Setelah mengikuti Tahun Baru 2011 di Pura Besakih, Tahun Baru Imlek 2562, Tahun Baru Saka 1933 dan Upacara di Bali lainnya, Pagi ini 18 Maret jam 6.oo Wita dari Pura Ibu Majapahit Jimbaran Pratima Sabdopalon yang juga dikenal Semar dan 2007 sempat di Kirap dari Rumah Brahmaraja ke Pendopo Agung Trowulan pada acara Suran, diiring kembali ke Trowulan Rombongan dipimpin Pandita Agung Majapahit GRP, Prawiradipura, Juga di Pura majapahit Garuda Wisnu Kencana [GWK]
Rombongan yang dipimpin Drs. Komang Artanegara SE sedang bersiap berangkat menuju Trowulan dengan membawa Sesaji dan Pandita Siwa Budha untuk melinggihkan kembali Pratima Sabdopalon di Rumah / Puro / Griyo / Dalem Brahmaraja XI Jalan Brawijaya 15 Trowulan yang juga Pusat Informasi Majapahit Brahmaraja, dan sore Rombongan Pura majapahit GWK ini akan menyusul.
Rombongan yang dipimpin Drs. Komang Artanegara SE sedang bersiap berangkat menuju Trowulan dengan membawa Sesaji dan Pandita Siwa Budha untuk melinggihkan kembali Pratima Sabdopalon di Rumah / Puro / Griyo / Dalem Brahmaraja XI Jalan Brawijaya 15 Trowulan yang juga Pusat Informasi Majapahit Brahmaraja, dan sore Rombongan Pura majapahit GWK ini akan menyusul.
Pratima Sabdopalon dipakai Simbul oleh Sri Gautama dari Pare Kadhiri yang berada di Bali 1962 untuk Kepercayaan "Sapto Darmo" , Sri Gautama adalah Seorang Pandita Kejawen yang Kondang di Wilayah Kadhiri dan tinggal di Pare yang memiliki Candi Surowono dan Tejo Wangi Peninggalan Majalahit tempat Setana Prabu Jayasabha,
Kepercayaan Sapto Darmo dengan Simbul Sabdopalon atau lebih dikenal Semar di Jawa ini eksis dan Banyak pengikutnya hingga membuka cabang diberbagai Daerah Foto samping Sri Gautama dirumah Brahmaraja XI Banjar Titih [Puri Dangin] difoto oleh Mr. Lee pada tahun 1962 dengan Camera Dorong seberat 1 Ton gambar sesuai besar Film nya yaitu 6X9 cm dan kini Film ini sudah sulit dicari, Untuk Surabaya Jawa Timur diketuai Mbah Puguh dan Sanggarnya di Darmo Kali yang juga bersama Brahmaraja dan 197 Kepercayaan di Jawa Timur dibawah HPK [Himpunan Penghayat Kepercayaan] yang diketuai DR, Djoko Soemono ikut memusatkan Acara Suran tingkat Nasional di Trowulan 1993, Juga ditahun yang sama Rapat di Sanggar Saptodarmo Darmokali, ketika Hyang Suryo minum Kopi bersama Mbah Mashuri SH di Warung Kumuh tepi jalan Mojopahit depan Universitas Widya Mandala bersama Tukang Becak, Diadakan Rundingan Suran untuk Kota Surabaya yang pertama kalinya, akhirnya berhasil dengan meminjam Gedung Kesenian Cak Durasim di Genteng Kali, Dengan dana awal dari Mr. Charles 500.000 rupiah Acara Sukses dengan dihadiri Direktur Jendral [DIRJEN] Kebudayaan Drs. K. Permadi SH yang langsung menutup biaya kekurangannya Bahkan Gubernur Jawa Timur ikut hadir juga menyumbang dana Suran yang baru pertama kalinya diadakan di Surabaya di Era Orde Baru.
