era Keemasan Nusantara ini juga memerintahkan membangun Candi Ibu di Bayalangu Foto samping Candi Jenggala Brahmaraja juga Abu Dara Petak Ibunda Jayanegara Raja Majapahit kedua yang masa kecilnya bernama Kala Gemet Dara Petak [Putih] Permaisuri Raden Wijaya diletakkan diamping Abu Dara Jingga Permaisuri Brahmaraja kedua Putri ini bersaudara Mereka Putri Raja Miao Li dari China hingga di Jenggala sampai hari ini banyak ditemukan Uang Kepeng / Gobok China. Candi ini Berdiri dekat Pesanggrahan Jayasabha brahmaraja di wilayah Fosil Wajak Daerah Jenggala Selatan Kali Brantas [Tukad Bharadah] yang generasi sekarang tidak bisa melihat bentuk aslinya Candi Candi Jenggala yang megah karena hancur dan tidak ada Fotonya karena waktu itu Mr Kodak Penemu Camera dan Film belum ada bahkan Mr. Columbus pun Penemu Benua Amerika belum lahir.

Kanan Kiri Undak-Undak ada Pratima Kembar
Perusakan 1965-1966 ini memang parah, Termasuk di Jenggala dan para saksi hidup masih bisa bercerita dengan jelas dan akurat karena mereka mengalami dan melihat dengan Mata Kepalanya sendiri, Tentang Pembunuhan kaum yang dianggap Musrikin dan Penghancuran Punden dan Candi Musrik Pujaan kaum Musrikin, Dan Tokoh Musriknya seperti Lurah, Carik, Kepolo, Juru Kunci Candi Dll ya dihabisi bahkan tak tentu dimana kuburnya. Candi yang didesa terpencil untungnya kini sudah menjadi Suaka Purbakala dan Sejak Zaman Belanda dilindungi Statblat 1921 dimana merusak Candi bisa dihukum, tapi 1965-1966 tidak ada hukum termasuk membunuh jutaan orang yang di Cap Komunis tidak ber Tuhan, jadi Perusakan Canbi, Punden dan Tempat Keramat yang dianggap Musrik atau Kafir menyekutukan Leluhur [setan] dengan Allah sangat parah hingga bisa dilihat masa kini Arca Dewi Gayatri di Bayalangu kepalanya hilang, juga Temuan arca Budha di Candi Pesanggerahan Jenggala semua tanpa kepala dan dibawa ke Trowulan tahun lalu dari rumah Juru Kunci takut hilang dicuri kata Mbah Tambak, Arca Tribhuwana di Trowulan tinggal Sandaran / Praba nya saja Hancur luluh di linggis dan hanya tinggal Daun Teratai yang sangat indah dan sempurna, Juga Arca Tribhuwana di Candi Rimbi tinggal Kakinya yang indah Perhiasannya itupun masih pecah / sigar,  kini Purbakala sudah bikin Hukum baru, denda 100 juta bagi yang merusak dan pidana 5 tahun dan maksimal 9 tahun. Kalau dalam Lontar Pitaka leluhur Merusak Candi di Sambar Petir [TVRI Acara Pigura / Candi]

Yang untung Relief Cerita Panji di Candi Brahmaraja di Jenggala yang terbuat dari Bata Merah dimana masih bisa dilihat seperti Foto samping Gambar Gusti Raden Panji [GRP] Jayasabha V besan Raden Wijaya Pendiri Majapahit. Karena Putranya Arya Cakra Wisnu Wardhana mengawini Dewi Tri Bhuwana Ratu majapahit III maka Hyang Bhatara jenggala mendapat Gelar Sri Wilatikta Brahmaraja yang untung Candi / Meru nya juga ada di Besakih Bali yang dibuat Arya Damar yang juga Putra Jayasabha Brahmaraja V dan Gajah Mada 1343 dan tetap di Upacarai hingga detik ini, di tahun yang sama juga diadakan Pemugaran semua Candi Brahmaraja di Majapahit sesuai Prasasti Manjusri di Musium Berlin Jerman. Relief Hyang Mapanji Jayasabha Wisnu Wardhana V atau Bhatara Jenggala yang didampingi dua Punokawannya yang dalam Wayang Jawa Timuran disebut Semar dan Besut, Bali Tualen dan Merdah dan Cerita lama Majapahit Sabdopalon dan Noyo Genggong untuk Lokal Jenggala dan Kadhiri disebut Mpu Daha dan Mpu Daka yang Ngemong Keturunan Airlangga bila menjadi Raja dan Titisan Wisnu yang Kutukannya berlaku dan sedang berjalan saat ini seperti Banjir Bandang, Angin Besar, Air Laut naik kedaratan, Hama, Gunung Meletus, Pageblug Dll. [TV] serta Turunnya Putra Bhatara Indra secara Nyata menciptakan Persatuan bukan jadi Presiden yang hanya bisa dipilih 2 periode. contoh Brahmaraja masih ada ke Sebelas, bukan 2 periode tidak boleh jadi Brahmaraja yang Eksis 1000 tahun sejak Zaman Mpu Sindok Leluhurnya..

