English Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese French German Dutch

Minggu, Januari 23, 2011

BRAHMARAJA BERTEMU SUKMAWATI DI ISTANA PRESIDEN

i-om
Suasana Minggu 23-1-2011 sangat Cerah,Kelihatan kesibukan tersendiri dikediaman Brahmaraja XI desa Jimbaran, Mobil berderet dan bayak Orang berkumpul, ada yang berbaju Merah, Kuning GWK, Abu Abu, hitam Dll dan semuanya mengenakan Sarung Kebaya, ada yang bersaput dan ada yang hanya mengenakan Ubet / Ikat pinggang ala Jago Silat, Tepat jam 10.oo Rombongan berangkat, Brahmaraja diapit Mariko Takaki Pelajar asal Jepang dan Ayu lelong juga Pelajar asal Negara bali, Sopir Gusti Surya kencana didampingi Pandita GRP Prawira yang membawa Pratima leluhur majapahit. [Foto kanan bawah] Iring Iringan ini menuju Istana Presiden Tampak Siring Bali.

Tepat jam 12.00 Rombongan Brahmaraja XI tiba di Istana Presiden dan langsung Menuju Gedung Yudistira, Begitu turun dari mobil Brahmaraja disambut Gadis Panitia Penyambutan berbusana serba hitam [Foto Atas kiri], dan dengan akrab Brahmaraja merangkul sang Penyambut yang rupanya sudah kenal lama dan biasa menyambut kedatangan Pria yang terkenal dengan panggilan Hyang Suryo bila acara Resmi, sambil berangkulan Sang gadis berkata "Saya bangga bisa bersama Pria Ganteng sekali apalagi difoto...."  dan memang di Foto tapi dari belakang


Juga Sukmawati lalu menyambut dan menyalami "piye kabare..." [Foto atas kanan] keduanya berkata seperti koor Sukma menyebut Hyang Suryo dan Brahmaraja menyebut Suk..... Setelah duduk sejenak tak beberapa lama diadakan Obrolan  tentang situasi berita TV keadaan Negara yang dilanda Bencana dan Dagelan Hukum,


Dimana Raja majapahit Bali Sri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan I dan GRP Prawira banyak mendominsi pembicaraan [Foto atas], dan hanya sesekali Brahmaraja ikut bicara dalam Bahasa Jawa logat jawa Timuran yang kental ketika Sukmawati menyinggung Nasionalisme dan Bapaknya Bung karno. Juga disinggung Pesan Bung Karno kalau ingin melihat majapahit lihatlah ke Bali karena Bali masih mempraktekkan majapahit.

"Lha piye to, Sejak Bung Karno diceblokno ajaran Sukarnoisme dilarang, Wong gak weruh opo iku Nasionalisme, malah Budi Pekerti yo gak diajarno, Yo ngene iki Bongso iku sak'iki...Pinter keblinger...dadi yo maklumlah..." [Sejak Bung Karno jatuh dan Ajarannya dilarang, Orang tidak tahu Apa itu Cinta Tanah Air, Malah Budi Pekerti tidak diajarkan di Sekolah, ya begini bangsa ini sekarang Pintar Kelewatan, jadi kita harus maklum] Kata Brahmaraja XI menghibur melihat Sukmawati bersedih melihat nasib bangsa ini dan berkata "Gimana ? Piye iki...?" menirukan Logat Blitar Sahabatnya yang rumahnya di Blitar hanya bersebrangan jalan, Brahmaraja rupanya kurang tertarik Politik dan hanya bicara menghibur tapi nyata Kata Beliau bila ditanya tentang situasi Negara yang ribut Kebohongan dan dengan santai tapi bermakna Beliau ber Sanepa lagi  "Lho lek Politik iku Ireng dadi Putih, dadi yo gak mbujuk, lha lek pingin ngomong bener terus yo kudu gak melu Politik Politikan [Lho kalau Politik itu hitam bisa jadi putih, jadi tidak bohong, kalau tidak mau bohong dan ingin ngomong bener ya tidak berpolitik].