Kepercayaan Sapto Darmo dengan Simbul Sabdopalon atau lebih dikenal Semar di Jawa ini eksis dan Banyak pengikutnya hingga membuka cabang diberbagai Daerah Foto samping Sri Gautama dirumah Brahmaraja XI Banjar Titih [Puri Dangin] difoto oleh Mr. Lee pada tahun 1962 dengan Camera Dorong seberat 1 Ton gambar sesuai besar Film nya yaitu 6X9 cm dan kini Film ini sudah sulit dicari, Untuk Surabaya Jawa Timur diketuai Mbah Puguh dan Sanggarnya di Darmo Kali yang juga bersama Brahmaraja dan 197 Kepercayaan di Jawa Timur dibawah HPK [Himpunan Penghayat Kepercayaan] yang diketuai DR, Djoko Soemono ikut memusatkan Acara Suran tingkat Nasional di Trowulan 1993, Juga ditahun yang sama Rapat di Sanggar Saptodarmo Darmokali, ketika Hyang Suryo minum Kopi bersama Mbah Mashuri SH di Warung Kumuh tepi jalan Mojopahit depan Universitas Widya Mandala bersama Tukang Becak, Diadakan Rundingan Suran untuk Kota Surabaya yang pertama kalinya, akhirnya berhasil dengan meminjam Gedung Kesenian Cak Durasim di Genteng Kali, Dengan dana awal dari Mr. Charles 500.000 rupiah Acara Sukses dengan dihadiri Direktur Jendral [DIRJEN] Kebudayaan Drs. K. Permadi SH yang langsung menutup biaya kekurangannya Bahkan Gubernur Jawa Timur ikut hadir juga menyumbang dana Suran yang baru pertama kalinya diadakan di Surabaya di Era Orde Baru.
Keberadaan Sri Gautama di Bali juga oleh Brahmaraja XI yang akrab dipanggil Hyang Suryo Sang Resi diajak mengunjungi Meru Brahmaraja di Pura Besakih, Disinilah Beliau menerima Wahyu leluhur dan mendirikan Organisasi Sapto Darmo dengan Simbul Sabdopalon atau di Jawa terkenal dengan nama Semar yang juga dipakai dalam Pagelaran Wayang Kulit di Jawa, sedang Wayang di Bali yang masih Asli mirip Relief Candi di Jawa disebut Ratu Malen dan disingkat Tualen atau Malen dan di Jawa disebut Semar atau Samar [Kelihatan tapi Ada],
Aliran Kepercayaan Sapto Darmo ini tahun lalu di Jogja dihancurkan Kelompok berbusana ala Arab dengan teriakan Alahu'akbar, Gambar Sri Gautama dan Simbul Sabdopalon dibanting diinjak injak, juga Wanita Penjaga sanggar tak luput dari Tendangan dan Gebukan Tongkat hingga terbaring entah Tewas atau masih hidup tak ada beritanya Gambar Vidio Kebrutalan terhadap Kepercayaan Jawa ini ditayangkan di Trans TV yang menyusul Tayangan Penyerbuan Cikesik Pandeglang Banten yang sangat ngetren. Padahal sejak 1978 Kepercayaan masuk GBHN [Garis Besar Nalauan Negara] dan bukan dibawah Mentri Agama, tapi dibawah Direktur Jendral Kebudayaan dan Mentrinya membawahi Pendidikan dan Kebudayaan, tapi 1999 Mentri Pendidikan pisah dengan Mentri Kebudayaan dan Parawisata, Jadi Kepercayaan malah Punya mentri Kebudayaan sendiri,
Tapi anak buah Mentri Agama tetap mengobok obok Kebudayaan dengan menghancurkan Sapto Darmo dan mengebom Puro Mojopahit Trowulan dan Pemerintahpun bukan melindungi malah Camat yang mewakili Pemerintah Menutup dan melarang Kegiatan Brahmaraja XI yang dikenal Hyang Suryo 2001 yang waktu itu sudah ada Mentri Kebudayaan Mr. Ardhika bahkan sudah ke Trowulan yang belum dikenal Kelompok Islam tukang ngebom. Dianggap Mentri Agamalah yang paling berkuasa di Negeri ini. yang punya MUI {majelis Ulama Indonesia] yang bebas Menyesatkan Kepercayaan yang tidak disukai Kelompoknya dan memicu Anarkisme. Padahal Prof DR. KH. Agil Siraj pada 10 Mei 1998 mengatakan dihadapan Ribuan masa di Aula Gereja Darmo Permai Surabaya "Kalau Reformasi pertama Departemen Agama harus dibubarkan karena memecah belah" sekarang Beliau malah jadi Ketua NU Organisasi terbesar di Negeri ini.
