English Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese French German Dutch

Minggu, Oktober 31, 2010

PURA IBU UPACARA ODALAN

i-om

Tanggal 3 November 2010 hari Budha Kliwon Gumbreg Enyitan adalah Hari Berdirinya Pura Ibu Majapahit Jimbaran, hari ini ada tiap 6 bulan 1 X jadi Upacara Odalan Besar kali ini adalah yang ke 6 X nya. Sejak 25 Oktober persiapan telah dilakukan, seperti Pembuatan Meja  Tempat Pratima serta Pemiosan Permanen, Minggu 31/10 Persiapan terakhir sudah dilaksanakan, seperti Pemasangan Penjor, Penyucian Pratima, Termasuk memasukkan Pratima ke Candi Jenggala yang baru di Rehabilitasi dari kebocoran Air Hujan,

Do'a dilakukan Pendeta Siwa Budha, Brahmaraja XI dengan Jubah dan Udeng Merah Brahma memasukkan sendiri Pratima Siwa Parwati / Dewi Kwan Im Tangan Seribu yang Tertua dan Sering di Undang Ke Pura Bali Mula Tuluk Biyu Bangli, bahkan telah mengikuti Acara "Madewa Sraya" di Pura Tertua di Bali itu.

Bali Mula yang terkenal Asal Muasal Bali ini Puranya sangat aneh, Dimana dalam Buku Pura Tuluk Biyu halaman 19 dikatakan "Sira Mpu Galuh Saking Wit Majapahit" darisini lah Akhirnya Pratima Pura majapahit di Undang ikut Upacara di Pura bali Mula ini, Nyejer Pertama serta Matur Piuning ketika di Undang ke Bali juga di Pura ini 2003 yang Mangku nya Jero Wacik kini jadi Mentri Kebudayaan 2 X.[2 Periode].

Minggu yang Cerah itu Pura Ibu dipenuhi Para Pengayah, bahkan ada Orang dari Australi yang ikut Nyapu dan bersih bersih Pura dan juga lainnya yang terdiri dari Suku Ras dan Agama [SARA] mereka bersatu padu didepan Leluhur Kawitan Ibu mengingat Fosil Tertua dari Asal Usul Manusia memang berada di Jawa Solo dan Beijing China dan Upacara nya pun masih menggunakan Uang China hingga hari ini, akibat kurang pengertianlah banyak Orang di Negeri ini anti China, ini akibat Penumpasan Komunis 1965-1966 untuk menjatuhkan Bung Karno yang Pancasilais, Pencipta Nasional Agama dan Komunis [NASAKOM] untuk Kerukunan yang mana sangat di Anti Golongan Agama yang ingin menegakkan Sariat Islam,

Hingga Orang dibutakan Sejarah, Tidak Ingat Zaman Kerukunan dimana China dan Rusia yang belakangan dituduh Komunis dan di Anti sampai detik ini sangatlah besar jasanya seperti membantu Peralatan Militer dan Bom Atom hingga Irian Barat kembali kepangkuan Ibu Pertiwi, dimana setelah Kejatuhan Bung Karno 1967 Kecintaan Bangsa ini pada Ibu Pertiwi Luntur lebih Mencintai Tanah Suci Padang Pasir, hingga belakangan Ibu Pertiwi marah dan Bencana menimpa Negri ini dan kini Lagu Ibu Pertiwi  Menangis Sedih selalu dinyanyikan di TV  di Seluruh Negri ini dengan Ilustrasi Bencana setiap Warta Berita atau hampir tiap jam.