Ketika Sukma atau Roh Bung Karno ini menyebut Partai PNI yang Tua tapi kecil langsung dijawab "Sak jane dudu cilik, tapi di cilikno, biyen masang gambare Bapak ae omah'e di Jur, piye maneh ?... dadi dicilikno, dadi lek mulai maneh yo Cilik, mengko Gede terus Tuwo yo cilik maneh....kan Rudo mumet terus lha Perubahan iku sing Abadi..." [Bukan kecil, tapi dikecilkan. kalau memulai biasanya ya dari kecil dulu, lalu besar kemudian Tua lagi, Kan Roda berputar terus, jadi yang abadi itu Perubahan]


Demikianlah Brahmaraja selalu berkata Nyata dan berpepatah tingkat tinggi. Obrolan juga diselingi minum Teh. "Wah saya haus sekali" kata Sukma dan langsung menyedot Teh Kotaknya, Brahmaraja juga "Hwaduh Uuenak aku yo ngelak rek...." ikut nyambar Teh dan disedot pula hingga tetes tarakhir dan Seorang Gadis Mahasiswi mendekatkan sekotak lagi berikut Jajan ala Bali melihat ini Brahmaraja tersenyum "Cukup rek...Kelempok'ken mengko..." Tapi Ajudan Brahmaraja lalu membawakan teh itu mungkin untuk diminum diluar Gedung Yudistira sebab didalam Komplek Istana tidak ada Orang bejualan minuman jadi jalan jalan di Istana yang sangat luas itu perlu bawa minuman,.Dan benar di Wantilan Brahmaraja XI meminum lagi Teh Kotak dari pemberian Sukmawati setelah makan jajan bersama, usut punya usut Brahmaraja sejak semalam belum makan karena suasana Hujan Lebat dan Angin kencang kata Satuan Tugas Pengaman [SATPAM] GWK Suwada yang terbiasa menyediakan makan malam dan sejak sore pulang karena cuaca buruk untuk persiapan ke Istana pagi harinya.


       

Akhirnya Acara diteruskan Sembahyang di Tempat Suci Bung Karno, Sukmawati menyerahkan Kipas warna hitam bergambar Sepasang Burung Gelatik kepada Brahmraja XI  [Foto kiri atas] dan diterima dengan Gembira lalu dikipas kipaskan kedadanya [Foto bawah kiri] hingga mirip Film Wong Fei Hung Jago Kungfu yang senang kipas kipas karena Kipas bisa dipakai Senjata dalam Film Kungfu ala China, juga memang suasana waktu itu Mendung Gelap dan tanpa angin jadi agak panas Udaranya dan anehnya tidak hujan padahal diluaran Hujan lebat dan angin kencang, Kipas itu  dibawa ketempat Meditasi Bung karno di Sebuah Kolam Keramat dimana Bung Karno Sering Merenung dan Meditasi untuk mendapat Pawisik mengatur Negara serta menyatukan Dunia, Brahmaraja yang 1957 sempat melihat Pembangunan Istana bersama Almarhum Ibundanya juga didampingi Mr. Lee yang fasih beberapa Bahasa termasuk China, Inggris dan Belanda, Beliau Panitia Negara Penerimaan Kepala Kepala Negara Asing Termasuk Tjoe En Lay Perdana Mentri China ketika berkunjung ke Bali Beliau penterjemah bahasa China ke Bahasa Indonesia