Tapi anak buah Mentri Agama tetap mengobok obok Kebudayaan dengan menghancurkan Sapto Darmo dan mengebom Puro Mojopahit Trowulan dan Pemerintahpun bukan melindungi malah Camat yang mewakili Pemerintah Menutup dan melarang Kegiatan Brahmaraja XI yang dikenal Hyang Suryo 2001 yang waktu itu sudah ada Mentri Kebudayaan Mr. Ardhika bahkan sudah ke Trowulan yang belum dikenal Kelompok Islam tukang ngebom. Dianggap Mentri Agamalah yang paling berkuasa di Negeri ini. yang punya MUI {majelis Ulama Indonesia] yang bebas Menyesatkan Kepercayaan yang tidak disukai Kelompoknya dan memicu Anarkisme. Padahal Prof DR. KH. Agil Siraj pada 10 Mei 1998 mengatakan dihadapan Ribuan masa di Aula Gereja Darmo Permai Surabaya "Kalau Reformasi pertama Departemen Agama harus dibubarkan karena memecah belah" sekarang Beliau malah jadi Ketua NU Organisasi terbesar di Negeri ini.
Bagi Umat Kejawen Sabdopalon atau Semar sangat di Hormati juga sebagai Tokoh Wayang yang paling Sakti dengan senjata "Kentut" nya yang bisa merubah Jadi jadian ke Wujut aslinya seperti dalam cerita "Petruk dadi Ratu" Petruk yang berwajah Ganteng mengenakan Mahkota kena Kentut Semar berubah jadi Petruk dan dijewer kupingnya dibawa oleh Semar ke Padepok'an Karang Tumaritis untuk dihukum. Inilah Lakon dalam Wayang Purwa yang anak kecilpun hafal ditahun sebelum 1965, kini juga dihafal tapi hanya sebagian Orang Tuwa Kejawen saja dan Kalangan Keraton Solo dan Jogja serta Sesepuh di Kadhiri, Blitar dll yang masih ada Kejawennya.
Rombongan Sabdopalon diperkirakan tiba di Trowulan sore ini, Persiapan Penyambutan di Puro Trowulan juga dilakukan, Biku Acun sudah datang jam 17,oo WIB dengan membawa ratusan Nasi Kotak juga Andre Tan Fak Ging dari Klenteng Tuban ikut mempersiapkan Penyambutan Sabdopalon dibantu Raden Panji Gautama serta Umat kejawen sudah membersihkan Tempat Sabdopalon di Pusat Informasi Majapahit, juga Tamu dari Polda [Kepolisian Daerah] Jawa Timur Mr. Sudarsana ikut datang berpakaian biasa Suasana yang biasanya Hujan angin hari ini tidak hujan tapi mendung menggelayut dan tidak ada angin, Pohon Pohon diam membisu.
Tepat jam 18.05 Rombongan Pengantar Sabdopalon tiba Bis dan mobil langsung diparkir di Jalan Sabdopalon dan penumpangnya turun di Pusat Informasi menurunkan Pratima Sabdopalon yang disambut Raden Gautama untuk dilinggihkan ditempatnya semula, Tepat jam 18.18 WIB Pratima Sabdopalon melinggih kembali disebelah Dewi Tangan seribu, Kepulan Dupa memenuhi Pusat informasi yang penuh sesak dengan ratusan Pengiring dan Penerima Sabdopalon termasuk dari Blitar, Krian, Surabya dll, Kemudian Acara Naglinggihan diadakan dengan Do'a bersama dipimpin Mangku GWK, Jero Purnama Besakih, Bikuni Takaki dari Jepang dll,
Tepat jam 18.05 Rombongan Pengantar Sabdopalon tiba Bis dan mobil langsung diparkir di Jalan Sabdopalon dan penumpangnya turun di Pusat Informasi menurunkan Pratima Sabdopalon yang disambut Raden Gautama untuk dilinggihkan ditempatnya semula, Tepat jam 18.18 WIB Pratima Sabdopalon melinggih kembali disebelah Dewi Tangan seribu, Kepulan Dupa memenuhi Pusat informasi yang penuh sesak dengan ratusan Pengiring dan Penerima Sabdopalon termasuk dari Blitar, Krian, Surabya dll, Kemudian Acara Naglinggihan diadakan dengan Do'a bersama dipimpin Mangku GWK, Jero Purnama Besakih, Bikuni Takaki dari Jepang dll,
Banten Odalan dan Ngenteg Linggih dibawakan dari Bali yang dibuat Eka Group, Hadir Mangku GWK, Bikuni Takaki, Jero Purnama, dll yang akan Upacara ngalinggihan .Mr, lakon utusan Bendesa Adat jimbaran juga sibuk menurunkan Banten Upacara, Mobil Banten / Sesaji odalan giliran masuk parkir di Puri Surya Majapahit Jalan Brawijaya 13 karena hanya bisa 1 mobil yang masuk itupun harus Mobil Suci yang membawa Sesaji Odalan dan Ngenteg Linggih. Brahmaraja XI juga dengan melangkahi Sesaji Penyambutan langsung melihat Sabdopalon yang sudah Melinggih dengan benar ditempat semula
Pagi 19/3 Komang Sopir dan Jero Purnama dari Besakih ke Pasar Maja Agung untuk belanja kekurangan Sesaji Upacara odalan dan Ngenteg Linggih Sabdopalon, Mangku GWK juga sibuk mengatur Dupa dan Sesaji Sabdopalon, Ibu Gusti Kampial juga sibuk memeberi Tirta pada Para Gadis yang akan membantu membuat Sesaji agar terjaga Kesuciannya, Jero Gede Istri Lanang Dauhpuri juga sibuk membuatkan Brahmaraja XI Kopi, Teh dan Jajan serta diletakkan diatas Dulang dan diberi Dupa untuk Makan Pagi, juga mebuat Dapur Umum dengan membawa Kompor dan peralatan dari Bali sedang Mr. Lakon membeli Peralatan masak dan membuat Air Panas tenaga Listrik di Maja Agung. Kadek Moyo sibuk mendokumentasi dengan peralatan digital.