Jadi semoga Upacara di Pura Ibu Majapahit Jimbaran Bali ini bisa sedikit saja menghibur Ibu Pertiwi, dan hanya di Balilah bisa Upacara Odalan dan Caru Bebas, hingga di Undanglah Leluhur Majapahit untuk ber Setana di Bali agar bisa di Upacarai sebagaimana mestinya, Ini dikarenakan di Pura Trowulan tidak bisa Upacara sejak 2001, Dimana Gereja Gereja Kristen 2000 pada di Bom, sebelumnya Pura Hindu Bapak Kolonel Agung Purbajagat dari Bali pun sudah di Hancurkan 1999 dan Sang Kolonel Tewas, juga 9-9-1999 jam 9 Pagi Candi Tunggul Manik tepat disebrang Rumah Brahmaraja XI di Hancurkan rata tanah tak ada bekasnya dinggap Tempat Setan dan Banyaknya Orang datang Memuja sampai Pejabat dari Jakarta, karena tidak ada lawan lagi Terakhir 2001 Tempat leluhur Majapahit Brahmaraja pun di Bom dan gagal lalu di Tutup dilarang Ritual dan Kegiatan dalam bentuk apapun oleh Camat Trowulan yang langsung Tewas kena Struk, Orang Bali pun tidak bisa mengirim Sesaji Upacara Odalan serta Caru yang memang hanya Bali yang bisa membuat karena Bali selama 1000 tahun Lestari melakukan Upacara terbukti dengan Pura Durga Kutri Mahendradata sejak 1000 tahun masih lestari ber Upacara dan Utuh Puranya juga Lontar Lontar tentang Upacara dan sampai Kitab Sutasoma diambil dan di Gali Bung Karno untuk Dasar Negara yaitu Pancasila [Panca Susila].

Hingga Upacara Budha Gumbreg Enyitan bisa dilaksanakan di Pura Ibu majapahit Jimbaran, Dulu Tahun 2000 ada yang nekat bawa Sesaji Odalan ke Trowulan tapi Pendetanya diseret keluar oleh Imam Karyono disaksikan Camat dan Polisi yang tidak bisa berbuat apa apa, Bahkan SBY belakangan di Somasi 1 Habib pincang soal Achmadiah langsung Ketakutan dan Rapat Negara bikin SKB juga soal makam Arab di Priok SBY minta maap kepada Habib dan Ketua Satpol PP nya malah dipecat padahal menegakkan Peraturan Daerah [PERDA] bahkan anggotanya ada yang tewas, sedang Penggusuran Ribuan Makam China tak ada masalah, Bahkan Kepala Polisi Indonesia [KAPOLRI] saja di Perintah Habib untuk menangkap Anggota DPR plihan Rakyat yang di Tuduh Habib Membangkitkan Komunis dan baru di Usir dari Banyuwangi [TV 2010] apalagi Polisi di Desa tentu lebih ketakutan kalau membela selain Islam dan matilah Hukum di Negri ini kalah dengan 1 Habib, Contoh lagi HKBP Pendetanya di Tusuk Pisau dan di Demo "Usir HKBP dari Bekasi" padahal Orang Kristen juga memuja Allah, Juga Patung Budha dirobohkan, dan Patung Bima serta Patung Apapun yang berhala mengalami nasib di Anti Bangsa ini yang sudah Tunduk dengan Qur'an dan hadist dimana Negara memiliki Mentri Agama dan MUI yang bisa me NYESAT kan baik Agama dan kepercayaan maupun Perorangan yang tidak sesuai Qur'an dan Hadist dan di Hancurkan seperti Ustad Roi yang solat berbahasa Indonesia, Sadek dan Lia yang terima Wahyu sebab yang boleh terima Wahyu hanya Muhammad Orang Arab, Saptodarmo Jogja yang Kejawen juga di Hancurkan hingga Merapi di Jogja marah dll dst dsb. Jadi Upacara di Bali adalah tepat karena Bali masih punya Otonom Upacara yang menarik Dunia dan Dengan Upacara di Bali bisa Odalan Besar, karena tidak kena biaya Transport ke Trowulan, Uang Transport malah untuk nambah Odalan Besar agar Para leluhur termasuk Ibu Pertiwi senang..