Mr. Lee diera 70 an pernah berkantor di Hotel Indonesia {HI} kamar 229 juga di Singapura Beliau merintis Pembangunan Batam, Lapangan Terbang di Hongkong dan 2009 sempat berkunjung ke Bali bertemu Brahmaraja sayang Mata Beliau sudah tidak bisa jelas melihat Orang tapi Beliau sangat hafal dengan Suara Brahmaraja yang logatnya agak Nyeleneh dan tidak bisa bersuara pelan kebetulan Reporter The Sukarno Center ikut mendampingi Brahmaraja dan banyak tahu Cerita Mr. Lee yang dekat dengan Bung Karno. "Wah dulu dekat Bung Karno bisa di Ciduk.." kata Pria Usur dan Sahabat Raja Karang Asem waktu 1952 memberi Tempat tinggal di Puri nya, dan jalannya Pria Berambut putih tapi semangat Nasionalisme nya demikian berapi api ini sudah dipapah Cucunya dan bercerita masa lalu kepada Reporter The Sukarno Center sambil tangannya menjepit Rokok 555 Beliau tetap hidup akibat Kecanggihan Pengobatan di China yang Profesornya banyak dari Indonesia yang dikirim Bung Karno dan tidak bisa pulang karena di Negeri ini sedang anti China Komunis dan Putus Hubungan akibat Jatuhnya Bung Karno 1967 Para Mahasiswa yang dikirim Bung Karno lalu menetap di China dan Rusia sambil bekerja karena Pasportnya dicabut dan Mereka diterima sebagai Warga Negara ditempatnya bekerja, belakangan ada Profesor dari Rusia yang pulang dan ditemukan keluarganya di Jogja dimediai Stasiun TV Nasional Tapi hanya beberapa hari di Indonesia Pakar Atom ini pulang lagi ke Rusia,


Dan Keturunan ke XI Brahmaraja yang Pelinggihnya ada di Pura Besakih Bali ini juga ikut berjalan jalan mengenang masa lalu ketika Bangsa ini demikian Besarnya dan dihargai Dunia akibat Kebesaran Bung Karno yang Menyatukan Asia Afrika dan mengajarkan Nasionaliame yang kuat, sambil Para Wartawan Jeprat Jepret mengambil gambar Pria yang selalu mengurai Rambutnya yang sebahu apalagi duduk menirukan Bung Karno sambil memandang Mata Air yang selalu Mancur sepanjang masa dan disebut Tirta Empul dibawah Istana yang juga banyak dikunjungi Touris Lokal dan manca Negara saat itu,



Karena luasnya Koplek Istana Mobil Mersy hitam selalu mengikuti kemanapun Raja majapahit Masa Kini ini berjalan mungkin agar kembalinya tidak berjalan jauh lagi Foto Atas kanan Brahmaraja melepas Jas Merahnya ternyata masih pakai baju merah didalamnya, kalau tidak salah Beliau terakhir mengunjungi Istana ini 1989 Kata Orang Tua penjaga Istana yang mengalami Zaman Bung Karno dan Surat Ijin Kunjungan masih tersimpan di Trowulan. Imbuh Beliau.


Brahmaja mewakili Raja Majapahit dan Sukmawati mewakili Bung Karno Pendiri Negeri ini Keduanya 12-2-2006 Meresmikan dan Menanda Tangani Prasasti Ganesa Terbesar dan Tertinggi di Dunia dalam satu Prasasti ini, Dilanjutkan Juni 2008 Sukmawati berkunjung ke Brahmaraja di Puri Surya Majapahit Jimbaran dan mewakili Dunia menyerahkan Mahkota majapahit kepada Raja majapahit Masa Kini yang juga Sahabatnya yang dipercaya melestarikan Ajaran Bung Karno khususnya Berdikari [Berdiri diatas kaki sendiri] dan Cinta Tanah Air [Nasionalisme], Serta 11-11-2009 Sukmawati bersama Brahmaraja di Pura Durga Kutri Blahbatuh Gianyar mencuci Tongkat Bung Karno hingga ada Tirta Jatuh dari Langit mengguyur keduanya, dan kali ini Pertemuan diadakan di Istana Presiden Tampak Siring Tempat sakral Kenangan Zaman Bung Karno yang kini mulai dikaji lagi Ide Sang Putra Fajar ini tentang Nasional-Agama-Komunis [NASAKOM] yang realita saat ini dimana Rusia dan China yang Negara komunis membantu Indonesia Pesawat Shukoi dan Jembatan Madura mirip Zaman sukarno, Juga Ide Mempersatukan Asia Afrika oleh Orang Tersakti dan Terpandai di Negri ini yang sekarang disebut Negri Bedebah oleh Metro TV, dan lagi Gonjang Ganjing Kebohongan dan Rekayasa Hukum hampir tiap jam menjadi Berita TV di Negri ini hingga menjadi Pembicaraan Tokoh Lintas Agama. "Dulu kita ngaku Orang Indonesia sangat membanggakan [maksudnya Era Bung Karno] Sekarang ? hwaduh, kita malah malu karena jadi bangsa Budak dan tidak punya harga diri lagi" dan memang di TV sampai Mahasiswa dan Pelawak Doyok ngumpulkan Uang 1000 rupiah perorang untuk memulangkan Para TKI yang tinggal dibawah Jembatan di Arab. [TV hari ini] dan DPR serta Masyarakat Jogja mengumpulkan uang receh untuk SBY.