Untuk pertama kalinya sejak ditutup 2001 Gapura paduraksa yang menghadap Segaran dan dipinggir Jalan Brawijaya - Dara Jingga 13 Tempat Sesajinya dibersihkan Mangku GWK dan dibuatkan Sesaji Baru. Dan aneh suasana hanya Mendung tapi tidak hujan. Gusti Kampial juga sibuk menaruh Sesaji dalam besek / keben ditiap Leluhur sebuah Sesaji langka yang sudah hilang 500 tahun sejak Keruntuhan majapahit di Trowulan, Tepat jam 16.oo Wib Kentongan di Bale Kul Kul dibunyikan oleh Gusti Kampial dan Hujan langsung turun selama 5 menit, Kentongan ini baru pertama kalinya dibunyikan sejak 2001 ketika Puro Majaphit ditutup.
Diteruskan Upacara Ngenteg Linggih dan Odalan, Ketua Pura Ibu Majapahit Jenggala juga hadir, Juga Mbah Tondonegoro Trowulan Sesepuh Punden Arya Belok [Tan Bi Lok / Alok] didesa Beloh nyumbang Tumpeng Arya Belok terkenal jadi Anglurah di Puri Kaba Bali juga Tan Wi Kang, Tan Kawur, Tan Mundur dan Tan Kober ke Bali, Tumpeng dibawa Darto Ambon dan Kusaini masing masing satu Tampah dikirap dari Padepok'an Tondonegoro menuju Puro Brahmaraja dengan diiringi Warga Krian Keturunan Rakyan Mahapatih Gajah Mada yang kini jadi desa Mada Pura, Tumpeng ini khusus menggunakan Ayam hitam [Cemani].
Djoko Umbaran dari Sidoarjo dan Groupnya membuat Caru dengan 108 Contong berisi 9 nasi golong dan 1000 Canang Agung menambah semarak Upacara Ngenteg Linggih ini, Juga Para Gadis Penari Rejang Dewa melengkapi Acara ini. Suasana rumah Brahmaraja XI penuh sesak ditambah datangnya Rombongan dari Garuda Wisnu Kencana Bali dipimpin Drs Komang Aratanegara SE yang juga membawa Sesaji hingga Meja Upacara penuh Sesaji dan menambah Meja baru, Upacara Lengkap dipimpin Pandita Siwa dan Budha serta Sepiritualis SARA [Suku, Ras dan Agama] dan ada yang nyumbang Tari Kejawen "Sekar Jagad" dan Tarian ini baru pertama kalinya di Tampilkan di Trowulan sejak 500 tahun keruntuhan Majapahit.
