Pengurus Pura Ibu Majapahit banyak yang kuliah, DR. Wedakarna Rektor Universitas Mahendradata memberikan kesempatan pada Pengurus tetap Pura Majapahit untuk Kuliah agar menambah Keintelektualan, agar tidak mudah ditipu Orang-Orang pandai Terori, bicara, Nipu dengan memamerkan Kepandaian TEORI tapi praktek KETUHANAN nya minus, hal ini sudah berlangsung lama sejak 2006 sebelum Wedakarna menjadi Rektor. Hyang Suryo memang SMA tidak tamat, tapi Wedakarna salut, Waktu kenal pertama di Singaraja melihat Mata Kepala sendiri seorang Dosen IKIP {Sekarang Universitas Ganesa} Singaraja sampai Ngaduk Semen, Masang batu bata di Puri Hyang Suryo "PURI SURYA MAJAPAHIT" , bahkan Hyang Suryo bisa bergaul sampai tingkat Universitas dengan para DOKTOR, dan selalu jujur bahwa Beliau tidak sekolah SMA tidak Tamat, karena berjuang untuk Leluhurnya, bahkan Pengacaranya dijawa dipimpin DR. Made Warka, Ketika Selaku Sri Wilatikta Brahmaraja XI, menerima Penghargaan HINDU MUDA AWARD 2006 pidato Beliau sangat mengejutkan "Saya tidak berterima kasih atas penghargaan ini, Karena nanti akan memalukan Umat Hindu karena saya Tri Sandia Tidak bisa, pengetahuan saya soal Hindu sangat minim.." demikian Beliau sangat jujur, dimana menurut pandangan Forum Intelektual Hindu Darma Beliau berjuang untuk Hindu, tapi Beliau tidak merasa berjuang " Berjuang untuk Leluhur adalah Kuwajiban, bukan mencari penghargaan" tambah Hyang Suryo. Juga ketika Pembicara di Forum Rembuk Nasional Pemuda Hindu didampingi Prof. Drs Subagiasta dari PHDI dan Prof. DR. Titib Pakar WEDA dihadapan Mahasiswa dan Tokoh Tokoh Hindu Beliau berkata "Saya SMA saja tidak lulus.." jarang Orang sejujur Beliau. Sampai sampai ada Peserta Rembuk Bapak. I Dewa Suratniya berkata pada GRP Nokoprawiro "Suryo Bawono itu Penipu" entah apa maksud Pak Dewa bilang Penipu Grp noko tidak tahu dan Hyang Suryo namanya bukan Bawono, Apa tidak percaya SMA tidak lulus? Ketika ditanyakan mengapa selalu merendah, Beliau berkata Orang itu kalau berbicara harus "KASUNYATAN" mengenai Kepandaian tidak ada gunanya kalau tidak di DHARMA kan, Hanya bisa jadi Macan Kertas, "Saya Orang lapangan, mungkin dulu kalau saya Kuliah tidak bisa seperti sekarang" imbuhnya. Semua itu kan ada Ahlinya, ya kita beri kesempatan Ahlinya, jangan mentang mentang pinter Monopoli, contoh Bapak DOKTOR Titip ahli Weda ya kita harus banyak belajar Weda ke Beliau, sedangkan kalau sekedar orang pinter ngomong "OMBYOK'AN" tapi terus apa yang diperjuangkan? Ada Orang Berjuang mati mati an paling bisanya Ngeritik, lha ini banyak Teori Sundul Langit merasa hebat, padahal sebetulnya KOSONG ber argumen Teori mengeritik Orang merasa Hebat itu untuk nutupi Kebodohan nya, menuruti Keserakahan Hati yang ingin menyamakan keinginan hatinya ke Orang Lain,