2/11 pagi suasana Hujan Gerimis setelah semalaman Hujan Lebat, dan tidak mengurungkan niat Para Ibu Ibu untuk tetap membuat Sesaji perlengkapan Odalan, Suasana  Pagi yang mulai Cerah Pura Ibu sudah ramai Orang pada bikin Sesaji untuk Merias Pratima sore nanti, Tamu dari luar Bali mulai berdatangan, Mr. Cun Fe, Suhu Hong Ci, Hartono dll dan langsung membantu mengeluarkan Pusaka Pusaka dari dalam Klenteng untuk di Pasang ditiap Pintu Candi dan Meja Banten Odalan,Dan Suhu Hong Ci membacakan Aksara pada Uang China Kuna yang akan di Paku ditiang Tempat Pratima oleh Mangku Beji GWK tepat diatas Tulisan Jin Guang Zi [Candi Sinar Mas] disaksikan GRP Prawira,

Dan Para Tamu Foto Atas Mangku Beji GWK dan Suhu Hong Ci memegang Bajara majapahit,  Suasana sangat Cerah bahkan Matahari bersinar dengan Terangnya,Dan diruangan Musium Pura Ibu Mangku Beji GWK dan Suhu Hong Ci membunyikan Bajra Gajah dan Sapi bersama, suatu Kesatuan Siwa-Budha.

Tepat Jam 20.30 Acara Nuntun atau Pengembalian Pratima leluhur ke Tempat Semula yang habis di Pugar, Brahmaraja XI meletakkan Pratima ke Kepala 5 Gadis Remaja  diantaranya 2 Gadis Pelajar Jepang Sayuri dan Mariko untuk dilinggihkan di Tempat Semula Depan Candi Ibu yang sudah dibuat Permanen, Pratima dibawa kelima Gadis Remaja dengan di Payungi Penyungsung dari Blitar yang mengenakan Blangkon, Hal ini dilakukan 2 X karena ada 11 Plangkiran, Sesampai di Tempat Depan Candi langsung di Terima Pandita majapahit GRP Prawiradipura untuk di Linggihkan.

Upacara Nuntun Ngalinggihan ini didahului Pembacaan Kidung Sabdopalon Versi Bali, dan Kidung Panuntun serta Kidung Ngalinggihan yang diiringi Do'a Pendeta Siwa, Budha, Konghucu, dan Para Sepiritualis SARA, Acara diteruskan Upacara Ngalinggihan oleh Para Pandita SARA antara lain Mangku Beji GWK, Mangku Budi Busungbiyu, Pendeta Bun Bio Hong Ci, Pendeta Wisnu, Biokong Edhi, Biokong Ming Kiong, Biksu Aliong, Bikuni Takaki dari Jepang dll dengan di Pandu Gusti Kampial Ketua Pura Majapahit Pusat GWK, di Tempat yang baru dibangun Permanen itu oleh Ir. Ping Hong bermotif Bangunan China, dengan diiringi Kidung Surya Candra Langit Cerah tidak hujan hanya jam 18.oo sempat Hujan selama 5 menit dimana Ibu Ibu membuat Gebokan Buah dan kemungkinan hingga menjelang pagi. Demikian Acara Ngalinggihan leluhur Menjelang Odalan Besar esok hari 3/11. Yang aneh begitu Acara selesai dan Para Pengunjung makan malam tiba tiba Guruh bergelegar sambung menyambung Kilat Cahaya darilangit seperti Lampu Foto menerangi Candi seolah sedang di Foto Ribuan Tukang Foto, dan Hujanpun mengguyur hingga jam 6 Pagi.