Demikianlah Acara Ngenteg Linggih selesai jam 20,oo Wib dengan sukses dan Para Pengantar Sabdopalon pulang kembali ke Bali, Padahal Pihak Kepolisian Trowulan menahan agar menginap saja, Tapi Rombongan yang 1 X 24 Jam berada di Trowulan menghindari Kesulitan harus Lapor karena sebagian istirahat di Jalan Sabdopalon harus lapor Ketua RT [Rukun Tangga] biasanya Para Tamu mendapat sambutan penduduk setempat, Tapi kali ini ada Provokator yaitu Srikandi istri Supeno [ngaku Spy Polisi] yang pernah mengusir Rombongan dari Sukawati Bali tahun lalu Srikandi mendatangi Romo Yanto di Jalan Sabdopalon 6 temapat sebagian Orang Bali istirahat, yang menanyakan apakah Orang Bali sudah Lapor RT dengan membawa beberapa Pemuda luar daerah Sabdopalon. Pihak Kepolisian akhirnya mendatangi Tempat Upacara di Jalan Brawijaya dan Upacara sudah selesai kebetulan ada juga Polisi dari Bali yang ikut Upacara dan pernah Dinas di Trowulan 1980,
Akhirnya ada saling pengertian dan Para Tamu dari Bali Pulang dalam tempo 1 X 24 jam saja karena memang Upacara Ngalinggihan Sabdopalon di tempatnya semula telah selesai, Dan Pihak masyarakat sekitar Jalan Brawijaya juga menyatakan tidak ada masalah malah Mantan Ketua RT memberi tempat parkir gratis, hanya lain kali agar Lapor saja bagi Orang Bali khusus yang di Jalan Sabdopalon yang tidak ngerti Sabdopalon Pulang ke Jalan Brawijaya 15 yang RT nya lain dengan Jalan Sabdopalon, sedang kalau Orang Jawa bebas seperti menginap di Makam Putri Cempa dan Kubur Dowo Jalan Dara Jingga / Brawijaya juga bebas, ke Troloyo juga bebas karena Trowulan menarik Parawisata Bahkan Brahmaraja XI juga diajak kerjasama menarik Pengunjung ke Trowulan yang menjadi Kendala Orang Bali saja dipersulit kalau tidak Lapor Supeno yang mengangkat dirinya sebagai Mangku Majapahit dan SP [Sepion Polisi]. Pihak Anggota Koramil [Komando Daerah Militer] Trowulan juga menyarankan bila banyak Tamu bisa nginap di Pendopo Agung Trowulan yang milik Kodam [Komando Daerah Militer] Brawijaya yang parkirnya luas dan aman dari gangguan Supeno yang dulu buka Warung di pendopo Agung tapi di Usir Koramil karena ulahnya, hal menginap di Pendopo Agung Brawijaya ini juga didukung Kepolisian.
[ Pandangan Mata Team Reporter Independent]
Foto Upacara bisa dilihat di FB Pura majapahit Wilatikta Trowulan bisa diunduh dan diunggahkan.
Pagi 19/3 Komang Sopir dan Jero Purnama dari Besakih ke Pasar Maja Agung untuk belanja kekurangan Sesaji Upacara odalan dan Ngenteg Linggih Sabdopalon, Mangku GWK juga sibuk mengatur Dupa dan Sesaji Sabdopalon, Ibu Gusti Kampial juga sibuk memeberi Tirta pada Para Gadis yang akan membantu membuat Sesaji agar terjaga Kesuciannya, Jero Gede Istri Lanang Dauhpuri juga sibuk membuatkan Brahmaraja XI Kopi, Teh dan Jajan serta diletakkan diatas Dulang dan diberi Dupa untuk Makan Pagi, juga mebuat Dapur Umum dengan membawa Kompor dan peralatan dari Bali sedang Mr. Lakon membeli Peralatan masak dan membuat Air Panas tenaga Listrik di Maja Agung. Kadek Moyo sibuk mendokumentasi dengan peralatan digital.
Untuk pertama kalinya sejak ditutup 2001 Gapura paduraksa yang menghadap Segaran dan dipinggir Jalan Brawijaya - Dara Jingga 13 Tempat Sesajinya dibersihkan Mangku GWK dan dibuatkan Sesaji Baru. Dan aneh suasana hanya Mendung tapi tidak hujan. Gusti Kampial juga sibuk menaruh Sesaji dalam besek / keben ditiap Leluhur sebuah Sesaji langka yang sudah hilang 500 tahun sejak Keruntuhan majapahit di Trowulan, Tepat jam 16.oo Wib Kentongan di Bale Kul Kul dibunyikan oleh Gusti Kampial dan Hujan langsung turun selama 5 menit, Kentongan ini baru pertama kalinya dibunyikan sejak 2001 ketika Puro Majaphit ditutup.