Tamu dari Jawa, malah ada yang belum pernah memegang Dupa, dan baru di Bali mereka menyalakan Dupa dan sembahyang, ketika ditanyakan, Orang harus melihat sendiri, jadi Bali adalah percontohan, "Saya di Tuduh Meng Hindu kan Orang" padahal kan tidak jadi inilah Contoh, Bahwa Pemujaan Leluhur Bebas menurut tata caranya, nanti diajari pakai Dupa cerita Orang disuru Hyang Suryo bisa Runyam, Juga Bikuni orang nya Gundul tidak pernah di suru Hyang, tapi kesadaran, Tapi Hyang Suryo justru menganjurkan Kuliah agar Pandai dan Intelektualnya Tinggi, tidak mudah di Tipu, tapi jangan menipu, Soal "Kerauhan / Kesurupan" itu terserah yang menilai di BALI seperti di Undang Odalan di Bali Mula Kintamani dimana Pendeta Bali Mula 17 Orang dengan Makan Api menyatakan bahwa yang turun Bhatara Siwa, pada hal Yang Kerauhan Wanita Cantik, Para Pendeta tidak melihat yang Kerauhan mengaku kemasukan Bhatara Siwa, tentu Manusia Kerauhan tidak bisa Mengaku, Tapi Roh yang masuk Tubuh yang berkata dan menyebut siapa dirinya. Memang kok Bhatara Siwa bisa memasuki Tubuh Seorang Wanita dan di Benarkan 17 Orang Pendeta Bali Mula dengan Trans Makan Api? penjelasan Hyang Surya secara Praktek disebutkan, Bahwa Banyak Orang awam pengunjung Odalan belum bisa mendengar suara Alam Niskala, jadi dibutuhkan phisik yang sama yaitu manusia punya mulut agar Kuping bisa mendengar, lha Orang awam tidak mungkin mendengar bisikan Roh, paling merinding, Jadi Meminjam Medium itu hal yang lumrah di Tingkat Dunia, sebab tidak semua Orang bisa Komunikasi Alam Lain. Mengenai Dewa / Dewi Kwan Im dll Beliau bisa saja langsung atau diwakili anak buah memberikan bukti kepada Orang yang percaya, jadi semacam Hadiah bahwa Sudah Odalan Keluarga yang Tua harus Di tempat Odalan tidak boleh Turun {Adat Bali Mula} bisa saja Bhatara Turun memberi Bukti, tapi ini Kepercayaan, jadi tidak bisa Memaksakan Orang lain Agama Percaya, Contoh Hyang Suryo Pernah Foto di Cina di depan Klenteng dengan Dewi Kwan Im ini memang Anugrah karena Hyang Suryo Turunan Miao Li, jadi Yang menemui Kwan Im Miao San Putri Raja Miao Ciang Raja Kerajaan Thang, jadi asal nya Dewi Kwan Im adalah Putri Raja {Sejarah di Blog lain} ini penjelasan bukan TEORI buku Teologi yang banyak, bahkan jutaan buku, yang kalau hidup baca buku terus akhirnya tidak berbuat apapun seperti Odalan, Caru dll kan sama saja tidak berguna? semua ada ahlinya Mangka nya tiap Orang berbeda bidangnya Ambil contoh Prof. Drs Subagiasta dari PHDI ketika pidato "Yang dimuliakan Yang disucikan...Hyang Suryo" contoh lagi ketika Peletakan Batu pertama Hotel Aston di Kedonganan Kuta disaksikan Ratusan Undangan Mantan Camat Kuta Bapak Subawa yang kena Bom jabatannya Hyang Suryo tidak tahu, Beliau Mewakili Pemerintah dan melihat ada Hyang Suryo duduk di pojok belakang dengan Wakil Bank BCA ketika Pidato " Yang dimuliakan dan Yang Tersucikan... Hyang Suryo..." sambil memandang Hyang Suryo membungkuk hormat, padahal tidak ingin Hyang Suryo dihormati tapi Beliau tahu ada Hyang Suryo duduk di pojok belakang bukan di Tamu VIP didepan, semua mata akhirnya ikut melihat siapa Orang yang di muliakan tadi, kebetulan Pemilik Hotel MR. Anton ngundang bahkan membuatkan Rumah Apung di Benoa