3/11 pagi jam 6.30 Cuaca Cerah Matahari mulai menampakkan diri diufuk Timur, Para Ibu Ibu sibuk membersihkan Pura Ibu yang habis Upacara Nuntun dan Ngalinggihan Pratima semalam, Kadek Maya, Kadek Buleleng, dan juga Para Tamu lelaki dari Luar Bali ikut Membersihkan Pendapa Agung diiringi suara Gamelan Khas Bali Majapahit. Kelihatan 2 Gebokan Buah lanang dan Wadon telah selesai dibuat semalam biarpun Hujan. Menyusul Sebuah Truk DK 9368 PE datang membawa Banten / Sesaji Odalan yang khusus dibuat dari Klungkung waktu menunjukkan pukul  7.45, Ida Pedanda Istri Buda Keling lalu menata Sesaji Odalan ditempat yang disediakan tepat depan Candi Ibu. Sesaji ini memang tidak bisa dibuat Orang sembarangan, Hanya Para Keturunan Pandita  Siwa-Budha sejak Zaman Majapahit saja yang bisa membuat, sebab bila ada kekurangan sekecil apapun Upacara Odalan ini bisa gagal, inilah Keunikan Siwa-Budha di Bali, diluaran sudah tidak ada Pelestarian Pembuatan Sesaji ini sejak 1965-1966 dan jatuhnya Bung Karno 1967 sampai larung Sesaji pun di Telaga Ngebel Ponorogo dilarang Bupati dan Banyak Sepiritualis di Bunuh dengan cap Komunis tidak bertuhan padahal mereka memang tercatat tidak ke Masjit hingga detik ini Para Kejawen pun dianggap Sesat dan di Hancurkan seperti Saptodarmo jogja bahkan Orang Kristen pun sulit bikin Gereja seperti HKBP yang di Usir dari Bekasi Jakarta dan Pendetanya ditusuk Pisau 2010 ini, Kelihatan Ribuan macam Sesaji dan Anehnya tiap bentuk Sesaji selalu disertai Uang China / Kepeng yang juga jumlahnya telah ditentukan sesuai apa makna Sesaji itu, Dahulu sebelum ditutup 2001, Pura Trowulan juga selalu dibawakan Para Ahli Sesaji Majapahit dari Pura Majapahit Negara bali, [Ida Pedanda Segara] Pura Rambut Siwi, Pura Yeh Gangga [Gusti Batu Lepang], Pura Majapahit Badung [Gusti Subawa], Pura Blahbatuh [Ida Pedanda Gunung]Dll

Yang akhirnya Pura Majapahit Trowulan dilarang atas nama Islam, dan Camatpun diperintahkan nutup oleh Takmir Karyono dan KH Nurhadi anggota DPRD Mojokerto  demi melaksanakan Kitab Qur'an dan Hadist yang bertentangan dengan Budaya lokal yang muja leluhur bukan Allah, serta Uapacara pakai Sesaji dan bakar Dupa, rumah Brahmaraja XI dengan ditempeli Papan "Dilarang Ritual dan kegiatan dalam bentuk apapun" jadi Kemerdekaan yang di Proklamatorkan Bung Karno dianggap tidak ada karena Bung Karno nya sudah di Tumpas berikut juataan Pengikutnya yang NASAKOM dan Pancasila diganti Sareat Islam hingga selain Islam sampai detik ini dipersulit, ini bukan Tendensius tapi lihat berita TV yang kenyataan hingga Alam pun marah,  jadi Upacara untuk Tanah Air pun dilarang dianggap Musrik dan muja setan [leluhur] hingga kini Alam Ibu Pertiwi marah, Demikianlah hanya hanya di Bali Upacara Adat majapahit masih lestari, juga Lontar Lontar nya utuh kini Ratusan Ribu Lontar disimpan di Gedung Kertiya Buleleng dimana seluruh Dunia bisa belajar disini. Sedang Masyarakatnya sudah Turun Temurun melestarikan Adat Budaya ini.