Dan dengan Berdo'a kepada Para Pahlawan dan leluhur yang lagi marah dan menggerakkan Alam yang kurang dicintai penghguninya ini antara lain Tulisan Sabdopalon "Alun Minggah Ing Daratan" atau Air Laut naik kedaratan hari ini di jakarta Utara sedang terjadi juga Ombak besar yang menunda kebrangkatan kapal hingga Muatan membusuk juga Nelayan tidak bisa melaut disemua Daerah, Ama katah angdatengi atau Hama banyak yang berdatangan membuat Lombok mati keriting dan membusuk kena Hama padahal Lombok lagi bagus harganya, hingga kita import lombok dari China yang harga jualnya 40 ribu rupiah perkilo ini cukup merah karena Lombok lokal 100 ribu perkilo, juga Banjir Bandang melanda Magelang inilah yang memprihatinkan juga Angin Agung Anggergisi Angin Puting Beliung menghancurkan banyak rumah dan sekolahan, Juga Gurita Paul yang tewas dan menyedihkan tinggat Dunia barat penggemar Sepak Bola dan di Replikakan, bayangkan ramalan Gurita saja dipercaya, apalagi Ramalan leluhur kita yang adiluhung dan bisa menciptakan maha Karya Keajaiban Dunia Borobudur. Ketika Brahmaraja ditanya Reporter kok tidak ber Politik dijawab kalau berpolitik dan jadi Calon kan turun pangkat, masak Brahmaraja XI yang diakui hingga Mancanegara malah rebutan jabatan hanya 2 Periode kan tidak lucu ? Juga di TV ada Tokoh Agama Islam yang berkata kalau mencalonkan atau mengajukan Diri dan keluar Uang lagi itu bisa disebut Haram. Sebagai Brahmaraja malah banyak dimintai Restu Calon Pejabat dan banyak Caleg yang jadi, Hingga Gaji mereka semua disumbangan Pembangunan Pura leluhur seperti Budi Hartawan SH anggota DPR Bali bagian Kesejahtraan rakyat [KESRA] bahkan ditambahkan oleh Budi Hartawan kepada Reporter ini bahwa Brahmaraja tidak pernah minta uang satu Sen pun, Ketika 9 bulan di Singaraja hingga terbentuk Ganesa Terbesar dan Tertinggi di Dunia, Juga Kahyangan Jagat majapahit di Kali Buk Buk Lovina dan Rumah / Puri Brahmaraja di Pancasari yang di Bangunnya belum pernah di Kunjungi, Rencana Galungan yang lalu Budi Mengundang Brahmaraja tapi Beliau berhalangan, Dan malah bertemu Beliau di Lapangan Terbang Juanda inipun Budi Hartawan sudah terhibur. "Saya maklum akan kesibukan Beliau yang milik Orang banyak" imbuh Sarjana Hukum Anggota DPR Bali bagian Kesra ini.
Sepulangnya dari Istana ada kejadian aneh, Pratima Dewi Kwan Im menangis, Awalnya karena terjadi Hujan dan angin besar di Pura Ibu ketika Brahmaraja ke Istana Tampak Siring, maka diperkirakan Pratima tertimpa air Tampesan Hujan hingga Mata Kiri Dewi Kwan Im tertimpa Air, Tapi ternyata tetesan yang mirip Air Mata itu membekas dan tidak bisa hilang, Ini sesuai Lagu "Ibu Pertiwi Menangis Sedih..." Demikian kejadian Aneh ini, Juga bila menjelang Tahun baru IMLEK semua Pratima dibersihkan, Dan Pratima Dewi Kwan Im seperti dalam Foto ternyata bisa Menangis dan untuk membuktikan Tangisan itu Air matanya membekas tidak bisa hilang. Apakah memang keadaan Negara yang amburadul tentang Hukum dan Bencana Alam Sabdopalon dan tidaknya cinta bangsa ini kepada Tanah Airnya yang membuat Ibu Kita Menangis ? Dan Media Bali hari ini 25/1 memberitakan Angin Besar menerjang Bali hingga beringin Zaman majapahit Roboh memakan korban Jiwa di Pejeng, Juga Legian, Gianyar, Karang Asem, Singaraja dilanda Angin Besar yang memporak porandakan Ratusan rumah, Hotel dan bangunan lainnya, Atap berterbangan demikian bencana Hujan Lebat dan Angin melanda bukan Bali tapi mendunia dan sangat mirip Tulisan Sabdopalon yang diterbitkan Tan Khoen Swie 1853