untuk kalau Hyang Suryo perlu rekreasi, padahal baru sekali Hyang Suryo mengunjungi Rumah Apung tersebut, juga memang pernah Nginap di Aston Kuta karena di Puri Gading kebetulan Listrik Ruko Konslet mati Hari Natal dan sekalian diundang Natalan di Hotel.,di Keraton Mangkunegaran Juga di Undang duduk di belakang bersama Prof.DR Toro dari LIPI tiba tiba ada suara dipengeras "Kami minta kepada Hyang Bhatoro Agung Sri Wilotikto untuk tampil kedepan menerima Pucuk Tumpeng Agung....." jadi inilah bukan pamer tapi Kenyataan, demikian Hormat nya Orang yang Percaya dan tahu, bagi yang tidak tahu dan tidak kenal lalu menghina melecehkan itu ya hak asasi, brani mengeritik, menghina seseorang itu harus berkaca diri apa dirinya sudah bisa menyamai paling tidak lebih hebat dari yang dikritik, Tapi Hyang Suryo maklum, Bung Karno Orang Besar Pendiri R.I Penggali Pancasila saja malah Tewas dalam Tahanan R.I yang didirikannya kok, apalagi Hyang Suryo anak kemarin sore, jadi maklum Orang berjuang biasa tidak disenangi, diiri bagi yang berhati Dengki, Orang itu harusnya menunjukkan, dan berbuat agar jadi Panutan di KELOMPOK nya bukan iri mempengaruhi orang agar tertarik pada dirinya, contoh ada Ratu Semut, Ratu Tawon, Ratu Mojopaet dll tidak ada Ratu Tawon jadi Raja Rimba / Macan, jadi hidup itu harus tahu siapa Aku? mau kemana Aku? lha wong belum tahu siapa dirinya sudah sok dengan buku Cuplik sana sini sudah merasa Hebat, Ombyok'an Orang begiru tuh Juru Dakwah, belum tahu Surga sudah bisa bilang mati dijemput Bidadari hebat ya? tapi ya kita angkat Topi lha wong punya pengikut dan nyata pengikutnya siap bunuh diri NgeBOM kita angkat topi, risiko teman temannya ditembak Densus 88 itu risiko, jadi semua punya risiko, Hyang Suryo masuk Neraka? itu kan nanti Masak berjuang untuk Leluhurnya masuk Neraka? Majapahit kok di hina lha itu PANCASILA masih digantung kok dihina, Turunkan dulu baru menghina sana bergabung dengan yang Anti Pancasila bikin yang Baru. Hyang Suryo angkat Udeng dan hormat juga biarpun mungkin tidak akan melihat kalau kelak di turunkan, sekarang yang membela masih banyak, Kiamat? buku buku Kiamat itu di tulis jaman dulu, tiap negara punya tulisan, bahkan Dunia Belum bulat, Dunia dianggap Tempurung / Batok Kelapa Jadi Tidak Mungkin Ramalan Wahyu Injil diterapkan disini, contoh Air Bah Nabi Nuh itu kejadian di Gunung Arara Arab, Pakunya sudah ditemukan, Makam Daud, Jesus dll bahkan peti batunya ditemukan ada tulisan namanya, contoh lagi Tsunami Aceh, Bali tidak kena, apalagi Tsunami da Arab, jadi ngomong itu yang logika, kita punya kitab sendiri Joyoboyo juga meramal Kiamat Kobra, Kiamat nya Dunia islam "Aku tidak menghukum dengan Air, tapi dengan Api" ini kotbah Pendeta ngutip Bibel cocok ! kita lihat Roket Israel, Roket Hamas, Bom di Irak dll, Api jatuh dari Langit 100 buat Pendeta Dompas, jadi kita bisa gila belajar Buku luar mau dipaksakan di cocok cocok kan di negri Orang, Karena Cina dan Kita satu Fosil, lha Dewi Kwan Im beristana