Tepat jam 10.oo Utusan Walikota Denpasar bagian Kesejahteraan Masyarakat [KESRA] hadir Melihat Kelengkapan Sesaji dan memberi Bantuan bila ada kekurangan dengan menyerahkan Dana Punia kepada Ketua Panitia Odalan Drs Komang Artanegara SE. disusul Mpu Andhika dari  Rombongan Blitar, Mpu Tedjo dan rombongan dari Surabaya juga tiba dengan Pesawat yang mendarat di Bandara Ngurah Rai, Juru Kidung pun tiba bersama Gamelan Gede, Menyusul Mr. Sudarta S. Sos dari Dewan Perwakilan Rakyat [DPR] Bali hadir mewakili DPR Bali dan duduk ngobrol dengan Pengunjung yang sudah berjubel di Pandopo Agung, 10.15 Acara Pemuputan Odalan dimulai, Drs Komang Artanegara SE mengumumkan agar Menyalakan Dupa untuk semua Sesaji diiringi Kidung Upacara Mejaya jaya. Gamelan Gede khas Bali pun mulai bertalu talu menambah Sakral suasana, Para Pandita semua ISME [disebut Isme saja karena Indonesia hanya mengakui 5 Isme / Agama sedang yang datang dari berbagai Isme dan ada yang tidak di Akui] mulai hilir mudik membawa Dupa dan mengatur Upacara. Dalam Musium Para Penari sibuk Merias Diri, 10.45 Semua Pandita keliling mengetisi Tirta Penglukatan kesemua sudut dan Ruangan maupun Candi di Pura Ibu. Bale Kukul Pura Ibu bertalu talu, Kentongan Keramat dibunyikan terus mengiringi Upacara Pengayapan Penglukatan Tepat jam 11 WITA Upacara Caru dimulai diteruskan Ngayap Bebangki diiringi Gamelan ber Gedebukan irama Ratu Ayu,.

jam 11.45 Upacara Pewintenan Jero Gede Susila dengan Istri disaksikan Pendeta Seluruh Dunia di Winten sebagai Pendeta Majapahit Baru oleh Shri Bhagawan Mpu Nabe Bajra Shanti. diteruskan Tari Rejang Dewa dibawakan Gadis Remaja dan Para  Jero Mangku Menirta Parisuda, Penari Rejang yang semuanya Siswi klas VI Sekolah Dasar [SD] Widiatmika Denpasar ini juga mengelilingi Candi Ibu 3 X  dan terus Pependetan [Tari Pendet], diteruskan Tari Baris yang sangat mirip Busananya dengan Tari di Siam dekat Kamboja. Acara Siang ini selesai dengan ditutup Acara Pandita majapahit Baru Jero Gede Dalem Tarukan dan Istri dengan mengenakan Selempang mirip Pendeta China Sungkem kepada Brahmaraja XI memohon Restu atas Kepanditaannya.

Diteruskan Semua Pengunjung mengadakan Sungkem kepada Raja majapahit Brahmaraja XI bahkan banyak yang menangis terharu pada acara Sungkeman kepada Bhatara katon ini, yang hidupnya hanya berjuang untuk leluhurnya biarpun diterpa Globalisasi Kemoderenan yang sudah tidak percaya kepada Titisan Dewa, Tapi untung Orang jepang dan China banyak yang ikut Sungkem karena masih percaya kalau Raja Putra Langit atau dari matahari sedang Orang Islam Sungkemnya ke Allah dan Tanah Suci di Arab, Tepat jam 12.oo Acara do'a bersama / Samudaya dengan Sekar dan Kewangen dilanjutkan makan Siang bersama.

Acara masih terus berlangsung hingga malam dimana akan ada Tari "Calonarang" dan Suasana Cerah Matahari  bersinar Terang setelah semalaman Hujan dan Petir. Suasana Pura Ibu benar benar penuh sesak Orang Maturan Sesaji dan berdo'a hingga jam 19.oo Barongsai pun beraksi dalam suasana Do'a SARA diiringi Gamelan dan Kidung hingga banjir Kerauhan Tarian Bali digabung Barongsai dengan Irama gamelan Bali yang Rancak Para Wanita pada Menari Kerauhan membuat Penonton Bersorak sorai gegap gempita. Biarpun Listrik PLN mati, tidak ada masalah karena Generator Listrik telah disiapkan dan Suasana Tetap Terang Benderang dan Upacara tetap jalan tanpa hambatan sedikitpun didukung Alam yang tidak Hujan sangat cerah. Jam 20.oo Brahmaraja berkenan menduduki Tempat yang telah disediakan, Dengan dikawal Pengawal membawa Tombak dan Simbol Surya majapahit diiringi Pelajar dari Jepang Sayuri dan mariko dan sepanjang jalan menuju Pendopo Agung Pengunjung berbaris dalam Posisi Anjali Demikian Brahmara XI juga berjalan dalam posisi tangan Anjali menuju tempat duduk yang disediakan Panitia, Maka duduklah sang raja untuk menonton Pertunjukan Calonarang, Cerita Tentang Leluhurnya Prabu Airlangga yang dirusuhi Rondo Girah [Bali: Rangda Girah] Dan Sampai Selesai Pertunjukan Sang Raja masih tertegun tidak beranjak, melihat Rangda yang ditusuk Keris {Bali: Ngurek] Secara Kerauhan, Demikianlah biarpun Drama tapi suatu Kejadian Nyata Turunan Prabu Airlangga XV melihat Rangda Girah masa kini, Sejarah memang selalu terulang.