Zaman Jayabaya dan Sabdopalon belum ada Foto Satelit harusnya kita menghormati keakuratan dan kecanggihannya, sedang Orang sekarang dengan angkuhnya menerjemahkan Foto Satelit, Peramal Brasilia baru januari ini meramal jakarta dan sudah dibesar besarkan di TV, Bok ya Sabdopalon juga di TV kan, tuh Jayabaya bilang "Kukum Yudo sedoyo" kan cocok Hukum mati semua kena gayus jadi Ramalan Raja Jawa yang turunan Pembuat keajaiban Dunia Borobudur malah tersisihkan Satelit dan Titel lulusan Universitas yang dahulu belum ada, harusnya kita bangga tanpa lihat Satelit dan Kuliah bisa nulis akurat dan tak terbantahkan tapi dasar kita sudah jadi bangsa Tolol dan Budak makanya tidak bangga pada leluhurnya yang Adiluhung padahal Dunia barat yang bisa bikin Satelit, Kapal Induk, Pesawat Siluman, Bom Pintar dan bom Nuklir malah percaya Ramalan Gurita Paul, Kita ? dasar Tolol dan Goblok selalu melecehkan leluhur sendiri padahal Dunia [UNASCO] malah memugar Borobudur yang di Kalaim warisan untuk anak cucu Dunia juga mengakui Hasil Karya Adiluhung leluhur Kita seperti KERIS yang Nenek Moyang Peluru Kendali [Rudal] dan batik, Kita ? malah ngebom itu Candi hasil Maha Karya Leluhur yang dikagumi Dunia, bahkan Ilmu kita yang mencapai Mokswa juga kalah oleh Buku Ilmu nunggu daging busuk di Alam Kubur nunggu Kiamat, Kalender Inca nulis kiamat 2012 juga malah dibantah habis habisan oleh bangsa tolol ini, Harusnya dibantah dengan mengajukan Buku Jayabaya, bukan buku arab, Bung Karno yang dikagumi Dunia sebagai Manusia terpandai dan tersakti malah Bukunya "Sukarnoisme" dilarang, China yang juga banyak mempunyai Buku seperti Kera Sakti, Samkok, Tao Tek Keng, Ilmu Mokswa juga malah dicap Komunis tidak bertuhan sampai Tulisan dan bukunya juga dilarang, Sekarang Gubernur dan PU [pekerjaan Umum] pada Studi Banding dan memuji China aneh bukan ?, Demikianlah di Pura Ibu Majapahit Pratima Dewi Kwan Im yang di Bali disebut Ratu Mas magelung berusia 1000 tahun mengkin lebih [Zaman Mpu Sindog] bisa menangis, dan Bekas Air Mata bisa dilihat dalam Foto diatas Dan Pratima sudah dibersihkan tapi Air mata masih membekas dan bisa dilihat sampai sekarang dan boleh diselidiki Cairan apa itu kok pas di Mata Kiri menetes dan membekas. Aneh tapi Nyata.


[Reporter The Sukarno Center]



Ungkap Kenyataan © 2010 Brahmaraja XI | Majapahit Kingdom