Diteruskan Upacara Ngenteg Linggih dan Odalan, Ketua Pura Ibu Majapahit Jenggala juga hadir, Juga Mbah Tondonegoro Trowulan Sesepuh Punden Arya Belok [Tan Bi Lok / Alok] didesa Beloh nyumbang Tumpeng Arya Belok terkenal jadi Anglurah di Puri Kaba Bali juga Tan Wi Kang, Tan Kawur, Tan Mundur dan Tan Kober ke Bali, Tumpeng dibawa Darto Ambon dan Kusaini masing masing satu Tampah dikirap dari Padepok'an Tondonegoro menuju Puro Brahmaraja dengan diiringi Warga Krian Keturunan Rakyan Mahapatih Gajah Mada yang kini jadi desa Mada Pura, Tumpeng ini khusus menggunakan Ayam hitam [Cemani].
Djoko Umbaran dari Sidoarjo dan Groupnya membuat Caru dengan 108 Contong berisi 9 nasi golong dan 1000 Canang Agung menambah semarak Upacara Ngenteg Linggih ini, Juga Para Gadis Penari Rejang Dewa melengkapi Acara ini. Suasana rumah Brahmaraja XI penuh sesak ditambah datangnya Rombongan dari Garuda Wisnu Kencana Bali dipimpin Drs Komang Aratanegara SE yang juga membawa Sesaji hingga Meja Upacara penuh Sesaji dan menambah Meja baru, Upacara Lengkap dipimpin Pandita Siwa dan Budha serta Sepiritualis SARA [Suku, Ras dan Agama] dan ada yang nyumbang Tari Kejawen "Sekar Jagad" dan Tarian ini baru pertama kalinya di Tampilkan di Trowulan sejak 500 tahun keruntuhan Majapahit.
Demikianlah Acara Ngenteg Linggih selesai jam 20,oo Wib dengan sukses dan Para Pengantar Sabdopalon pulang kembali ke Bali, Padahal Pihak Kepolisian Trowulan menahan agar menginap saja, Tapi Rombongan yang 1 X 24 Jam berada di Trowulan menghindari Kesulitan harus Lapor karena sebagian istirahat di Jalan Sabdopalon harus lapor Ketua RT [Rukun Tangga] biasanya Para Tamu mendapat sambutan penduduk setempat, Tapi kali ini ada Provokator yaitu Srikandi istri Supeno [ngaku Spy Polisi] yang pernah mengusir Rombongan dari Sukawati Bali tahun lalu Srikandi mendatangi Romo Yanto di Jalan Sabdopalon 6 temapat sebagian Orang Bali istirahat, yang menanyakan apakah Orang Bali sudah Lapor RT dengan membawa beberapa Pemuda luar daerah Sabdopalon. Pihak Kepolisian akhirnya mendatangi Tempat Upacara di Jalan Brawijaya dan Upacara sudah selesai kebetulan ada juga Polisi dari Bali yang ikut Upacara dan pernah Dinas di Trowulan 1980,
Akhirnya ada saling pengertian dan Para Tamu dari Bali Pulang dalam tempo 1 X 24 jam saja karena memang Upacara Ngalinggihan Sabdopalon di tempatnya semula telah selesai, Dan Pihak masyarakat sekitar Jalan Brawijaya juga menyatakan tidak ada masalah malah Mantan Ketua RT memberi tempat parkir gratis, hanya lain kali agar Lapor saja bagi Orang Bali khusus yang di Jalan Sabdopalon yang tidak ngerti Sabdopalon Pulang ke Jalan Brawijaya 15 yang RT nya lain dengan Jalan Sabdopalon, sedang kalau Orang Jawa bebas seperti menginap di Makam Putri Cempa dan Kubur Dowo Jalan Dara Jingga / Brawijaya juga bebas, ke Troloyo juga bebas karena Trowulan menarik Parawisata Bahkan Brahmaraja XI juga diajak kerjasama menarik Pengunjung ke Trowulan yang menjadi Kendala Orang Bali saja dipersulit kalau tidak Lapor Supeno yang mengangkat dirinya sebagai Mangku Majapahit dan SP [Sepion Polisi]. Pihak Anggota Koramil [Komando Daerah Militer] Trowulan juga menyarankan bila banyak Tamu bisa nginap di Pendopo Agung Trowulan yang milik Kodam [Komando Daerah Militer] Brawijaya yang parkirnya luas dan aman dari gangguan Supeno yang dulu buka Warung di pendopo Agung tapi di Usir Koramil karena ulahnya, hal menginap di Pendopo Agung Brawijaya ini juga didukung Kepolisian.
[ Pandangan Mata Team Reporter Independent]
Foto Upacara bisa dilihat di FB Pura majapahit Wilatikta Trowulan bisa diunduh dan diunggahkan.