...jam 24.oo kembali Acara Menurunkan / Menedunkan Bhatara bhatari dan benar banyak Kerauhan, Karena Bhatari Tedun meminjam Raga Agar bisa berbicara, karena kalau berbicara secara Gaib Telinga biasa tidak bisa mendengar disebabkan beda Frekwensi, jadi leluhur kalau Turun meminjam Raga manusia yang punya mulut, hingga Telinga biasa bisa mendengar, Nanti ada yang bisa mendengar Suara Leluhur dan dikatakan Wahyu pasti ditangkap Polisi karena yang boleh Terima Wahyu hanya Muhammad Orang Arab, Jadi Melalui Kerauhan / Trans lah Leluhur berkomunikasi dengan Keturunannya yang masih mempercayai Beliau kalau ada, Memang ini akan menuai Kritik bagi Agama yang sudah tidak Percaya leluhur seperti Kondisi Merapi Meletus tak mengurungkan niat Kloter Haji Jogja dan Solo untuk berangkat dari Embarkasi Surabaya Jawa Timur, karena Pesawat tidak berani ke Solo takut Abu Merapi yang bisa merusak Mesin, Juga Metro TV menyayangkan Anggota Komisi 8 DPR yang Tugasnya menangani Bencana malah  semua Berangkat ke Arab Saudi ngurusi Transport, Pemondokan, Makanan Para Haji dengan Biaya Negara dan keluarganya ikut pula biarpun membayar sendiri keterangan Anggota DPR Komisi 8 pada TVRI semalam, jadi lebih penting menangani Bencana Haji daripada Bencana di Tanah Air hingga dibikin Dialog di Media TV ini anggota DPR bagian Bencana ini,  Jadi jangankan leluhur ,Tanah Airnya yang subur makmur yang memberi Hidup saja sudah tidak dipercaya lebih menyucikan Padang Pasir, sampai Merapi nya Sabdopalon Meletus beneran sekarang kalau dulu kan hanya Batuk saja memberi Peringatan agar sadar tapi malah tidak sadar bahkan anti leluhur Tanah Air sendiri.