di Laut Selatan, padahal Cina tidak punya Laut Selatan, milik India, Thailan, Burma, Siam, Idonesia toh mereka tidak bingung, Tetap saja menyebut Nan Hai Niang Niang, untungnya Dewi Kwan Im tidak meramal kiamat dan disebut "Biksuni Sakti Pelindung Jagatraya" ya Jagat Cina dan Indonesia kalau percaya lha sekarang percaya arab, sebab Majapahit menyebut "Sri Rajapatni Biksuni Sakti Pelindung Jagad Raya" jagat Nusantara tapi orangnya tidak percaya malah percaya arab, dan kita dan Cina percaya Manivestasi / Titisan / Awatara yang tidak dimiliki Dunia Timur Tengah Islam dan Kristen, dan disini dikenal Kiamat Alit Kiamat Ageng, itu Tsunami, Gempa Kiamat Ageng, lha yang mati Kiamat Alit. Bahkan Hyang Suryo sudah mengalami Surga kalau di Puji dan di Hormati, lalu Nerakanya dihina dicaci oleh yang mengaku umat Allah. Jadi tidak heran .lagi Kira kira th 1960 an Ketika itu Ada Pendeta Istri Muput membunyikan Bajra Hyang Suryo dan Agung Ngurah Agung berdua pas disamping Pendeta tiba tiba Beliau berkata " To..To..To .. Bhatari Ratu Mas Tedun...." sambil menunjuk Daksina Hyang Suryo melihat memang ada Dewi Posisi Bersila duduk di Atas Daksina yang di sebut Sang Pendeta Istri "PREDANA" jadi Daksina adalah Predana tempat Ibu, sayang nya Agung Ngurah Agung tidak melihat, setelah ditempat lain iseng iseng Hyang Suryo nanya "Ketingal Gung Betari tuni Tedun?" dijawab "Seng Ketingal" jadi tidak tiap orang bisa melihat, Mungkin Pendeta tadi Tahu Hyang Suryo bisa melihat lalu menunjukkan jadi bukan untuk Ngurah Agung. Jadi Banyak pengalaman kalau kita percaya, lha kalau hanya percaya Teori ya tetap teori orang lain dianggap gila nanti, tiap orang punya pengalaman sesuai Dharma nya, Contoh ada orang titel Drs, kita tanya donk Drs, apa sebab ada Ekonomi, Bahasa Arab, dll, setelah tahu baru bicara disesuaikan bidangnya, nanti Orang Tehnik dihantam ilmu kedokteran ya Geblak, Yang Paling Hebat Quran dan Hadist di Indonesia di Gebukkan semua Orang Gereja, Pura, Saptodarmo, dan Siapapun Hancurlah sudah SESAAAAT,-kata MUI kalau do Odalan Orang Kerauhan Bharara Siwa lalu Wanita Tua yang juga Guru dan ditanyakan Guru Guru sambil menghadapi Dulang berisi Kayu Cendana sedang terbakar :Sira niku Tedun?" dijawab "BHATRA SIWAAAA" sambil Api di dulang dimakan, coba Guru Wanita tadi tanya Prof. DR ahli bahasa Arab lulusan Mesir ya jawabannya tentu lain. di Bali Mula pendeta / Sulinggih disebut GURU,-Inilah sekedar Contoh, ini masih suasana Galungan dan akan Kuningan, juga menjelang Odalan untuk Bhatara Airlangga yang juga Bhatara Wisnu naik Garuda {GWK} nanti 2 November 2009 Purnama ke Lima, 1 November jam 16 Pratima Prabu Airlangga Kawitan Jawa Bali akan diiring dari Ruko Puri Gading ke Pura Majapahit GWK supaya Penyungsung, Pencinta, Pendukung, Simpatisan dll mulai sekarang bersiap siap mengatur segalanya dan sering koordinasi di Pura Ibu dan GWK dari Gusti Heker, Gusti Kampial, GRP Nokoprawiro, Drs. Komang Aranegara dan segenap Panitia Odalan,- 16 November 2009