Demikianlah sedikit Gambaran Para leluhur Jenggala yang masih bisa dilacak saat ini, dimana Jayasabha V menikahi Putri China Dara Jingga / Yulan ini diawal Berdirinya majapahit, setelah Jayasabha menjadi Panglima Perang dan Besan Raja majapahit bergelar Bhatara Indra Permaisurinya juga bergelar Indreswari yang belakangan di Bali juga disebut Ratu Mas magelung atau Dewi Kwan Im Manivestasi Beliau setelah Upacara Srada yaitu di Manivestasikan Dewa titisan dan acara ini hanya ada dalam adat Siwa Budha dan terhenti sejak 500 tahun yang lalu akibat keruntuhan Siwa Budha majapahit dan berganti Idiologi Islam yang tidak kenal Pemujaan selain Allah [Tiada Tuhan selain Allah], maka Tatacara Adat yang adiluhung pun punah, hanya Bali masih melestarikan tapi hanya memokswakan [Ngaben, Memukur dan Ngalinggihan di Mrajan] saja belum sampai Upacara Srada memanivestasikan pada Dewa Titisan karena Raja Bali hanya tingkat Anglurah. Contoh Raja Bali Anglurah Arya Kenceng sampai sekarang masih Arya Kenceng nama Pelinggihnya di Besakih belum di Manivestasikan Dewa Titisannya, sedang Arya Damar telah di Manivestasikan Dewa Bhairawa dan di Candikan di Swarna Bumi Sumatra. Raja Udayana juga belum upacara Srada dimanivestasikan Dewa Titisannya, Sedang Permaisurinya Mahendradata Putri Prabu Airlangga Manivestasi Dewa Garuda Wisnu Kencana [GWK], sudah di Manivestasikan Dewi Durga Mahisa Wardhini dan dibuatkan Pura Durga Kutri Blahbatuh Gianyar yang lestari dan di Upacarai selama 1000 tahun sampai detik ini. yang tahun lalu di Kunjungi Brahmaraja XI berikut Pratima Mahendradata Durga Mahisa Wardhini yang baru mengikuti Ganesa Caturty 2010 di Pura jagatnata. Kini di Bali masih ada Ahli membuat Banten Srada yaitu Gusti Madan Keturunan Arya Damar yang ke Bali 1443 bersama Gajah Mada, di Puri Sunantaya Penebel Tabanan yang juga menghadiahkan Tanah untuk Brahmaraja XI yang sudah diresmikan Brahmaraja XI dua Pelinggih Leluhur Siwa Budha di Bukit dekat Mata Air jalan menuju Pura Peninggalan majapahit Biaung, serta Gusti Madan, Gusti Kukuh dan Keluarga Besarnya membangunkan Rumah / Pesanggrahan buat Generasi ke XI Jayasabha [Sri Wilatikta Brahmaraja] ini agar punya Rumah di Daerah Kerajaan Arya kenceng di Tabanan dan sampai detik ini Brahmaraja XI belum sempat melihat Rumahnya..


Sedang Brahmaraja Bhatara Ring Jenggala di Besakih mempunyai Meru Tumpang Sebelas  Permaisurinya Ratu Mas Indreswari Meru Tumpang Tiga, Pintu Meru Brahmaraja 2009 masih dikawal 2 Barongsai tapi 2010 sudah diganti Barongsai bersayap atau Kendaraan Budha dan kini Simbul Kota Singaraja juga Barongsai / Singa bersayap yang Keris gambar Singa Bersayap milik Brahmaraja XI berada di Musium Ganesa Terbesar di Dunia mendampingi keris Tebu Wulung Ganesa yang diminta sebagai Taksu Patung Ganesa Terbesar di Dunia agar tidak sendirian, Keris Singa Bersayap ini dahulunya berada di Rumah Raja Buleleng yang dibuang ke Padang, dan Rumah Kuna ini direstorasi menjadi Tempat tinggal Brahmaraja XI untuk menerima Tamu hingga Terwujutnya Ganesa Tertinggi di Asia versi MURI juga Kayangan Jagat Siwa Budha tak jauh dari Rumah Raja, Yaitu sebelah Monumen Let Kol Wisnu yang nama ini dipakai Lapangan Terbang Buleleng, dimana adiknya Gusti Latria masih ada dan memberi Rumah Kecil Model Majapahit Peristirahatan [Pesanggrahan] untuk Brahmaraja XI dan kini menjadi Kayangan Jagat Siwa Budha yang keluar Mata Air tepat belakang Candi Budha dengan memperluas area tanahnya untuk Puri Surya majapahit Brahmaraja XI. Dan di Kali Buk Buk Lovina juga sedang dibangun Kayangan Jagat Siwa Budha oleh Gusti Sentanu yang menghadiahkan Tanahnya kepada Brahmaraja XI berapapun luas yang diperlukan untuk Pura Siwa Budha dan Brahmaraja XI berjanji akan hadir bila Ngenteg Linggih nanti, Juga Raja Dalem Pancasari Buleleng sedang membuatkan Rumah Pesanggrahan untuk Brahmaraja XI dekat Candi Mas dan Brahmaraja XI juga malah belum sempat melihat Rumahnya dekat Candi Mas ini karena kesibukannya dan Beliau kini sedang berada di China tempat leluhur Ibu untuk mohon Restu Kerahayuan dan kerahajengan karena Surga dibawah Telapak Kaki Ibu.menurut Kitab Agama yang diakui.

[Team Sejarah UNMAR]

Foto sudah masuk di FB http://www.facebook.com/album.php?aid=42180&id=105834824949

Ungkap Kenyataan © 2010 Brahmaraja XI | Majapahit Kingdom