Yang aneh Upacara Odalan ini sukses tanpa Hujan berarti leluhur menerima padahal  2/11 dan 4/11 pagi Hujan lebat dan angin besar. Alam pun kalau di Upacarai pasti senang dan tidak menyulitkan Penghuninya. "Inilah Bakti saya kepada Leluhur" Ucap Brahmaraja XI Seusai Upacara. Disusul Suara Guntur sambar menyambar dan Hujanpun Turun dengan lebatnya hingga Fajar menyingsing 4/11. Karena Air adalah Dewa Wisnu Pemelihara Alam, Tanah adalah Dewi Sri dan Putranya Boma Dewa Tumbuh Tumbuhan tapi ini Kepercayaan Bangsa kita tempo Dulu, dan Untung lestari di bali dan bisa dilihat sekarang dimana Brahmaraja berusaha melestarikan kembali sesuai Janji Sabdopalon. yang mengembalikan Adat Budha katanya. Dan Brahmaraja tetap berjuang biarpun dihina, diserbu, dibom, ditutup, dilarang Ritual dan kegiatan  atas nama Islam, Tapi Beliau Percaya dengan leluhurnya, sebagaimana Bung Karno yang juga dulu berjuang berkat Ramalan jayabaya yang akhirnya terbukti, dan sayangnya bangsa kita malah lebih mengaggungkan nuku dari Luar daripada Buku yang meramal negri sendiri, Padahal Dunia bulat bari 1598 ditemukan Columbus yang mencari Nusantara sumber  Rempah Rempah, karena tidak ada Suplai dari Perahu Perahu Majapahit yang telah tiada, Dan sebelum ditemukan Bulat Dunia ini, Tiap Wilayah mengakui kalau tempatnya adalah Dunia dan punya Ramalan masing masing Wilayah oleh Orang yang Waskita, Contoh Ramalan Wahyu Injil untuk Timur Tengah "Aku tidak akan menghukum Dunia [Timur Tengah] sabda Allah habis kisah Perahu Nuh dengan Air tapi nanti dengan Api dari langit" ini terbukti Timur Tengah Pusat Islam Bagdad dihukum  Bom dan Roket yang jatuh dari langit dari Pesawat Siluman,  juga kita lihat TV Ramalan Nastrodamus, Wahyu Injil , Inka dll yang juga dipercaya Dunia barat yang maju,

Hanya yang masuk Agama Islam khusus [Tidak Semua] melaksanakan sesuai Qur'an dan Hadist  secara murni dan konsekwen yang cocok untuk Timur Tengah yang tak ada Bunga dan Buah mangga dan maggis untuk Nyuguh Leluhur yang tidak percaya Buku lain yang dianggap Kafir termasuk Ramalan  Sabdopalon Leluhur bangsa ini dan dianggap tahayul biarpun terbukti nanti berkilah ke Allah, padahal Allah Alam semesta dan sibuk mengatur peredaran Bumi serta Meteor yang nabrak bumi, Hukum ke V Allah malah disuru menghormati Orang Tua, lha kita kan juga menghormati Leluhur / Orang Tua terdahulu. Tepat jam 10.00 Pagi Sabtu Pon Kelima 6/11 diadakan Upacara Penyineban, Para magku dan Pandita Budha mengadakan Do'a Nyineb, Sesaji / Banten Penyineban sumbangan dari Jero Gede Eka Bimaputra, Jero Gede Purnama dari Besakih, Jero Gede Susila dari Karangasem dll Maka selesailah Odalan di Pura Ibu Majapahit Jimbaran Bali, Para leluhur Bhatara dan Bhatari berkenan Malingga di Kahyangan masing masing, agar tetap bisa memberi Kerahajengan dan Kerahayuan bagi Para Keturunannya. Suasana Langit Mendung gelab dan Gemuruh Guntur jelas terdengar Tapi tiba tiba Matahari menampakkan Sinarnya seolah Menyinari Para Pandita yang berdo'a didepan Candi Ibu dan Ibu Turun melalui Jero Gede Istri Purnama dari Besakih menyatakan Odalan di Terima dan Para leluhur Senang jadi tidak perlu Upacara Guru Piduka. Selesai Upacara Penyineban tepat jam 12.oo Waktu Bali Hujan Turun dan Air dipercaya sebagai Dewa Wisnu Turun membasahi Bumi Nusantara ini dan anehnya biarpun Hujan Gerimis Matahari bersinar dengan Terangnya seolah seperti Siang Panas tanpa hujan yang di Jawa disebut  "Udan Jelak Macan Manak."  Brahmaraja XI mengenakan Jubah Merah Sutra juga Ikat Kepala Merah Brahma memasukkan Pratima Dewi Kwan Im Tangan Seribu dari Batu Giok Hijau kedalam Pagoda dan menutup pintunya sebagai Tanda Penyineban dan Beliau langsung Terbang ke Jakarta dengan Pesawat karena masih banyak Undangan acara.



[Laporan Pandangan mata Team Reporter Majapahit Center dan cuplikan Sejarah The Sukarno Center ditambah berita TV terkini].





Ungkap Kenyataan © 2010 Brahmaraja XI | Majapahit Kingdom